Imperfect

899 97 7
                                    

❛❛ He's imperfect, but he tries. ❜❜

•╌╌╌╌╼⃘۪۪❁⃘̸۪۪⃗╾╌╌╌╌•

"Selamat pagi, Thorn."

Thorn terkejut mendengar seseorang memanggil namanya. Ia berbalik dan mendapati kakak ketiganya, Gempa, berdiri di ambang pintu kamar yang terbuka dengan seulas senyum kecil bertengger manis di bibirnya. Apron merah muda dengan tulisan 'I Love Cooking' masih melekat di tubuh remaja itu, pertanda bahwa dia baru selesai memasak.

"E-eh, selamat pagi, Kak Gempa," balas Thorn sedikit kikuk. Senyum gugup muncul diikuti dengan tangannya menggaruk kepala yang bahkan tidak terasa gatal.

"Tumben sudah bangun? Aku baru saja ingin membangunkanmu."

"Ehehe, Thorn terbangun lebih awal, Kak."

Gempa tersenyum senang, "Haa, baguslah.. Kamu sebaiknya siap-siap, kalau sudah turunlah untuk sarapan. Aku sudah hampir selesai memasak."

Thorn menganggukkan kepala mengerti dan Gempa pun pergi. Remaja itu menghela napas lega kemudian beranjak untuk melanjutkan aktivitas yang tertunda karena kedatangan Gempa. Thorn mengeluarkan buku-buku dari dalam tas dan mulai belajar materi yang akan dipelajari nanti di kelas.

Sementara itu di ruang makan, Gempa baru saja selesai memasak dan menata masakannya di meja. Satu per satu saudaranya tiba di ruang makan dan duduk di kursi. Gempa mengerutkan kening ketika menyadari bahwa ada satu orang yang belum berada di sana.

"Mana Thorn?"

Seluruh atensi menuju padanya. Ada yang saling menatap dengan kebingungan, ada juga yang menggeleng tanda tidak tahu. Gempa mendongak ke arah tangga, tidak ada tanda-tanda adiknya itu menuju ke ruang makan.

"Solar, bisa kamu panggil Thorn untuk sarapan?"

Si bungsu mendongak dari gawai di genggamannya dan mengangguk. Ia menuju kamar kakak kembarnya yang berada di ujung. Pintu kamar itu mendadak terbuka ketika Solar baru ingin menyentuh gagangnya.

"Oh, Solar.. ada apa?" tanya Thorn yang kebingungan mendapati adiknya berada di depan kamar.

Solar menggeleng pelan, "Tidak ada, Kak Gempa menyuruhku untuk memanggilmu. Sudah waktunya untuk sarapan."

"Oh, baiklah. Ayo, kita turun," ajak Thorn sembari menenteng tasnya di pundak. Ia berjalan mendahului Solar yang keheranan dengan tingkah kakaknya itu. Kedua remaja itu akhirnya sampai di ruang makan dan segera mendudukkan diri.

Sarapan pagi itu di rumah Elemental cukup damai, meski sesekali diselingi dengan tingkah Blaze dan Taufan yang berebut lauk. Usai sarapan, yang lain pergi ke kamar masing-masing untuk bersiap berangkat ke sekolah. Tersisa Thorn yang masih meminum susu dan Gempa yang membereskan piring-piring kotor.

"Kak Gempa, boleh Thorn bantu?" tanya Thorn setelah menghabiskan susunya. Gempa menoleh dan tersenyum kecil, "Boleh, kamu bantu bawa piring-piring kotor ini ke wastafel ya, biar aku yang mencucinya."

Thorn menurut dan bergerak untuk membawa tumpukan piring tersebut ke wastafel dapur. Gempa pun mengambil alih dan mencucinya, tak menyadari bahwa adiknya itu masih berada di sana. Thorn sesekali melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 6 kurang lima belas menit. Tangannya mengepal gugup di balik badan.

"K-kak Gem.." panggil Thorn menarik atensi Gempa.

"Eh, Thorn? Kenapa?"

"Hari ini Thorn ada jadwal piket. Kalau Thorn berangkat lebih dulu, boleh?"

Imperfect [ BoBoiBoy Thorn ] ✓Where stories live. Discover now