04

312 37 3
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Tepat pukul 05.00 wib, Bagas terbangun dari tidur lelapnya. Bagas benar-benar menikmati tidurnya malam itu. Apalagi semalam telah menghabiskan banyak ronde panas bersama Dita yang masih meringkuk dipelukannya.

Bagas mencium pipi merona Dita. Ia masih tidak menyangka semalam bercinta dengan liar bersama sekretarisnya itu. Bagas mengelus perut Dita sambil berdoa untuk kesehatan calon anak pertamanya. Calon pewaris kekayaan miliknya.

Tak lama Dita pun terbangun. Ia menutup tubuhnya dengan selimut karena malu bertatapan dengan Bagas. Bagas menarik selimut yang menutupi tubuh Dita.

"Aku sudah melihat dan merasakan kenikmatannya. Ngapain kamu tutupin sayang," ucap Bagas mesra.

"Malu Mas."

"Kita sudah saling menikmati milik masing-masing. Untuk apa malu?" Bagas terkekeh.

"Oh iya Mas. Mas ngga ngecek ponsel Mas. Siapa tahu Mba Winda nyariin Mas karena semalam ngga pulang."

"Kamu tenang saja. Winda ngga akan nyariin aku. Dia mau aku balik ke rumah atau tidak, ngga akan peduli."

"Benarkah?"

Bagas mengangguk. Ia melirik kearah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul lima pagi.

"Dimas bangun jam berapa biasanya?"

"Sekitar jam 6 an Mas. Memangnya kenapa?"

Bagas menyunggingkan senyum aneh. "Masih ada waktu satu jam sebelum Dimas bangun untuk kita berolah raga panas di kamar mandi," ucap Bagas sambil menggendong Dita.

Dita tertawa mendengarnya. Ia melingkarkan tangannya ke leher dan membiarkan Bagas membawanya masuk ke dalam kamar mandi. Sejurus kemudian suara suara kenikamatan kembali terdengar.

***

"Bunda, siapa om ini?" Tanya Dimas saat melihat kehadiran Bagas di rumah mereka pagi pagi.

"Ini Om Bagas nak. Teman kerja bunda," sahut Dita dari arah dapur.

Bagas mencoba menyapa Dimas tapi ia malah berlari menghampiri ibunya yang sedang memasak di dapur. Mereka nyaris ketahuan masih asik bercinta di kamar mandi andai saja tidak mendengar tangis Dimas di kamar.

Bagas beruntung selalu membawa salin setiap mau berangkat kerja. Ia tidak perlu memakai pakaian dalam dan pakaian kerja yang sama dengan kemarin.

"Loh kok malah kesini. Ayo disana temani Om Bagas. Bunda masak dulu."

Dimas menggelengkan kepalanya. Ia masih mengintip Bagas dari balik tubuh ibunya. Bagas tertawa melihatnya. Bagas berjalan perlahan menghampiri Dimas. Ia mencoba berinteraksi dengan calon anaknya itu. Meski masih malu malu, Dimas pun akhirnya luluh dan mau di gendong Bagas.

I'M PREGNANT BABY BOSS (VERY SLOWLY UPDATE)Where stories live. Discover now