Bab 8: 4 saudara Akselsen

17 3 0
                                    


Selamat membaca..








Masih suasana sekolah, terlihat seorang remaja berlari tergesa gesa di lorong sekolah sambil sesekali menyeka bagian hidungnya.

Brak!!

Lintang masuk ke kamar mandi begitu saja dan segera menyalakan keran yang ada disana. Ia segera membasuh hidungnya yang masih mengeluarkan darah.

Lalu setelah dirasa bahwa darah sudah berhenti, Lintang mendongak, disana terpampamg wajahnya yang pucat dengan keringat yang mengucur deras.

"Ssshhh.." ringisnya ketika pusing mendera kepalanya.

Kepala Lintang menunduk dengan tangan yang mencengkram erat ujung wastafel.

Lalu tubuh Lintang pun merosot dibawah wastafel, dengan membenturkan kepalanya ke dinding berharap agar pusing itu segera hilang.

"sshhh.. sa..kit..hiks.."Ucapnya menahan sakit.

Tangannya menjambak kuat rambut lebatnya, air mata lolos begitu saja ketika dirasa sakit di kepalanya makin menjadi.

"Gw mo..hon.. ber..henti.. hah..hah.."Lirih Lintang dengan nafas yang mulai memburu.

Netra hitam itu perlahan mulai menutup ketika dirasa tidak kuat. Tak lama Lintang merasa tubuhnya di angkat oleh seseorang, dan samar samar ia mendengar suara seseorang yang terdengar cemas.

"Gw mohon bertahan, Chandra.."Panggilan itu ia seperti merasa tidak asing.

Dan tak lama pendengaran Lintang berdenging dan seketika netra hitam itu pun benar benar tertutup rapat.

_________



Ruang UKS

Brak!!

Pintu ruang UKS itu pun terbuka kasar, dan menampakan sosok dua remaja
Yang sepertinya habis berlari.

Terlihat seragam yang dikenakan dua duanya basah karena keringat dan jangan lupakan rambut yang sedikit acak acakan.

"G..gimana sama keadaan lintang? Dan Kenapa dia bisa jadi begini?"Tanya Langit entah pada siapa dan langsung menggenggam erat tangan Lintang yang tertancap infus.

Angkasa yang tadi bersama langit itu pun ikut menanyakan hal ini kepada sosok pemuda yang tadi menemani Lintang.

"Maaf kak, tadi Galaksi nemuin adik kakak di kamar mandi sedang kesakitan."Ucap Galaksi dengan jujur.

Langit yang mendengarnya pun hanya bisa menangis sambil menggenggam erat tangan Lintang, berharap adiknya itu segera bangun.

Angkasa yang melihat itu mengelus bahu Langit yang bergetar, lalu tak lama Angkasa memeluk erat Abang keduanya itu.

Langit yang merasa di peluk oleh saudaranya itu pun membalas pelukan itu.

"Lintang, Asa.."Lirih Langit.

Angkasa yang mendengar nya mengangguk dengan masih memeluk erat.






__________


Kring!!



Bel pulang sekolah berbunyi ke tiga remaja itu pun melangkahkan kakinya menuju ke ruang UKS.

Bintang yang sedang berjalan bersama kedua abangnya itu hanya menunduk di belakang dan mengikuti langkah abangnya.

Bintang terus menunduk ketika sudah sampai di depan pintu UKS.

Langit membuka pintu itu dan menatap Lintang yang sedang sadar sedang baringan dengan infus yang terpasang.

Ceklek..

Netra yang tadi hanya menatap plafon UKS itu pun  beralih pada pintu yang terbuka.

Senyum Lintang mengembang ketika tahu bahwa yang datang itu kedua abang dan kembarannya.

Terlihat lah Bintang sedang menunduk di belakang kedua abangnya dengan bahu yang terlihat bergetar.

"Bintang.."panggil Lintang dengan lirih.

Bintang yang mendengar lirihan itu mendongak dengan mata yang berkaca.

Lintang yang melihat kembarannya itu akan menangis hanya terkekeh. Tangan itu pun terbuka lebar yang bermaksud untuk Bintang memeluknya.

Bintang yang melihat itu segera menubrukan dirinya untuk memeluk erat kembarannya, Lintang hanya mengelus lembut rambut lebat Bintang dan tersenyum.

"Huaaa... Hiks.. hiks.. maafin Bintang ya Lintang, gara gara Bintang kekanakan Lintang jadi kambuh.."

"Gak papa Bintang, maafin Lintang juga ya karena udh jail sama Bintang." Ucapnya meminta maaf.

Angkasa yang mendengarnya hanya tersenyum sedangkan Langit ia sudah keluar untuk menyiapkan mobil.

Lalu mereka pun bersiap untuk pulang menuju rumahnya.

Jangan lupa vote guys..

Asteroid Where stories live. Discover now