3. Pegunungan Berkabut

501 72 3
                                    

Sesuai namanya, pegunungan berkabut adalah pegunungan yang dipenuhi oleh kabut. Sejauh mata memandang hanya warna putih yang terlihat. Bahkan pohon tertinggi pun tak nampak. Dari jauh, pegunungan berkabut tampak seperti tumpukan awan yang menjulang tinggi dari tanah sampai ke langit. Karena kabut itulah, pegunungan ini termasuk pegunungan yang terlarang di kerajaan Victoria, kabut itu membuat jarak pandang manusia terbatas. Para kultivator hanya berani datang di kaki gunung saja, seperti yang dilakukan oleh Wisaka dan tunangannya dulu. Di kaki gunung, monsternya masih level rendah dan kabut pun tipis. Tidak terlalu menghalangi pandangan seperti yang berada di tengah dan puncak pegunungan.

Saka memandang pegunungan di depannya itu dengan perasaan yang rumit. Kecelakaan yang membuat dantiannya rusak seharusnya tidak akan terjadi jika Raden tidak memancing monster khimera untuk turun gunung. Monster yang bertubuh campuran antara singa, kambing dan ular itu seharusnya berada di tengah pegunungan. Tetapi Raden berhasil memancingnya turun membuat Saka mau tidak mau harus melawannya demi menyelamatkan Alisha.

Perbedaan ranah yang signifikan tentu saja membuat Saka tak berkutik. Ia menerima pukulan telak di perut hingga menghancurkan dantiannya. Beruntung Pandu segera datang dan menyelamatkan Saka sehingga ia tak menjadi santapan monster khimera. Namun tentu saja, kedatangan Pandu sudah sangat terlambat.

"Sistem, bisakah aku memasang hadiahku di sini?"

[Ding! Bisa Tuan]

"Oke, Sistem! Pasang mata dewa!"

Saka lantas merasakan arus hangat di matanya yang mulai memanas, terasa sedikit kesemutan sebelum kemudian matanya mendingin dan sangat sejuk. Saka membuka mata dan mau tak mau ia harus terkejut. Pegunungan yang sebelumnya tampak diselimuti awan putih kini terlihat transparan dengan banyaknya pepohonan tinggi. Saka mampu melihat banyaknya kupu-kupu yang terbang di pegunungan tengah dan persepsinya yang meluas.

"Sistem, apakah mata dewa ini mampu melihat objek yang sangat jauh dan menembus halangan apapun?"

[Ding! Benar Tuan!]

"Waahhh, ini sangat hebat!" Tanpa sadar, Saka berjingkrak kegirangan. Ia harus bersyukur karena hari yang masih sangat pagi sehingga ia tak akan dianggap aneh oleh orang-orang yang lewat.

"Sistem, pasang teknik penyerapan Ilahi!"

Saka kemudian merasakan kesemutan di seluruh tubuhnya hingga ia jatuh bersimpuh di tanah. Berbagai informasi muncul diotaknya bersamaan dengan arus hangat yang menghilangkan kesemutan. Saka menghirup napas panjang, ia merasakan aliran energi yang masuk bersamaan saat ia sedang bernapas.

"Sistem, apakah teknik penyerapan ilahi ini bisa menyerap semua energi sembari aku bernapas?"

[Ding! Benar Tuan! Energi itu nanti akan langsung menguatkan pondasi kultivasi Tuan saat naik ranah. Teknik penyerapan ilahi juga bisa menyerap energi kegelapan, racun, dan energi negatif lainnya yang kemudian dinetralkan menjadi energi positif untuk Tuan Muda]

"Lalu, setetes darah naga ini untuk apa?" tanya Saka setelah mengambil hadiah terakhir di Inventory. Kini di tangan kanannya melayang setetes darah dengan energi yang sangat kuat dirasakan oleh Saka.

[Ding! Jika Tuan mengonsumsinya, setetes darah naga akan membuat Tuan memiliki garis darah naga, ke depannya Tuan bisa mengendalikan seluruh ras naga di alam primordial]

Mendengar ucapan Sistem, Saka langsung memasukkan darah itu ke mulut dan menelannya. Sensasi terbakar langsung terasa dari tenggorokan ke perut. Dantiannya bergetar hebat, elemen api juga ikut bergetar merespon darah naga yang perlahan tercampur di setiap meridian milik Saka. Kini di lautan jiwanya, Saka bisa melihat sebuah danau luas dengan patung harimau di tengahnya. Satu bola cahaya kecil yang merupakan elemen api miliknya kini berwarna hitam, padahal sebelumnya berwarna merah. Belum sempat mengatasi rasa heran, Saka merasakan danau energinya seolah meluap ingin mendobrak dinding pembatas.

