3. Kedatangan

27 7 5
                                    

Jika yang membuatmu bahagia adalah melakukan yang kamu sukai, maka lakukanlah, karena segala sesuatu yang dilakukan dengan hati akan mendapatkan hasil yang baik.

****

Aya berbaring di atas tempat tidur, tempat ia bisa merebahkan tubuhnya. Sepulang kerja tadi ia memilih untuk menaiki ojek online, biasanya ia akan mengendarai mobil yang dicicil dari kakaknya, sialnya hari ini bensin sekarat jadi ia lebih memilih naik ojek. Seharian beraktivitas berhasil membuat tubuhnya lelah, kebiasaannya yang biasa nonton drama Korea pun harus ia tunda karena tubuhnya benar-benar pegal.

Bukan hal baru bagi Aya merasakan tubuh yang mudah lelah, umur tidak bisa dipungkiri sepertinya ia butuh pasangan yang bisa menafkahinya, membiayai keberlangsungan hidupnya sampai ia tak bernyawa lagi. Tapi, sayang itu hanya ada dalam khayalannya saja, faktanya ia harus bekerja keras untuk mengumpulkan pundi-pundi cuan demi masa depan.

Di Ibukota ini Aya hanya tinggal sendirian, ia mengontrak sebuah rumah yang tidak jauh dari kantornya. Demi misi menghemat uang sebanyak-banyaknya untuk masa depan secerah-cerahnya. Sementara orangtuanya tinggal di Bandung. Tidak jauh hanya saja pekerjaan Aya memaksanya mau tak mau jarang pulang ke rumah.

Perempuan itu memerhatikan ponselnya, beberapa kali pemberitahuan tanda ada pesan masuk di whatsappnya berbunyi. Bukannya membuka pesan itu Aya justru mematikan ponselnya, hari ini ia benar-benar lelah.

**** 

Pagi-pagi sekali Aya sudah ada di kantornya, tadi mbak Fallen menghubunginya ketika azan subuh berkumandang, memintanya untuk datang lebih awal dari biasanya, karena ada yang mau dibahas. Makanya sekarang ia sudah duduk manis di kubikelnya sambil menikmati kopi yang tadi ia pesan sekalian sebelum ke kantor.

"Ya!" panggil Fallen dari depan ruangannya.

Aya menggeser kursinya lalu beranjak mendekati sumber suara.

"Sorry, aku nyuruh kamu datang pagi-pagi, soalnya aku yakin cuma kamu yang mau disuruh datang pagi." Fallen terkekeh ketika semalam ia menghubungi Vero untuk datang lebih awal, sayang sekali lelaki itu sedang tidak enak badan efek behelnya dilepas. Alasan yang kurang masuk akal.

"Hmm, mbak Fallen mah pilih kasih, aku selalu jadi anak tiri." Aya membuat wajahnya semenyedihkan mungkin, bukannya ditanggapi baik-baik. Perempuan yang kini sudah duduk di kursi kebesarannya itu hanya menggeleng mendengar protes Aya.

"Ya, makanya tadi aku minta maaf, ini aku nyuruh kamu ke sini soalnya nanti kita akan kedatangan karyawan baru." Fallen berhenti sejenak setelah melihat berkas dalam map coklat yang ia pegang.

"Hah? Kok bisa, Mbak? Perasaan lagi nggak bukaan untuk rekrut karyawan baru." Aya menggaruk tengkuknya yang mendadak terasa gatal.

"Ya, you know lah kalau udah begini tandanya apa." Fallen memberikan kertas yang ia baca ke Aya.

Aya langsung mengambilnya, ia membaca tulisan di kertas itu, bertulis nama Aydan Alfarizie S Aya mengangguk-ngangguk setelah mengembalikan kertas yang sudah dibacanya.

"Nah, saya minta tolong kamu siapin mejanya di sebelah kamu yang di sana," kata mbak Fallen menunjuk sebuah tempat yang berada di sebelahnya yang masih kosong.

Kemarin tempat itu belum ada kursi, sekarang sudah ada mungkin sudah disiapkan. Aya hanya kesal saja, kenapa justru dirinya yang harus direpotkan oleh orang baru yang sudah barang tentu memiliki kedekatan yang sangat dekat. Ia membatin, "Belum masuk saja sudah menyusahkan."

REHABILITASI HATIWhere stories live. Discover now