05ㅡRumah

50 21 17
                                    

Terkadang kita menemukan rumah yang tidak selalu berbentuk sebuah bangunan, asalkan ia dirasa sangat nyaman, dan dijadikan tempat untuk pulang maka ia layak di sebut sebagai rumah. Dan dulu sekali, Nazeea pernah jadikan Raffael sebagai tempat berkeluh kesahnya kala ia gelisah jadikan Raffael tempat untuk berbagi tawa tatkala ia merasa bahagia. Akan tetapi kini, Nazeea kira rumah itu sudah tidak layak huni lantas ia pergi meski si rumah kerap kali memintanya untuk kembali Nazeea tidak lagi taruh peduli sebab sudah ada penghuni baru.

"Raff, gue capek banget anjir sumpah Pak Jeffry suka banget dadakan mana ini tuh acara pensi. Coba lo bayangin, pensi acara besar dan butuh banyak persiapan. Si bapak malah seenak jidat majuin waktu pensi". Cerita Nazeea sore hari itu di rooptof di sekolah.

"Dimajuin jadi kapan, Zee?"

"Tiga minggu lagi".

"Nggak apa-apa Zee, cukup kok waktu tiga minggu. Gue yakin lo pasti bisa". Raffael berujar tenang, berusaha meyakinkan Nazeea. Tangannya mengelus pergelangan tangan pujaan hatinya.

"TAPIII--gue yang nggak yakinnn...."

"Heiii katanya pengurus osis itu harus serba bisa. Waktu acara LDKS kemarin juga lo sama temen temen lo bisa tuh dadakan jadi padus padahal nggak ada latihan sama sekali. Dengerin gue ya, Pak Jeffry bilang gitu juga karena dia percaya sama lo dan temen-temen lo".

Nazeea mengangguk kecil, "hu'um"

"Jangan terlalu dipikirin, lo nya enjoy aja biar nggak kerasa capeknya. Nanti kalau udah beres pensi kita ke gunung Puntang".

Pemuda Desember itu dapat melihat manik mata perempuannya berbinar cerah, Nazeea suka berteman dengan alam dan keinginannya tempo hari yang lalu adalah pergi ke gunung Puntang. "Serius Raff??!!!"

"Iyaaa"

"Nanti ajakin temen-temen lo, gue juga mau bawa si Zayyan sama Aiden".

Tingkah Raffael jauh berbeda dengan kemarin, ia bersumpah bahwa sore itu dirinya tengah dikuasai emosinya sendiri. Raffa tidak tahan melihat perempuannya bersedih, karena itu ia tawarkan liburan pada Nazeea.

Walaupun hari itu Raffael sempat menentang keras Nazeea yang mempertahankan dirinya di organisasi intra sekolah, namun sekarang dia-lah yang berdiri paling depan untuk mendukung pujaan hatinya.

Sekotak susu sapi rasa fullcream temani mereka menikmati senja di roptoof sekolah. Rasanya begitu damai melihat lukisan mentari pada langit cakrawala, menghasilkan warna lembayung yang indah. Nazeea suka saat ia menghabiskan waktu bersama Raffael melihat langit sore.

Namun tampaknya kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, "RAFFAEL NAZEEA!!! Turun kalian!! Kenapa belum pada pulang hah?!" Teriakan Mang Cecep satpam Purwadinata.

"Turun cepet!! Mamang mau ngunci gerbang" tambahnya.

Raffael dan Nazeea terkekeh kecil lihat Mang Cecep yang kesal, lantas pemuda Desember itu balas berteriak "siapp mang, nungguin cewek gue dulu bentarr!!"

"Eh gausah Raff, gue abisin sambil jalan aja. Ntar kita malah ke kunci disini". Nazeea mengambil jaket miliknya dan milik Raffael yang terletak di kursi panjang, sedang kedua tangan Raffael penuh jajanan mereka.

Sembari menuruni tiap anak tangga, canda tawa perihal cinta mereka lontarkan penuh suka cita. Tidak ada yang lebih membahagiakan dari dicintai sosok Raffael. Dan Nazeea tidak pernah menyesal pernah mencintai sulung Adhiyaksa.


___




Malam hari ketika Nazeea baru saja akan merebahkan tubuhnya pada kasur, sebuah pesan masuk menarik atensinya. Dengan cepat ia meraih ponsel di nakas dan melihat pesan dari sebuah aplikasi bertukar pesan berwarna hijau, WhatsApp.

Cheating On YouWhere stories live. Discover now