Duaarrr!

Ranah Jenderal tingkat 6.

Duaarrr!

Ranah Jenderal tingkat 7.

Duaarrr!

Duaaarr!

Duuaarrr!

Ledakan teredam dari dalam tubuh Saka berkali-kali menandakan kenaikan kultivasi pemuda itu hingga ranah Raja tingkat satu.

Saka membuka mata dengan takjub. Ini adalah pertama kali ia naik ranah secara berturut-turut. Jika dulu ia harus bekerja keras menyerap energi dari alam, batu roh, eliksir dan inti monster, kini ia bisa langsung naik 5 ranah sekaligus hanya dengan setetes darah naga.

"Sistem, kenapa elemen apiku berwarna hitam?"

[Ding! Setelah mendapat darah naga, elemen api Tuan berevolusi menjadi api naga abadi. Api naga abadi adalah tingkatan api yang sangat tinggi, tidak bisa padam kecuali kehendak sang pemilik]

Mata Saka berbinar. Ia mencoba memunculkan elemen apinya. Kini api hitam berkobar di tangan kanannya. Iseng, Saka melemparkan api itu ke salah satu pohon yang ada di depannya, dalam hitungan detik, pohon itu berubah menjadi abu. Api masih berkobar melahap pohon yang lain. Saka yang panik dengan cepat menjentikkan jarinya untuk memadamkan api. Terlihat hampir satu meter di depan Saka sudah menjadi tanah lapang tanpa tumbuhan apapun yang ada di atasnya.

Fyuhh! Hampir saja! Saka masih belum terbiasa dengan api naga abadi sehingga masih belum bisa mengontrol tingkat panasnya.

"Baiklah, mari kita berburu monster demi pundi-pundi poin pengalaman. Di pegunungan berkabut dengan tingkat bahaya yang sangat tinggi ini, seharusnya tersimpan harta karun bukan?" gumam Saka sambil berjalan semakin dalam ke area pegunungan.

Semakin dalam, kabut semakin pekat, tapi bukan masalah untuk Saka, dengan mata dewa ia bisa melihat semuanya dengan jelas seolah tanpa kabut. Ia semakin melangkah dengan hati-hati saat persepsinya menangkap seekor monster ranah Raja tidak jauh dari tempatnya berada.

Groaaaarrr!!

Raungan mengerikan bersamaan dengan hadirnya monster babi berkepala serigala di hadapan Saka. Saka mengernyit sejenak, lalu tertawa terbahak-bahak. Ini adalah pengalaman pertamanya melihat bentuk monster yang sangat jelek. Jauh lebih jelek dari yang terjelek. Antara badan dan kepala sangat tidak sinkron, badannya yang sebesar mobil avanza, kepalanya lebih besar seperti gong kelurahan.

Groaaarrr!!

Monster itu meraung marah. Sepertinya ia paham jika dirinya tengah diejek oleh manusia di depannya itu.

"Heh, monster jelek! Orangtua kau kawin silang apa gimana? Inilah bunda kalau menyalahi takdir Tuhan!"

Grrooaaarr!

Monster itu mulai menyerang dengan membabi buta. Saka terus menghindar dari serangan monster sembari bertanya kepada sistem jenis monster jelek yang ada di depannya itu.

"Jadi namanya Athos?" gumam Saka setelah mendapat jawaban dari sistem.

Saat monster Athos melompat, Saka merendahkan tubuhnya dan menggunakan tinju militer untuk memberikan serangan telak pada perut sang monster.

Bang!

Ugh!

Monster itu hanya terhuyung sesaat, tetapi tak berdampak apa-apa, berbeda dengan Saka yang kini sibuk meniup kepalan tangannya yang terasa menumbuk lempengan baja.

"Sial! Keras sekali! Jangan-jangan dinamakan Athos karena badannya keras?" monolognya sembari mencari titik kelemahan sang monster. Dunia ini sangat aneh, sungguh!

Mengalirkan energi ke kepalan tangannya sekali lagi, Saka menyambut serangan sang monster. Kini, ia mengalihkan sasaran ke kepala monster yang berbentuk serigala.

Bang!

Baik Saka maupun sang monster, keduanya mundur beberapa langkah. Berbeda dengan sebelumnya, kini sang monster tampak kesakitan. Saka semakin bersemangat, serangan selanjutnya ia selalu mengarahkan serangannya ke kepala sang monster.

Guaghh!

Prak!

Satu serangan pamungkas dari Saka yang memadukan teknik tinju militer dan harimau membelah gunung, berhasil membuat kepala sang monster pecah.

[Ding! Selamat Tuan telah membunuh monster ranah Raja, mendapat 1000 poin pengalaman]

Sistem Penguasa AlamWhere stories live. Discover now