4

34 7 0
                                    

Tak ... Tak ...

Tak terasa sudah beberapa hari aku berada di dunia ini. Tepatnya ... Emm, entahlah? Seperti yang kau tau, seluruh tenaga ku sudah di gunakan untuk rebahan, dan ingatan ku hanya terbatas sebesar 1 GB, jadi tidak ada ruang untuk mengingat berapa hari tepatnya aku berada di sini.

Namun, setidaknya, aku sudah cukup biasa dengan tempat ini. Mulai dari tempat yang luas, makanan lezat, pelayang yang selalu siap melayani, atau bahkan patung emas yang bertebaran layaknya batu kerikil.

TOK TOK TOK

Ah iya, ada satu hal juga yang membuat ku sudah terbiasa.

"YANG MULIA, SAYA MOHON BUKA PINTUNYA"

Aku diam tak bergeming. Mata ku masih setia menatap langit langit kamar yang begitu mewah. Lagi lagi Felix datang dengan sedikit kehebohan, dan penyebabnya adalah ...

" YANG MULIA, SAYA MOHON, SETIDAKNYA JANGAN MENYIKSA SAYA DENGAN BERKAS BERKAS ITU"

TOK TOK TOK

Aku menghela nafas panjang, memang nya apa gunanya jika aku mengerjakan berkas berkas itu? Terakhir kali aku datang ke tempat kerja ku saja sudah ada dua tumpuk berkas yang Telang menggunung. Alangkah 2 tumpuk berkas, bahkan untuk mengerjakan satu berkas itu saja aku sudah tak sanggup.

Lagi pula yang ingin menjadi kaisar adalah Claude, dan hanya dia yang mampu mengerjakan tugas tugas itu. Aku yang bahkan gagal dengan nilai bulat sempurna di 17 sekolah dasar bisa apa?

Satu satunya skill yang di berikan oleh Claude kepada ku hanyalah ketampanan tidak terhingga, bukan kepintaran tidak terhingga.

" Hahh ... Jadi apa yang harus ku lakukan sekarang?"

Aku bangkit dari ranjang ku. Lalu berjalan mendekati pintu yang sudah menderita beberapa hari ini karena ketukan maut Felix. Yah, ujungnya ujungnya aku akan keluar juga.

Ceklek

Ketukan itu berhenti tepat setelah aku membuka pintu. Ku lihat, Felix telah berdiri di depan pintu dengan wajah tomatnya. Maksud ku, apa apaan wajah merah yang nyaris mirip dengan rambutnya itu?

" Ya-yang mulia-a .."

Nafasnya saja sampai terengah-engah.  Aku merasa sedikit bersalah. Tapi, apa boleh buat, salah kan tuan mu yang bertindak bodoh dengan tidak memberikan skill kepintaran untukku.

"Yang mulia, akhirnya anda keluar. Ini ada surat un--"

Aku berjalan dengan cepat, mendahului Felix tanpa membiarkan nya berbicara.

"YANG MULIA!! TOLONG, INI ADALAH SURAT DARI NEGARA TETANGGA!!"

Ukh ....

Aku menghentikan langkahku sejenak. Kepala ku menoleh ke belakang sembari sedikit memicingkan mata ku, "jika kau beranggapan itu begitu penting, maka kau saja yang mengurusnya"

" Ya-yang mulia"

MAAF, MAAFKAN AKU FELIX!! Namun, aku mohon, gunakanlah kepintaran mu untuk menutupi kebodohan Kekaisaran ini. BERJUANGLAH, FELIX!!

Selepas itu, aku berjalan dengan begitu cepat meninggalkan Felix yang nyawanya telah pergi entah kemana.









Srak ... srak

Entah sudah berapa lama aku berjalan. Dan mungkin, ini telah menjadi rekor terbaru ku. Dulu, mungkin pergi berjalan dari kamar ku ke kamar mandi saja aku harus menyeret nyeret tubuh ku. Namun lihat sekarang, aku bahkan sampai ke hutan belantara.

become the kingWhere stories live. Discover now