BAB XXIV

5.7K 233 5
                                    

Anka berjalan menuju taman kampus. Ia duduk di sebuah bangku taman yang terletak tepat dibawah sebuah pohon membuat tempat yang ia duduki tidak terlalu terkena cahaya matahari langsung. It's so perfectly for listening my music.

Anka mengambil headphone dan memasangkannya di kedua telinga sedangkan jarinya sibuk menyentuh di layar handphonenya.

"sebenarnya, acara apa sih? Sertijab atau pensi? Kenapa begitu ramai?" gumam Anka sambil menatap ke sekelilingnya.

"konnichiwa!" ujar seseorang dan duduk di sebelah Anka. Anka masih tidak menyadari kehadiran orang tersebut dan masih menatap ke sekeliling.

"konnichiwa!" seru orang itu lagi sambil menepuk pundak Anka. Seketika itu juga Anka menoleh dan melepaskan headphone dari telinganya dan menggantung di sekitar leher Anka.

"Kak Kevin?! "

"helo Anka. Ngapain disini sendirian? Gak ada kelas emangnya?"

Anka menggelengkan kepala. "dengerin lagu Kak Kevin. gak ada Kak. Udah selesai semuanya."

"cepat sekali? Biasanya tahun ke dua itu kan lagi sibuk-sibuknya."

"enggak juga."

Mata sipit itu menatap lekat kearah Anka. Anka yang ditatap seperti itu pun merasa sedikit risih. Ada apa dengan orang ini sebenarnya?

"kenapa Kak?"

"lo lagi ada masalah yah?" terkanya dan Anka pun membelalakkan matanya.

"benar kan dugaan gue? Lo lagi ada masalah." Ucapnya lagi.

"kepo!" seru Anka dan memalingkan mukanya.

"eeeiiiyy.... Gue disini itu bertindak sebagai seorang Kakak yang memberikan perhatian kepada adik perempuannya." Ucap Kevin dan Anka hanya memutar bola matanya.

"lo itu anak ke berapa dari berapa saudara?"

"kesatu dari dua."

"lo anak pertama? Tapi kelakuan lo kayak bocah. Kirain gue, lo itu anak yang paling terakhir."

Anka menatap kesal kearah Kevin.

"nyebelin." Gumam Anka.

"emang gue nyebelin orangnya. Baru tahu yah?"

"emang gue tadi bergumam kedengeran yah? Wuah, Berarti harus gue kecilkan lagi volumenya."

Kevin tersenyum sambil mengacak rambut Anka gemas sedangkan Anka tambah kesal karena orang disebelahnya ini bersikap tidak wajar padanya.

"iiiihhhhh........!!! malah ngacakin rambut segala!" marah Anka dan menggembungkan kedua pipinya.

"lo tambah lucu kalau lagi marah. Hahahaha....."

"sinting!" ucap Anka dan pergi sambil misuh-misuh.

"Anka mau kemana?!! Tunggu kakak!!"

"Kakak dari mana?! Dari Hongkong!!" balas Anka. Kevin pun berjalan menyusul Anka sambil tertawa.

Tak jauh dari tempat mereka, terdapat seseorang yang sedang berdiri menatap kejadian tadi. Ekspresinya begitu datar tetapi kedua tangannya mengepal kuat menahan emosi.

***

Marsha keluar dari ruang dosen sambil menelpon seseorang. Beberapa detik kemudian handphone yang ditempelkan di telingan kirinya pun dijauhkan dan giliran matanya yang menatap kearah layar handphone.

"kok gak diangkat sih?" gumam Marsha. tiba-tiba sebuah ide muncul di otaknya. Jarinya pun mencari nama Ren dan Marsha menyentuh tombol berwarna hijau kemudian didekatkan kembali handphone itu ke telinganya.

My Lovely, My Swear, My NeighbourWhere stories live. Discover now