19

1.7K 234 29
                                    













Dengan perasaan gugup Shani, mulai mengangkat panggilan telpon dari Zeedan.

"Halo." Suara Zeedan dari sana. Suara yang Shani rindukan.

"Waalaikumsalam~"

"Lupa, assalamuallaikum cantik."

"Kenapa?" tanya Shani.

"Kenapa apanya"

"Kenapa nelpon?" tanya Shani yang ingin tau alasan tiba-tiba Zeedan menelpon dirinya.

"Ga boleh? Yaudah aku matiin."

"Nggak! Nggak gitu! Aku hanya bertanya," panik Shani. Tak mungkin percakapan ini selesai begitu cepat.

"Hahahah... bercanda, kenapa panik?"

"Nggak, aku ga panik," elak Shani.

"Oke. Aku barusan dapet kabar dari angin. Kata nya Shani rindu."

Shani menegang, berpikir apa benar angin menyampaikan semua kerinduan yang Shani rasakan terhadap Zeedan. Tapi itu mustahil, tak mungkin terjadi. Dia baru saja berdoa agar Zeedan menghubunginya. Apa secepat itu terkabul, dan itu terbantu dengan angin?

Sedangkan di luar kamar Shani, Pak Sobirin dan Istrinya sedang menguping suara anak nya dari luar. "Sepertinya berhasil. Zeedan udah ngabarin Shani," kata Ibu Shani.

"Bagus kalau begitu, kasihan Shani terlihat murung," balas Pak Sobirin.

Perlu kalian ketahui angin yang Zeedan maksud adalah Pak Sobirin. Sebelumnya Ibu Shani melihat dari pintu kamar Shani keadaan anaknya yang sedang menggambar dan terlihat murung. Lalu dengan inisiatif ibu nya agar membuat anak nya tak terlihat murung ia, meminta suaminya untuk menghubungi Zeedan dan memberi tau keadaan Shani. Pak Sobirin menyetujui permintaan istrinya, ia memimta nomor Zeedan dari soleh, setelah itu baru mengirim pesan pada Zeedan.

"Kabar dari angin?" Bingung Shani.

"Ya, katanya gini. Permisi kami dari PT kerinduan ingin memberi kabar bahwa bidadari anda sedang mengalami kerinduan yang mendalam, sekian terimakasih." Zeedan menirukan suara seperti mas-mas polisi di dalam film. Shani sontak saja terkekeh kecil mendengar suara itu.

"Masa?"

"Iya, maka nya aku tanpa pikir panjang langsung telpon kamu. Tapi sebelum itu aku, berjuang dulu ke konter buat beli kuota, biar bisa telponan sama kamu yang lama."

"Makasih," ucap Shani. Sepertinya dia akan menikmati telpona bersama yang akan berlangsung lama. Dia menumpu dagu nya dengan satu tangan.

"Buat?"

"Udah mau nelpon aku."

"Gausah terima kasih. Udah jadi tugas aku, buat selalu ngebahagi-in calon istri."

Shani di sini menahan senyum karena mendengar kata calon istri dari mulut Zeedan.

"Shan, kalau kata Dilan jangan rindu berat kamu ga akan kuat biar aku saja."

"Bilangin ke Dilan. Bukan rindu yang berat, tapi nyuci jaket punya bapak."

"HAHAHAHA~" Zeedan tertawa lepas mendengarnya.

"Pasti udah berpengalaman."

"Setiap minggu nyuci jaket bapak," kata Shani.

"Nanti, gantian jaket aku cuci-in. Kalau kita udah nikah, mau?"

Ingin Shani menjawab 'mau', tapi dirinya malu. "Mau," jawab Shani.

"Mau apa?"

"Mau cuci-in jaket kamu, aku nanti jadi tukang loundry."

"Yahh~ kirain mau nikah sama aku. Kamu mau nikah sama aku nggak?" Tanya Zee dengan nada menggoda.

"Aku, tunggu kamu dateng ke rumah sama keluarga kamu nemuin bapak," jawab Shani malu-malu. Sebenarnya dia gugup untuk menjawab seperti ini. Tapi, tak ada salahnya mencoba memberanikan diri.

"Secepatnya. Aku akan ke sana sama keluarga ku."

Telponan itu terus berlanjut. Karena banyak hal-hal random yang mereka bicarakan yang membuat mereka tak melihat waktu. Telponan mereka baru berhenti saat salah satu dsri mereka tersadar bahwa sekarang sudah hampir tengah malam. Dan memutuskan untuk menyudahi dan beristirahat.

~~~

"Pagi Bu, mau masak apa hari ini?" tanya Shani yang terlihat ceria.

"Bahagia banget kelihatan nya."

"Nggak ah, biasa aja. Biasanya Shani juga seperti ini," elak Shani. Padahal dia memang merasa bahagia karena kerinduan itu mulai terobati meski hanya dengan suara.

"Gausah ngelak. Ibu, tau kamu, lagi seneng. Semalem telponan sampai jam berapa?" Tanya Ibi Shani menggoda.

"Ma-maksud ibu?" Gugup Shani.

"Ibu, tau semalam kamu telponan sama Zeedan. Pasti karena itu kamu pagi ini jadi keliatan bahagia. Iya kan? Ngaku," ungkap Ibu Shani.

"Apa sih Bu, Shani bantu ngupas bawang ya," elak Shani berusaha mengalihkan pembicaraan.

Ibu Shani terkekeh melihat tingkah Putri nya itu. Bahkan pipi anak nya itu terlihat memerah. "Dasar anak muda, kalau lagi kasmaran ya gini," kata Ibu Shani.






























Segini dulu.

Udah mulai terobati tuh yang rindu wkwkwkwk.

Gua kebangun anjay terus blom bisa turu. Jadi nulis lah ini malem malem.

Maap buat typo ges.

30 Hari [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang