2: [ Theory ]

3 1 0
                                    

L I L Y

Tepat seperti yang dijanjikan, pegawai William yang bernama Jacob datang menjemputku. Yeah, aku tahu jika Catherine memberikan alamatku padanya. Jacob---Aku mengira jika Ia berusia 40-an atau lebih. Ternyata aku salah besar, jika dilihat-lihat Ia berusia sama seperti William.

Ia turun dari mobil dan menghampiriku yang sudah berdiri didepan, "Wow! Agensi itu benar-benar luar biasa." Ia bersorak gembira melihatku. "Emery?"

"Yes, I am."

Masuk kedalam mobilnya yang beraroma Kopi ini sangat menenangkan, jika pegawai William saja memiliki mobil sebagus ini, bagaimana dengan William? Ia sangat kaya pastinya.

Kami tidak bicara sampai deringan ponsel mahal miliknya berbunyi, "Aku sudah menjemputnya...Kami sedang dalam perjalanan menuju ke hotel...Belum, dia belum bersiap... Dimengerti." Ia mengakhiri panggilan.

"Jangan gugup. Will tidak akan menggigitmu." Ia memulai dengan sedikit kekehan. Mencoba mencairkan suasana.

"Aku tidak."

"Kau terlihat seperti itu."

"Am I?"

"Yes, you are." tuturnya. "Aku berjanji jika malam ini adalah malam terbaikmu. Ini juga yang pertama untuknya."

Aku tahu jika yang dimaksud adalah William. Jadi Ia baru pertama kali menyewa teman kencan? Ia terlihat sempurna dan tidak mungkin tidak memiliki kekasih atau beberapa teman dengan manfaat.

"Kenapa Ia menyewa teman kencan?"

"Well, girl," Jacob mengangkat bahunya acuh. "Aku juga tidak tahu."

Tentu saja Ia tidak akan mengatakan apapun tentang William. Harusnya aku tahu itu.

Jacob mengejutkanku dengan membawaku ke Marriott Marquis. Aku tidak henti-hentinya meracapkan kekaguman akan betapa indahnya interior disini. Lantai yang kupijak pun pasti lebih mengkilap dibandingkan dengan diriku.

Mulutku kembali terbuka ketika Ia mengajakku kesebuah suite room yang lagi-lagi membuatku seperti orang desa. Aku tidak pernah melihat interior semewah ini.

Memutar mataku, mendapati seorang pria-setengah-jadi...astaga, yang benar saja! Ia laki-laki tetapi kulitnya lebih glowing daripada gadis yang pernah kutemui. Apa skincare rutin yang Ia lakukan setiap hari? Pori-pori seperti tidak bersahabat di kulitnya. Ia berjalan menghampiri kami dan ekspresinya langsung berubah drastis. Happy? Maybe.

"Jacob! And, you. Oh My God, you're so beautiful! But you need a little make over." Ia mengamati ku dari atas sampai bawah. Aku sangat malu.

"Cepat rias dia, Mace." Jacob memutar bola matanya. "Aku harus segera pergi." katanya sebelum menghilang di balik pintu.

"Mari kita mulai, sweetie. Apa warna favoritmu dari pelangi?"

"Entahlah, Merah mungkin." jawabku asal.

Ia mengeluarkan gaun dengan tiga warna berbeda tetapi dengan model yang sama. "Merah maroon, merah tua, dan aku tidak akan merekomendasikan warna yang terakhir."

Aku terkekeh kecil, tentu saja warna yang terakhir adalah merah muda yang sangat norak dan mencolok.

"Merah maroon." aku memberitahunya.

"Seleramu sangat luar biasa." katanya lalu menyerahkan gaun itu padaku. Kain satin dan sutra yang berpadu pada gaun itu benar-benar memanjakan tanganku.

Aku segera melangkah kekamar mandi untuk memakainya. Cermin ini seperti tidak memantulkan seorang gadis yang bernama Lillian Theresa Bryson. Aku tahu ini karena gaunnya, lagipula malam ini aku adalah Emery tanpa--nama--belakang.

Ketika aku melangkah keluar, Mace sedang sibuk dengan peralatan riasnya. Ia sangat ramah, aku tidak dibuat takut olehnya.

"Aku tidak sabar merias rambut dan wajahmu. Come on!"

"Kau tidak akan mengeritingnya kan? Aku lebih suka jika rambutku tetap lurus."

"Sesuai yang kau mau, sweetie." Mace tersenyum manis. "Sit here."

Aku membalas senyumannya dan menurut.

"Sepertinya aku tidak perlu meriasmu terlalu banyak. Kau tipe gadis yang akan semakin memukau dengan riasan yang sederhana."

Aku tidak tahu maksudnya adalah Mace memang mengatakan itu atau Ia tidak ingin membuang terlalu banyak makeup mahalnya diwajahku. Ia bisa saja kan meminta uang untuk tip?!

"Mace?"

"Ya?" Jawabnya selagi merapihkan alisku dengan brow gel.

"Seberapa kayanya William? Maksudku, tidakkah ini semua terlalu berlebihan. Gaun designer terkenal, makeup artist juga sebuah suite. Kurasa ini terlalu eksesif." tuturku dengan lancar. Mace bisa saja tersinggung tapi aku hanya mengatakan kebenaran.

"Menurutmu setelah semua yang kau katakan, kau masih bertanya seberapa kayanya William?" Ia tersenyum menggodaku. "Kau beruntung---maaf, siapa namamu?"

"Emery."

"Kau beruntung Emery. Beberapa gadis bahkan berebut untuk bersanding disebelah William Franklynn Miller. Dan agensimu itu memilih yang terbaik untuk perdananya."

Oh Mace, andai kau tahu jika aku dipilih karena Catherine tidak memiliki pilihan dan aku menyetujuinya karena Ibuku memerlukan uang.

"See, you look very beautiful." Mace menunjuk cermin dan aku melihat bayangan yang dihasilkan. Aku selalu bisa memakai makeup kapanpun dan di manapun. Tetapi akan berbeda jika tangan handal seperti Mace yang melakukannya. Ini benar-benar luar biasa!

"Thank you for saying that." kataku pelan.

"Oh, itu sudah tugasku. Ayo segera turun ke ballroom. William sudah menunggumu."

"Kau tidak ikut?"

Mace tertawa kencang, "Aku bukanlah tamu undangan. Aku disini hanya sebagai tata rias."

"Pribadi?"

"Yea, aku tata rias pribadinya William, yang mengurus penampilannya, dress code dan lainnya. Sepertinya sekarang aku juga akan merias teman kencannya yang lain. Senang bahwa gadis semanis dirimu adalah yang pertama, Emery."

Tata rias pribadi? Oh, citra laki-laki tampan bernama William ini seketika mengerucut dipikiran ku. Tidak bisakah Ia mengurus penampilannya sendiri sehingga Ia memerlukan seorang tata rias?

"So?" tanyaku benar-benar kebingungan.

"William sudah menunggumu. Sampai jumpa, Emery."

Semoga tidak ada yang kacau dalam hal ini.

*

*

*

fyi : Marriott Marquis adalah salah satu hotel bintang empat di Houston.

Before Atlantic [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang