one ; Alga

1K 165 11
                                    

Secarik kertas diremat kuat oleh genggaman. Lelaki dengan usia sekitar 28 tahun bersurai kelam dan pakaian pasien duduk di ujung jembatan kayu dengan kaki yang setengah terendam air telaga

Wajahnya tampan dengan lekuk tegas juga hidung yang bangir indah, namun Bibirnya pucat, begitupun dengan warna kulitnya. Pandangannya pun terlihat semrawut

Bibirnya bergerak mengucap sebuag kata berulang. 'Sial'

Tangannya yang masih meremat secarik kertas resmi itu berayun memukul tungkai kakinya berkali² awalnya hanya pukulan ringan hingga kemudian pukulannya berubah menjadi pukulan kuat

'Sial! Sial! Sial! Sial! Sial!'

Kemudian pukulan tangannya terhenti. Entah karena lelah atau merasa tak ada gunanya ia memukul sekuat tenaga. Toh fungsi otot kakinya tidak akan bisa kembali bekerja sekalipun ia memukul sekuat tenaga

Lelaki itu — Minho, divonis mengalami kelumpuhan akibat sebuah kecelakaan yang dialaminya satu bulan yang lalu. Tabrakan hebat yang menghantam mobilnya sepulang bekerja membuat minho kehilangan kendali dan berkahir jika kedua kakinya mengalami kelumpuhan

'hhhhha...'

Helah nafas minho hembuskan, ia mengatur nafas dan redakan emosi yang semula menguasai. Perlahan kepalanya mendingin dan dirinya bisa kembali stabil.

Manik coklat susunya berpendar menatap sekeliling.

Ia berada di sebuah telaga dengan air berwarna hijau terang. Beberapa warga mengatakan jika telaga yang saat ini dikunjunginya mengerikan, memiliki banyak mitos dan misteri. Bahkan ada yang mengatakan banyak reptil dan hewan buas bersembunyi di dalam air telaga itu

Namun minho tak perduli sekalipun dirinya di cabik oleh hewan buas yang mereka sebutkan.

Minho kehilangan gairah untuk melanjutkan hidupnya sebagai manusia tak sempurna— begitu pikirnya

Hingga kemudian matanya terfokus pada sebuah riak yang berada tak jauh dari tempatnya mendudukan diri.

Riaknya terlihat janggal dibalik semak. Minho menggeser sedikit duduknya dan melongok melihat dari mana riuk itu berasal

Matanya membola saat pandangannya terpaku pada sebuah sirip besar. Berkecipak di atas air!

Selayaknya sirip ikan pada umumnya, namun dengan ukuran yang besar dan—

"Astaga tuhan"

Minho lemas saat dirinya sadar jika sirip itu melekat pada tubuh. Ya, tubuh manusia namun setengah ikan.

Tampaknya minho sekarang percaya dengan isu yang digemborkan warga sekitar perihal hewan magis dan berbahaya yang bersemayam di dalam telaga.

Hewan—tidak, maksudnya manusia itu terlilit oleh alga panjang dan menjaring ekor serta siripnya, membuatnya berkecipak riuh dibalik semak

Minho menggeser duduknya, todongkan ranting guna membantu hewan tersebut agar terlepas dari alga yang menjaringnya

Namun sayangnya hewan magis itu menyalah artikan maksud minho yang hendak membantu.

SRRHH!!

Sirip tajam muncul dari sela telinga si hewan magis itu, mengancam minho untuk tidak bergerak semakin mendekatinya, namun minho abai dan terus menarik alga yang melilit si hewan setengah manusia tersebut

"Demi tuhan aku tidak akan menyakitimu, diam dan percayakan padaku agar kau bisa pulang kembali ke habitatmu"

Minho tatap hewan tersebut tepat di mata. Memberi isyarat agar hewan itu percaya padanya jika semua akan baik-baik saja

Minho lanjutkan kembali kegiatannya menarik serat-serat alga yang beberapa diantaranya cukup tajam.

Minho pun baru sadar jika rupanya hewan itu terluka dengan luka membentang panjang pada badan ekornya, pantas saja air telaga sedikit berwarna merah pekat di beberapa bagian

Minho pelankan tarikannya karena ia baru sadar jika hewan itu sepertinya kesakitan saat terkena tarikan. Perlahan namun pasti akhirnya minho berhasil memutus semua serat alga yang menjaring hewan tersebut

Hingga hewan tersebut akhirnya bisa kembali kedalam air dan berenang dengan liukan ekor besarnya

Minho masih terperangah dengan apa yang baru saja dilihat. Ia kira hewan magis setengah manusia itu hanya ada dalam dunia dongeng

Minho tatap telapaknya yang penuh oleh gores sayatan dan berdarah. Perih mulai ia rasa namun ia tepis rasanya

"Astaga, apa yang baru saja aku lakukan?" Gumamnya

"Hewan tadi setengah manusia. Aku baru saja melihatnya dengan mata kepalaku sendiri"

Tanpa sadar minho melupakan sejenak kerisauan di dalam kepalanya

Berkat hewan magis itu.

"Tuan minho, langit semakin gelap lebih baik kita segera pulang"

Minho menoleh tatap dua orang bodyguardnya yang sudah stand by

Benar. Langit sudah gelap oleh awan kelabu, juga gemuruh yang mulai saling sahut menyahut

Saatnya minho pulang.

Dengan dibantu dua bodyguardnya minho masuk ke dalam audi hitam yang kemudian melaju perlahan di atas tanah lembab dan penuh kerikil

Tanpa minho sadari jika di telaga yang tadi ia duduki hewan magis itu menatapnya diantara air, dengan ekor berkecipak hewan itu lekat mentap audi hitam minho yang mulai menjauh

Hewan itu membawakan minho seekor ikan, mungkin sebagai bentuk terima kasih karena sudah menolongnya

—To be continue.

The Tales Of a Mairmaid ManWhere stories live. Discover now