Selamat Tinggal (Selamat Jalan) [Yerin - Byungchan]

209 33 4
                                    

Happy Reading :)

Aku mematikan lagu yang berputar di ponselku ketika bus berhenti di halte depan sekolah. Aku segera turun bersama yang lain. Sedikit berlari karena mendengar bunyi bel dan segera masuk sebelum pagar benar-benar ditutup.

Belum selesai, aku harus naik ke lantai tiga di mana kelasku berada. Cukup membuatku sedikit sesak napas karena tangganya tinggi sekali. Sampai di kelas aku mengambil bangku paling belakang. Bangku tersisa sebab teman-temanku selalu berpindah-pindah. Terlebih lagi aku tidak punya teman dekat.

Selama hampir tiga tahun di SMK, aku tidak memiliki teman yang benar-benar dekat. Aku mengeluarkan ponsel dan membenarkan rambutku agar lebih rapi. Ponselku terjatuh, kemudian aku mengambilnya. Setelahnya seorang guru masuk dan memulai pelajaran.

Pada pelajaran pertama, Guru Bahasa Indonesia itu mengajak kami untuk ke perpustakaan. Mencari Buku Novel Fiksi atau Non-Fiksi untuk menulis sebuah resensi. Aku yang mengambil tempat paling ujung di dekat buku sejarah sedikit kesusahan ketika hendak mengambil satu buku mengenai novel sejarah Indonesia.
Hingga sebuah tangan siswa mengambilkannya untukku.

Aku mendongak dan menerima buku dari seorang siswa laki-laki bertubuh tinggi tersebut. Aku tidak mengenalnya. Sebab aku memang memiliki kepribadian pemalu. Aku tidak mudah berkawan, mungkin karena itu aku tidak memiliki teman dekat.

"Terima kasih," ucapku. Kemudian ia pergi meninggalkanku.

Aku duduk di bangku paling ujung dan mulai membaca buku sejarah tersebut. Hembusan angin menerbangkan anak rambutku. Aku sedikit heran mengapa ada angin di dalam ruangan perpustakaan yang ber-AC seperti ini. Sedikit mustahil jika ada angin kecuali ada yang menghembuskannya padaku. Terlebih lagi aku duduk sendirian di bangku paling ujung yang ada di perpustakaan.

Sambil membuka satu per satu halaman. Aku menggerak-gerakkan kakiku. Kegiatan menggerakkan kaki sering aku lakukan jika aku duduk membaca atau memperhatikan sesuatu. Itu juga merupakan kebiasaanku selain menggigit kuku-kuku jari tangan.

Dirasa aku sudah tidak nyaman membaca di perpustakaan. Aku memilih untuk meminjam buku tersebut. Pak Guru juga memberikan jangka waktu dua Minggu untuk tugas resensi Buku Novel.

Selesai dengan kegiatan peminjaman di petugas perpustakaan. Aku kembali ke kelas. Pandanganku terarah ke depan. Entah aku yang suka halu atau bagaimana. Aku melihat bayangan seorang siswa berjalan menuju ruang aula lama yang benar-benar gelap. Ruangan itu sudah tidak digunakan lagi sebab atapnya ambrol. Sekolah juga sudah membangun ruang aula baru dengan lebih layak dan bagus.

Sebenarnya aku tidak perlu terlalu penasaran. Karena banyak sekali murid iseng atau ingin uji nyali? Tapi kalau dipikir-pikir aneh juga.

Tidak!

Aku menolak kata hatiku yang mengajakku untuk mengikuti siswa itu. Berakhir aku menyerah dan menghembuskan napas kasar. Aku berjalan mengikutinya. Mungkin aku sudah gila. Aku memang bukanlah gadis penakut. Karena rasa penasaranku lebih tinggi aku ikut masuk ke dalam ruang aula lama.

Gelap dan berdebu sekali. Sinar matahari hanya masuk sedikit melalui celah-celah jendela dan juga aku melihat banyak barang rusak serta sarang laba-laba. Lebih herannya lagi, aku tidak menemukan siapa-siapa di dalam aula lama.

"Kamu sedang apa di sini?" pertanyaan seseorang mengagetkanku hingga bukuku terjatuh. Aku segera mengambil bukuku dan mencari sumber suara. Ternyata dia adalah seorang siswa laki-laki yang tadi membantuku untuk mengambil buku novel sejarah di perpustakaan.

"Aku, aku tadi lihat murid masuk ke sini. Aku penasaran aja sih, maaf ya. Ternyata itu kamu."

Siswa laki-laki itu tersenyum. Wajahnya sangat tampan, namun ada sesuatu yang sedikit berbeda darinya. Ia terlihat seperti orang sakit. Bibirnya pecah dan wajahnya sangat pucat. Tentu saja itu membuatku bertanya padanya, "Kamu baik-baik aja? Wajah kamu pucet banget. Kamu sakit?"

Antologi Tahun 2023 (Venetie Van Java)Where stories live. Discover now