SEBAGAI SEPARUH [END]

01

2021 menuju 2022 tidak seperti pergantian tahun yang Shia lewati sebelum-sebelumnya.

Di pekarangan rumah bersama teman yang itu-itu saja, membakar daging-sosis-bakso- dan membakar kenangan-kenangan lama barangkali sudah biasa. Hampir tidak ada yang istimewa dari malam tahun baru tiga dekade terakhir setelah hubungan-asmara-empat-tahun Shia kandas begitu saja.

Selama itu pun, Shia tidak pernah menjumpai sesiapa yang berhasil membuatnya menaruh kembali hati, atau sesungguhnya Shia hanya terlalu takut. Di antara kedua itu, Shia tidak tahu mana yang lebih dominan.

Dan, malam ini, Shia temukan perbedaan, keistimewaan, dan sebuah keyakinan bahwa—

"Sini! Di situ nggak keliatan."

'dia orangnya'.

Salah seorang dari sekian manusia di pelataran sebuah rumah Anggar, rumah yang biasa dijadikan tempat mereka menyelesaikan proposal skripsi untuk lusa diseminarkan.

Dia yang menoleh manakala Shia hanya berdiri di teras. Tersenyum manis, tetapi atas ajakannya, Shia hanya memberi anggukan dan senyum tipis, tidak lantas mendekat.

"Gue sini aja, jagain laptop temen-temen."

Selain khawatir soal keselamatan barang berharga yang bergeletakan di mana-mana sementara kawasan ini kerap jadi langganan aksi pencurian, Shia juga khawatir soal keselamatan jantungnya.

Shia khawatir apabila terlalu dekat, ketampanan itu akan semakin jelas terlihat oleh mata, sementara ia harus tetap mempertahankan sebuah hati agar tidak terlalu menyukai.

Namun, apakah Gilang tahu kabar itu? Tentu tidak.

Maka, tak aneh apabila laki-laki itu datang, lalu dibawanya Shia ke tempat paling sempurna untuk bisa melihat kembang api mekar di langit sana: tak terhalang dahan-dahan maupun punggung mana pun juga.

Benar-benar sempurna untuk melihat beberapa keindahan sekaligus. Perumahan warga yang sama mewahnya dengan rumah Anggar, di depan. Gemerlap, di atas. Dan, manis, di sebelah.

Gilang masih tersenyum,

"Ngerjain skripsi bisa nanti lagi, Sa. Kalo momen ini nggak bakal keulang dua kali," katanya, pake nengok segala.

[]