Chapter 12: Perkara Satu Mobil

22 7 0
                                    

Seperti yang sudah yang dibicarakan beberapa hari yang lalu di Cafe. Saat ini aku, Nayyara, Dhea, dan Irfani akan pergi ke puncak. Tidak hanya kami berempat yang berangkat, tapi juga anak dan istri Mas Irfani, ditambah dengan Arkan dan juga Akash yang turut ikut.

"Hallo Ikram, kamu udah cepet gede aja," Ucapku sambil menjawil pipi tembam anaknya mas Irfani dengan sangat gemas hingga pipinya berwarna kemerahan.

Memang karena kulit Ikram sangat putih seputih salju, ketika ada yang menjawil pipinya sedikit saja, kulit pipinya itu akan langsung berubah menjadi kemerahan. Bahkan, aku saja kalah putih dengan bayi itu.

Terlihat bayi berumur 12 bulan itu menggeliat seperti ulat di pelukan Ilana-istrinya Irfani. Apalagi bola matanya yang bulat seperti mata burung hantu itu terus mengerjap, terlihat sangat lucu.

Ahh.. Dia terlihat sangat menggemaskan.

Aku terus terkekeh sambil terus menjawil pipinya yang tumpah-tumpah itu dengan jahil, "Mbak, aku denger katanya mbak lagi isi lagi ya?"

Wanita cantik berhijab dusty itu tersenyum, "Alhamdulillah, ternyata Allah masih mempercayakannya ke mbak."

"Udah berapa bulan, Mbak?" Tanyaku penasaran.

"Alhamdulillah, mau jalan tiga bulan. Do'akan saja ya, Auryn. Semoga mbak dan bayi mbak disehatkan selalu," Ucap wanita bergigi kelinci itu sambil tersenyum.

Aku menganggukkan kepala, "Pasti mbak, saya akan meminta yang terbaik untuk mbak dan juga dedek bayi yang ada di dalam kandungan mbak. Semoga disehatkan, terus nanti pas lahiran bisa normal," Timbal ku sambil tersenyum sangat lebar.

"Aamiin."

Jika Aku dan Irfani seperti minyak dan air yang tidak akan pernah bisa bersatu, berbeda halnya jika aku dengan Ilana. Kami itu seperti lem dan perangko, sangat merekat kuat sehingga tidak ada yang bisa memisahkan.

"Ryn, mobil gue kecil cuman bisa muat buat 4 orang. Lo ikut mobil Akash aja ya? Soalnya Nayyara sama Dhea katanya mau ikut mobil gue," Ujar Irfani menghampiri.

Aku mendongak menatap ke arah laki-laki itu, "Kok gitu sih, Mas? Biasanya juga muat-muat aja kalau saya ikut?"

"Iya, soalnya sekarang gue enggak bawa mobil yang biasa."

"Lho kenapa?" Tanyaku dengan dahi yang mengernyit.

"Rusak, belum di servis. Jadi gue pake mobil yang itu," Ucap Irfani sambil menunjuk ke arah mobil Honda Brio yang terparkir.

"Masih bisa masuk kok Mas kalau pake mobil itu itu. Badan saya kan kecil, masih bisa kok kalau nyempil-nyempil," Ucapku sambil tersenyum lebar, masih berharap agar aku bisa satu mobil dengan Ilana dan bayi Ikram.

"Enggak, ya! Istri gue lagi hamil, gue nggak mau istri gue harus rebutan oksigen sama lo!" Ucap laki-laki itu sangat menyebalkan.

"Mas, masa aku sama Akash? Aku perempuan satu-satunya dong nanti di sana." Ujarku memelas.

"Ya enggak papa, emang kenapa? Lagian kalian enggak cuman berduaan juga di sana, ada Arkan," Timbal laki-laki itu sambil memindahkan tubuh Ikram yang ada di gendongan Ilana ke tubuhnya untuk ia gendong, "Lagian lo kemarin bilang, katanya lo udah akrab lagi sama Arkan."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 15 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Wallahi, Aku Ikhlas! Where stories live. Discover now