Home? | 01 Harsa & Khafa

22 3 0
                                    


Cuaca yang cukup cerah di kota Bandung membuat semua orang sibuk dalam melakukan aktivitas dan pekerjaannya. Seperti saat ini, seorang pemuda berusia 17 tahun tengah berjalan menelusuri jalan berumput dengan membawa bunga matahari di genggamannya.

Suasana sangat sepi namun menenangkan, begitu banyak pohon-pohon khas pemakaman yang tumbuh besar di sekelilingnya, pemuda itu melihat sekeliling pemakaman yang ia kunjungi sembari masih menelusuri jalan yang ia tuju, suasananya tidak seram sama sekali justru pemakaman itu sangat terawat.

Tidak ada ilalang tinggi yang menutup mata kaki, tidak ada daun-daun berguguran yang menumpuk, tidak ada ranting kayu yang berserakan, dan tidak ada nisan kayu yang sudah lapuk. Semuanya terlihat sangat rapih dan bersih.

Pemuda itu menghentikan langkah kakinya di depan nisan yang berkeramik hitam dengan nama "Akalanka Khafa Buana" serta tempat dan tanggal lahir hingga tanggal meninggalnya yang terukir pada nisan tersebut.

Pandangan pemuda itu menurun bersama lutut yang di tekuk mendekat pada nisan yang bernamakan kakak laki-lakinya, pemuda itu Arkana Harsa Buana mengelus bagian samping nisan seolah tengah mengelus tangan kepemilikan seseorang yang ia kunjungi sekarang.

"Hai kak, Harsa dateng." Senyum tipis Harsa terlihat. Sorot sendu itu mengedar keseluruhan nisan, layaknya sedang menebar rindu.

"Harsa kesini karena Harsa rindu sama kakak, kak Khafa kenapa gak dateng ke mimpi Harsa? Padahal Harsa nungguin kakak dateng ke mimpi Harsa loh" lirih Harsa

"Liat, aku bawa bunga cantik loh. Bunga matahari cocok sama kepribadian kakak yang ceria" senyum tipis Harsa terlihat lagi

"Kak Khafa gak rindu sama harsa? Harsa selalu berdo'a, mohon pada Tuhan supaya kakak bisa jemput Harsa..." Mata Harsa memanas membuatnya ingin meneteskan air mata namun ia masih menahannya.

"Dunia jahat sama Harsa kak" Isak Harsa

"Kenapa ayah dan bunda tidak menyayangi Harsa? Kenapa ayah dan bunda membenci Harsa? Kenapa Harsa selalu menjadi pelampiasan amarah mereka? Kenapa Harsa selalu di salahkan atas hal yang tidak Harsa perbuat? Kenapa... Kenapa kakak ninggalin Harsa? Kakak satu-satunya orang yang sayang sama Harsa, Kakak udah janji kalau kak Khafa gabakal ninggalin Harsa..tapi kenapa kakak malah ninggalin Harsa.."

Tidak mampu membendung kesedihan, kini tangis pilu pun terdengar melambung mengisi kekosongan udara. Mungkin dalam beberapa menit ke depan, Harsa memilih memeluk batu nisan sang kakak seraya menatap ukiran huruf di atasnya.

Sebuah memori terlintas di pikirannya.

3 tahun yang lalu...

Pukul 01.15 malam, pemuda yang bernama Arkana Harsa Buana yang pada saat itu berusia 13 tahun berjalan menelusuri lorong rumahnya hendak pergi ke dapur untuk meminum segelas air.

Ia melewati beberapa ruangan, namun ada satu ruangan yang membuatnya mengernyit. Pintu ruangan itu terbuka, ruangan itu adalah ruang kerja milik ayahnya. Ia mendengar suara samar dari dalam pintu yang terbuka di lorong sebelah kanan. Laki-laki berusia 13 tahun itu kemudian mendekati pintu tersebut. Ia penasaran.

BUGH!

Harsa terkejut mendengar suara dari dalam, sekujur badannya merinding tak karuan. Ia mencoba melihat kedalam melewati celah pintu.

"Mau sampai kapan kamu tidak tahu diri seperti ini, Khafa!"

BUGH

Sabuk hitam mendarat keras di punggung Khafa. Membuat laki-laki itu meringis kesakitan. Disana terdapat Buana, Melisa, dan Khafa. Harsa mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan dan Harsa melihat dengan jelas badan Khafa sudah mulai mengeluarkan darah.

Home? | Jungwon EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang