Binggung

3 0 0
                                    

Sang mentari menyapa pagi hari dengan senyumannya yang sangat mengagumkan hati. Senyumannya memancarkan teriknya kala pagi hari yang sangat dingin. Ku coba untuk melangkahkan kaki menyelusuri jalan menyapa hangatnya sinar mentari di temani dengan earphone di balik jilbab coklatku. Beberapa warga sudah bersiap untuk aktivitas di pagi hari. Sejujurnya semakin membuat ku rindu dengan kampung halaman.

Setelah puas berjalan keliling kampung, aku pun kembali ke rumah kontrakan. Ternyata teman-teman sudah mulai bersiap. Aktivitas kelompok laki-laki yang tinggal nya tepat samping rumah kami juga terlihat mulai sibuk. Ada yang sarapan di teras sambil ngobrol dengan yang lain, sampai menyiapkan properti kegiatan.

"Eh, Ay, sarapan sudah datang tuh! Siap-siap gih!", ucap kak Nay yang sedang membantu membagikan sarapan. Kak Nayla memang sangat perhatian dengan kebutuhan kami. Menurut rumor nya kak Raka dan Kak Nayla itu bak ibu dan bapak. Kedua nya sangat cocok dan saling melengkapi. Sampai saat ini tidak ada yang berani mendekati kak Raka. Semua berasa sadar diri. Karena sudah insecure dengan kak Nayla.

"Ay, habis darimana?" tanya lelaki berkaos putih dan celana training coklat mengagetkan ku dari belakang, kak Raka

"Jalan pagi kak"

"Sendirian?" tanya kak Raka

"Iya kak"

"Besok aku temani, bahaya lo di kampung orang sendiri"

Aku hanya tersenyum menanggapi perkataan kak Raka. Aku takut ada yang mendengar selain aku. Terlebih disana ada banyak orang yang memang dengan aktivitas masing-masing. Buru-buru aku meninggalkan mereka dan kembali ke kamar untuk bersiap.

_____

Cublek-cublek suweng, suweng e ten gelenteng mambu ke tundhung Gudhel, tak ampo lela lelo, sopo guyu ndelekane, sir..sir pong delek hoponh.. Sir..sir pong delek kopong

"cari..cari..cari..cari" ucap tiga anak yang sedang bermain cublek-cublek suweng bersama ku.

Sementara anak yang jadi pak ampu (yang tengkurap di tengah) sedang mencari gacho yang sedang disembunyikan. Semua tampak gembira

Aku mengajak anak-anak yang terlihat tidak sekolah untuk bermain cublek-cublek suweng. Namun yang membedakan adalah aku telah memodifikasi permainan ini dengan berbagai macam tebak-tebakan. Seperti tebak angka, tebak huruf dan lain lain.

Kring!
Bunyi ponsel dari balik saku hoodie ku. Ku pamit dari lingkaran untuk mengangkat telepon dulu. Sementara Zia dan Asti melanjutkan permainan.

"Assalamu'alaikum ndhuk," suara wanita paruh baya yang begitu teduh terdengar di telingaku, nyaris membuat rindu ini semakin menggebu.

"Waalaikumsalam ibu, Ay rindu"

"Sabar ndhuk, ibu yo kangen, kapan Ay pulang?"

"InshaAllah setelah acara baksos njih bu,"

"Bu..." 

"Iyo..ngomong o ndhuk, "  mendengar petuah dari dari Ibu kembali membuat tenang. Benar-benar tahu apa yang sedang ada dalam benak putrinya.  

"Yowes ati-ati, jogo salate, mangane pisan,ojo telat."

"Njih, bu"

"Yowes, Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam"

Puas ku bercerita dengan ibu, sampai aku tidak menyadari sudah ada seseorang yang duduk di samping. Entah karena aku yang tidak tahu kedatangan nya atau kah karena aku yang tidak ngeh dia sudah ada disini dari awal. Allahuakbar! Malunya aku! kenapa bisa ceroboh seperti ini sih Ay, dan apakah kak Raka dengar kalau tadi aku bilang ke Ibu kalau aku mengagumi senior ku. atau jangan-jangan kak Raka sudah bisa menebak siapa yang ku maksud. taruh dimana mukamu ay, omel ku dalam hati.

"Maaf bukan maksud untuk mengguping, tapi aku tidak punya pilihan lain kecuali tetap disini" ucap kak Raka yang sedang membantu menyalakan luweng untuk memasak.

"Kamu di jodohkan?" 

"Kak..pliss.. jangan keras-keras.." , pintaku sambil memohon

"Oke..oke..aman deh di aku"

"Maaf ya kak.. " ucapku lesu, hancur sudah harapanku untuk berharap kepada kak Raka. Pasti dia tidak akan mau dekat dengan ku lagi. 

"Kenapa minta maaf?" tanya kak Raka

Aku pun tidak tahu kenapa kata maaf yang terucap. yang jelas kau semakin binggung. 

"Kamu lucu ya Ay, sini bantuin masak. itung-itung latihan jadi istri" kata kak Raka sambil menyodorkan ku spatula

"Eh, gimana?" ku melotot mendengar ucapan kak Raka yang manis sekali 

"Mau sampai kapan bengongnya, cepetan sini mumpung apinya udah berhasil ku nyalakan" 

"Eh, baik-baik kak! siap!" buru-buru ku mendekat dan mengikuti segala instruksi kak Raka untuk membantunya memasak di luweng . jujur sebenarnya ini bukan pertama kalinya aku memasak dengan menggunakan luweng. karena dirumah Mbah Buyutku dulu juga kalau memasak menggunakan luweng

Bagaimana perasaan ku saat ini tidak bisa digambarkan dengan kata. Yang pasti aku sangat bahagia bisa dekat dengan kak Raka. Rasanya ingin ku meminta kepada Tuhan, pliisss lambatkan waktu. Aku masih ingin menikmati waktu bersama kak Raka



Jodoh bukan ImpianWhere stories live. Discover now