Pilihan #5

57 12 1
                                    

Tiba tiba Lita terbatuk dan sadarkan diri,Anto langsung memeluknya dengan erat

Fia membersihkan luka di tangan Lita dengan air yang dia bawa,di berjalan summit ini masing masing hanya membawa dua botol air supaya tidak memperberat

"Alhamdulillah ta,panik parah kita" ujar Anto

Lita memegangi kepalanya "pusing banget"

"Maaf yah ta,to,gara gara gue~"

"Udah,gak usah dibahas,mending kita turun sekarang" potong Anto

"Hah,gila lo?!,tanggung amat dah mau ke puncak" kata Adi

"Lo kali yang gila,liat tuh Lita sama Anto harus cepet di obatin" tegas Edwin

"Habis di obatin,ke puncak kita?" Tanya Adi

"Kekeh amat lu di,liat sikon lah!" Tekan Edwin

"Ga, kita harus ke puncak" kata Adi

"Di?" Fia heran

"Kalo gak ke puncak,mati kita" kata Adi

"Justru kalo maksain naik,Lita sama Anto yang bisa mati,lu gila beneran?!" Edwin agak kesal

"Kalian nurut aja" kata Adi

"Solidaritas lu mana ego!!" Edwin emosi

"Solidaritas kita yang ada dimana?!" Adi ikut menaikan nadanya

"Di,gue sih gak masalah sama keadaan kita,tapi liat Lita" kata Anto

"Gila emang tu anak" kata Edwin

"Ko jadi gue?!,lo juga jangan berlaga pahlawan to,asal lo tahu yah,ini semua lo penyebabnya!!" Bentak Adi

"Kok anto?" Fia angkat bicara

"Lo kerasukan apa gimana bego!!" Edwin tak bisa menahan emosi

"Emang kalian semua ga nyadar hah?,kalo banyak kejadian aneh selama nanjak?!" Tanya Adi berdiri

"Emang apa?" Tanya Anto

"Asal kalian tahu,pas kemarin gw pingsan itu Ardi dateng ke gue,dan dia nagih Nazar lo to!!" Tegas Adi "dia ngikutin kita selama ini!!"

"Gila beneran lu yah" ujar Edwin

"Dia bilang,kalo g sampe puncak,harus ada yang ikut dia!" Jelas Adi "gue kaya gini demi kebaikan semua!"

"Kebaikan apa?!,lo liat tuh Anto sama Lita!,buta lo?!" Edwin berteriak di depan muka Adi

"Lagian Ardi ga mungkin gitu,dia temen kita,masa mau celakain kita" kata Fia

"Bener tuh kata Fia,mikir makanya" Edwin menunjuk jidatnya

"Udah... Udah.." lerai Lita sembari memegangi kepalanya

"Gini aja udah pusing, terserah kalian pokonya mau naik atau turun,ikut aja aku" kata Lita

"Ga" jawab Anto cepat

"Kita turun,terlalu bahaya buat naik lagi" kata Anto

"Lebih bahaya kalo turun goblok!" Bentak Adi

"Ngegas lo anjing!" Bentak Edwin

"Udah!!" Teriak Lita  "berantem ga nyelesein masalah"

Semua diam

"Kita turun,di pos Plawangan gue istirahat kalian naik" kata Lita

"Ardi bilang harus semuanya di puncak termasuk dia" kata Adi

"Ardi lagi Ardi lagi,sadar bego!,halu kali lo!,Ardi tuh dah meninggal!" Edwin emosi

"Udah, jangan ribut,turun aja yah di" ajak Fia "kalo emang itu Ardi,gue yakin dia ga akan jahat ko"

"Ya udah turun kita,kalo Ardi minta temen,kalian yang gue tunjuk!" Kata Adi

"Kebanyakan halu lo!" Ujar Edwin

"Udah,ga usah ribut terus" kata Lita

Akhirnya mereka memutuskan turun, mereka turun dengan hati hati dan berharap bisa mendapat bantuan di pos Plawangan

Akhirnya mereka sampai kembali ke pos Plawangan dengan Suasana yang masih  gelap karena waktu masih menunjukkan pukul 04:00

Namun ada satu keanehan, mereka hanya melihat tenda milik mereka disana
Padahal sebelum melakukan summit ada banyak tenda lain disana

Semua berusaha positif thinking dan segera mengobati luka Anto dan Lita terlebih dahulu dengan kotak p3k yang mereka bawa

Edwin memasak mie juga air hangat untuk sarapan semuanya, selepas siap semua melahap mie yang Edwin masak

Lita makan perlahan sembari menahan rasa sakit di tubuhnya, begitu juga Anto

Mereka berencana menunggu rombongan lain jika hendak turun, supaya ada teman dan bisa meminta tolong

Namun entah apa yang terjadi, hingga cahaya matahari menyapu gelap
Masih tidak ada satu rombongan pun yang turun

Anto mulai memikirkan perkataan Adi karena dia juga kerap merasakan hal aneh selama perjalanan

Adi duduk dengan perasaan tak tenang terlihat dari kakinya yang tidak bisa diam dan wajahnyapun tak tenang

"Betah amat orang orang di atas" kata Edwin

"Atau mereka turun lewat jalur lain?" Terka Fia

"Ga mungkin" kata Adi

"Tendanya aja pada ga ada" kata Edwin

"Ya otomatis harusnya kita papasan" kata Anto

"Gue bilang juga ki~"

"Cukup Di!, udah males gue denger ocehan lu!" Potong Edwin

"Nanti jam 11 kalo masih ga ketemu rombongan,turun langsung kita" kata Edwin

"Oh gitu,harus nurut sama lo gitu?" Tanya Adi

"Ya udah ke puncak lo Sana kalo emang mau!" Perintah Edwin

"Udah deh,ga abis abis kalian nih" lerai Lita

"Auk tuh" tambah Fia

Adi menatap Anto

"Diem terus,ngerasa bersalah lo?!" Kata Adi menatap Anto

"Maksud lo APA?!,ngerasa paling bener loh?!" Edwin menarik kerah Adi

Anto langsung melerai dan memisahkan mereka

"Udah!,oke jujur gue kepikiran soal ini,tapi debat juga ga bakal buat masalah berakhir" kata Anto

"Kita coba positif thinking aja,Ardi ga mungkin sejahat itu, kita turun bukan ngebatalin ke puncak,tapi kita undur" kata Anto

"Kita istirahat,buat diri lebih siap, baru kita coba lagi" lanjut Anto

"Yakin bisa sampe bawah?" Tanya Adi

"Yakin bisa sampe atas semua? Liat Lita,gue" tanya balik Anto

Adi diam

"Pola pikir sarjana" kata Edwin

"Persediaan air kita juga gak banyak,kita harus ke pos 4 buat ngambil air lagi" kata Anto lalu duduk disamping tenda

Adi diam menatap jalan turun sembari berkacak pinggang

Anto mengacak acak rambutnya dan Edwin langsung menghampirinya

"Kita pasti kebawah,Ardi udah tenang disana,itu si Adi cuma halu pasti" Edwin mencoba menenangkan Anto

Jangan lupa untuk vomen!!
Vote and komen
NEXT?

Nazar (gn Slamet) ~•on goingWhere stories live. Discover now