7. Han Sooyoung

352 53 8
                                    

Sudah sepuluh tahun berlalu sejak mimpi buruk pertama yang dirasakan Han Sooyoung tentang pria itu. Tentang seorang pria berjas putih panjang yang selalu tersenyum bodoh sebelum pergi mengorbankan diri.

Han Sooyoung tidak bisa mengingat wajahnya. Sama sekali tidak bisa. Sejauh ia melihat pria itu dalam mimpinya, seluruh wajahnya hanyalah sebuah tampilan buram. Yang membuat Han Sooyoung serta merta mengejek pria itu.

Hingga saat ini, Han Sooyoung tidak tahu siapa pria itu dan kenapa mereka berdua terlihat begitu akrab satu sama lain.

Pernah dirinya bercerita pada teman onlinenya mengenai mimpinya yang aneh dan terasa saling bersambung. Temannya bilang, mimpi seperti itu adalah ingatan kita yang sempat terlupakan.

Masalahnya, bagaimana bisa Han Sooyoung memiliki ingatan tentang kehancuran dunia?

Jelas saja ia tak serta merta percaya akan hal itu. Setelah memikirkannya berkali-kali, akhirnya ia mencoba menuliskan cerita itu dalam sebuah platform webnovel. Menulisnya sejak sepuluh tahun yang lalu.

Sejauh ia mengamati, itu menjadi sebuah novel yang begitu panjang, dan naasnya tidak memiliki banyak pembaca. Benar-benar tidak banyak, justru malah sangat sedikit.

Tapi entah kenapa ia merasa kalau cerita itu harus tetap dilanjutkan. Ia merasa cerita yang ia tulis telah menyelamatkan hidup seseorang.

Novel itu mengisahkan seorang pria. Seorang pembaca kesepian yang mengagumi sang tokoh utama. Dan entah kenapa, Han Sooyoung dapat dengan jelas mengingat wajah-wajah lain dalam mimpinya.

Jung Heewon. Sang pedang.

Lee Hyunsung. Sang perisai.

Lee Jihye. Sang duke of loyalty and warfare.

Yoo Sangah. Sang moonlight girl.

Lee Gilyoung. Sang insect boy.

Shin Yoosung. Sang beast lord.

Han Sooyoung. Dirinya sendiri.

Yoo Joonghyuk. Sang tokoh utama.

Dan Kim Dokja. Sang pembaca.

Han Sooyoung menghela napas panjang. Ini berat, benar-benar berat. Setiap kali ia mencoba mengingat Kim Dokja yang selalu muncul dalam mimpinya. Selalu ada rasa kesal dan sesak yang menerjang. Membuatnya seringkali terisak di pojok kamar hampir di setiap tengah malam.

"Kenapa Kim Dokja menyelamatkan dunia ini? Kenapa bajingan itu mengorbankan dirinya untuk waktu yang sangat bodoh?! Apakah dunia yang busuk ini layak untuk diselamatkan?!"

Han Sooyoung merasakan sesak yang luar biasa saat ia dalam mimpinya meneriakkan kalimat itu. Saat ia dan Jung Heewon serta Yoo Joonghyuk sedang bertarung untuk menyelamatkan Kim Dokja yang lagi dan lagi kembali mengorbankan dirinya.

"Sial. Sial. Sial! Kamu ini siapa, Kim Dokja?!"

Ia melemparkan barang-barang di kamarnya. Mengacak-acak seisi ruangan untuk menyalurkan rasa frustasi yang telah ia pendam bertahun-tahun lamanya.

"Kamu siapa?! Katakan padaku kamu siapa?!"

Han Sooyoung ingin menyerah. Menyerah pada mimpinya dan menyerah pada novelnya. Tapi, sekeras apapun dan selelah apapun dirinya, ia tidak bisa. Ada sesuatu yang menahannya agar tidak menyerah. Sebuah perasaan takut akan kehilangan pria itu selalu menguasai dirinya setiap kali ia ingin menyerah.

"Suatu hari saat seluruh skenario telah berakhir. Mungkin saya akan kembali menulis novel. Saat itu terjadi, baca novelku, ya?"

"Baik. Saya akan membacanya."

"PEMBOHONG! PEMBOHONG! PEMBOHONG!"

Amukan Han Sooyoung semakin menjadi-jadi, membuat ayah dan ibunya berbondong-bondong masuk ke kamar dan segera memeluknya.

"Kamu pembohong, Kim Dokja. Kamu benar-benar seorang bajingan pembohong."

kita Bertemu Lagi [Omniscient Reader's Viewpoint]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt