Subuh Berdarah di Bulan Ramadhan, Terbunuh Ali bin Abi Thalib oleh Ibnu Muljam

3 1 0
                                    

Subuh Berdarah di Bulan Ramadhan, Terbunuhnya Ali bin Abi Thalib oleh Ibnu Muljam

Serambimmata.com – Tidak ada yang menyangka seorang laki-laki muslim, shalih bahkan huffadz alias penghafal Alquran dan motivator bagi muslim lainnya untuk menghafal  Al Qur’an ternyata seorang yang tega memenggal kepala salah satu Khulafa’ur Rasyidin, sahabat Nabi SAW bahkan suami dari seorang puteri Rasulullah, Ali bin Abi Thalib.

Tidak hanya itu, peristiwa tragis yang benar-benar melukai umat Islam itu terjadi di bulan suci, persis di hari ketujuh di bulan Ramadhan. Pada bulan itu, hidup dan perjuangan sahabat Ali Karromallahu Wajhah itu harus berakhir oleh seorang muslim ta’at yang meyakini kalau perbuatannya adalah jihad di jalan Allah, Abdurrahman bin Muljam Al Murodi.

Seraya  meneriakkan kata “Hukum itu milik Allah, wahai Ali, bukan milikmu dan para sahabatmu”,  Ibnu Muljam menebas leher sahabat Ali bin Abi Thalib hingga wafat saat itu juga.

Kontan saja, peristiwa memilukan itu menjadi duka mendalam bagi kaum muslimin saat itu. Siapa yang tidak sedih, nyawa sahabat pilihan yang telah dijamin oleh Rasululah SAW menjadi penghuni surga itu hilang di tangan seorang saudara sesama muslim. Ali bin Abi Tholib, menantu Rasulullah SAW itu terbunuh di bawah pekikan takbir dengan mengatas namakan hukum Allah dan demi surga yang ia yakini hanya milik jihadis sepertinya.

Tidak hanya itu, ayat Al Qur’an yang suci juga disertakan saya Ibu Muljam menghabisi Ali. Saat itu ia melakukan aksi biadabnya dengan tidak berhenti melafalkan Surat Al Baqarah ayat 207:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ

“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.”

Dengan mengatasnamakan Agama dan keyakinan Ibnu Muljam  telah menjadi seorang pembunuh berdarah dingin, sedikitpun ia tak ragu untuk menghabisi nyawa sang Khalifah. Maka atas aksinya, Ibnu Muljam harus membayar mahal dengan hukuman qishas yang harus diterimanya. Pembunuh Ali itu kemudian dieksekusi mati dengan cara qishas. Proses hukuman mati yang dijalankan terhadap Ibnu Muljam juga berlangsung dengan penuh drama. Saat tubuhnya diikat untuk dipenggal kepalanya dia masih sempat berpesan kepada algojo:

“Wahai Algojo, janganlah engkau penggal kepalaku sekaligus. Tetapi potonglah anggota tubuhku sedikit demi sedikit hingga aku bisa menyaksikan anggota tubuhku disiksa di jalan Allah.”

Pesan itu disampaikan karena Ibnu Muljam meyakini dengan sepenuh hati bahwa aksinya mencabut nyawa ayah dari Al-Hasan dan Al-Husein itu adalah sebuah aksi jihad fi sabilillah. Keyakinan itulah yang telah menyebabkan seorang sahabat terbaik, khalifah bahkan menantu Nabi Muhammad SAW gugur di ujung pedang seorang Muslim demi meraih surga dari jalan jihad yang diyakininya.

Kisah terbunuhnya Ali bin Abi Tholib di tangan seorang Muslim yang taat, shaleh, istiqomah puasa Senin-Kamis bahkan seorang hafidz menyadarkan tentang kebenaran hadist Nabi :

يَخْرُجُ فِـي هَذِهِ اْلأمَّةِ -وَلَمْ يَقُلْ مِنْهَا- قَوْمٌ تَحْقِرُونَ صَلاَتَكُمْ مَعَ صَلاَتِهِمْ، يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَـاوِزُ حُلُوقَهُمْ أَوْحَنَاجِرَهُمْ، يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ مُرُوقَ السَّهْمِ مِنَ الرَّمِيَّةِ.

“Akan keluar di dalam umat ini -beliau tidak mengatakan di antaranya- suatu kaum yang kalian menganggap remeh shalat kalian dibandingkan shalat mereka, mereka membaca al-Qur-an namun tidak melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama bagaikan anak panah yang keluar dari busurnya.” [HR. Al-Bukhari][6]

Muhasabah Diri ✓Where stories live. Discover now