Bab 3. Kamu Kembali Menang, Agra!

298 11 0
                                    

Bab 3. Kamu Kembali Menang, Agra!

-Happy Reading-

Aku tahu, hubungan ini begitu toxic

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku tahu, hubungan ini begitu toxic.
Namun, pesona dan kelembutanmu selalu berhasil memenangkan ku kembali.

_ Cahaya Sandyakala _


•••

Pagi ini ... suasana sangat sejuk, bumi diselimuti kabut bersamaan dengan embun-embun yang membasahi dedaunan lalu jatuh ke atas bumi. Dengan aroma khas tanah dan air dan angin pagi yang dinginnya hingga ke tulang-belulang, membuat siapa saja enggan untuk beranjak dari selimut dan enggan bangun dari tempat tidur. Tak terkecuali sepasang kekasih ini.

Semalam hujan deras mengguyur Kota. Bahkan, hingga pukul Enam Pagi, rintik hujan pun masih berdatangan silih berganti menyambut pagi. Jam dinding pun terus berputar hingga menampakkan pukul Dua belas Siang. Bagaskara pun sudah mulai menampakkan dirinya dari pukul Sepuluh Pagi tadi. Namun, tak membuat sepasang kekasih ini beranjak dari tempat tidurnya. Pasalnya, pasangan tersebut memadu kasih dari jam Dua pagi hingga pukul Tujuh pagi mereka baru terlelap.

Saat sang bagaskara menyapu wajah cantik Cahaya, membuat Cahaya Bergerak dan membuka matanya perlahan. Dilihatnya dirinya dan Agra yang masih naked berbalut selimut tebal. Tadi malam, Agra menjemput Cahaya di rumah makan yang disinggahi bersama Mangata. Cahaya tidak meminta untuk dijemput. Namun, Agra memaksa sebab hujan yang tak kunjung reda hingga pukul Sepuluh Malam. Alhasil, mau tidak mau Cahaya dan Mangata pulang diantar oleh Agra. Setelahnya, Agra dan Cahaya kembali ke rumah makan tersebut. Mengambil motor Cahaya yang ditinggal di parkiran sana. Karena rumah makan tersebut tidak buka 24 Jam, mau tidak mau mereka harus mengambil motor Cahaya. Dengan Cahaya yang mengendarai mobil Agra, sedangkan Agra mengendarai motor Cahaya. Menggunakan jas hujan untuk melindungi dirinya dari rinai.

Cahaya tersenyum singkat dan mengusap lembut pipi Agra. Padahal, malam tadi ia mengatakan kepada Mangata jika hubungannya terlalu toxic. Namun, tak membuat Cahaya menolak pesona Agra ketika Agra kembali menyentuh dirinya. Sentuhan Agra yang begitu lembut membuat dirinya melayang dan seakan lupa oleh daratan. Dia memang sangat mencintai Agra, bahkan ia rela melakukan apa saja agar ia tidak kehilangan sang kekasih.

Entahlah, kesimpulan apa yang tepat untuk menyimpulkan Cahaya. Cinta dan Bodoh sepertinya beradu menjadi satu pada diri Cahaya.

Cahaya mengusap lembut pipi Agra untuk membangunkannya. "Gra ... bangun yuk, sudah siang!" Dan seketika, Agra pun menggeliat seraya mengucek matanya pelan.

"Mmmmm ... Jam berapa sekarang, Ay?" Gumam Agra dengan malas sebab merasa masih mengantuk.

Cahaya menepuk-nepuk pelan punggung Agra. "Jam Dua belas siang, bangun yuk! Aku laper."

Cahaya SandyakalaWhere stories live. Discover now