[Duapuluh] Tidur Siang Bersama Taya

561 64 1
                                    

Baheera sengaja membuat putra gembulnya lelah bermain. Tadi mereka bermain mencari benda-benda yang sengaja Baheera sembunyikan di sekitar rumah. Misi menemukan barang-barang hilang membuat Taya terlihat bersemangat.

"Ada semua...."

Taya bangga sekali dengan dirinya sendiri, sebab ia berhasil menemukan semua benda yang tersembunyi.

"Wahh, pintarnya Abang. Ketemu semua.. Yaii...."

Baheera tentu saja harus memuji putra gembulnya ini, tanda bahwa Baheera menghargai setiap usaha yang dilakukan putranya.

"Abang capek nggak nak?"

Sejujurnya Baheera sudah merasa lelah, pinggangnya terasa encok. Energinya sudah tak sama lagi seperti dulu, apalagi harus meladeni energi milik bocah gembul itu. Kalah sudah.

"Minum...."

Taya berlari kearah dapur, mengambil sendiri minumnya. Taya sudah tahu kok harus memencet apa kalau mau minum. Kalau ada warna merah, jangan dipencet, nanti panas. Taya boleh pencet warna hijau atau tombol yang tengah.

"Sudah selesai minumnya Bang?"

"Sudah Mama..."

"Ayoo kita bobo siang yuk, tadi janjinya setelah selesai main tidur siang kita."

"Bobo kamal?"

"Iya di kamar Abang..."

"Sama Dino?"

"Abang mau sama Dino?"

"Ndak mau bobo Mama, Taya main..." tolaknya, padahal tadi Taya sudah janji dengan mamanya untuk tidur siang jika sudah selesai bermain. Tetapi Taya masih ingin bermain.

"Tadi Abang sudah janji loh sama Mama..."

Rasanya Baheera ingin protes saja dengan putra gembulnya ini, tadi mereka sudah membuat perjanjian jika selesai bermain akan tidur siang. Baheera perlu me time. Lumayan dua jam untuk diri sendiri.

"Taya main Mama..." tolaknya untuk kesekian kalinya.

"Kan sudah Bang..." gemas sekali Baheera.

"Ndak bobo lah, main telus..."

Tidak tahu saja Taya, kalau nanti sudah dewasa engkau akan merindukan waktu tidur siang ini.

"Sudah selesai tadi mainnya."

Baheera masih saja membujuk Taya agar segera tidur siang. Kalau tidak tidur sekarang nanti malam ia akan tidur cepat, tapi masalahnya Taya akan terbangun tengah malam sebelum sahur. Selain itu, Baheera juga membiasakan bocah gembul ini dengan pola tidurnya.

"Ayo bawa Dino, Dino juga mau istirahat..."

"Dino mau main Mama..."

"Ah masaaa? Dino mau main atau mau bobo nih? Ah apaaa? Dino lelah yah, mau bobo siang saja? Wah sama Mama yah bobo siangnya, kita bobo berdua yah."

"Ndak ada jawab Mama..." Taya terhasut tipuan mamanya, ia melirik penuh minat kepada Dino yang diajak mamanya bicaranya.

"Abang nggak dengar kok, Mama sama Dino saja yang dengar. Katanya Dino mau bobo siang sama Mama..."

"Abang mau ikut Mama sama Dino nggak? Kita mau bobo nih."

Baheera beranjak dengan membawa beberapa mainan Dino milik Taya. Biasanya cara seperti ini cukup berhasil agar Taya tidur siang.

"Kamal Taya?"

"Abang mau ikut?"

"Bobo mana?" tanyanya lagi, soalnya tadi mamanya nggak menjawab pertanyaan Taya sih.

"Abang mau bobo dimana?" tanya Baheera lagi, membiarkan putranya mengambil keputusan sendiri. Hal-hal kecil begini cukup bagus, karena Taya bisa mengungkapkan keinginannya dengan baik dan difasilitasi oleh orang-orang terdekatnya.

"Kamal Taya..." pekiknya girang.

"Ayooo, kita ke kamar Abang. Yaiii, sama Dino juga nih, nggak sabar kata Dinonya mau tidur siang juga."

"Ayo Mama..."

Agak mudah yah membuat Taya masuk dalam perangkap mamanya. Sepertinya juga karena lelah bermain tadi.

"Sebelum tidur kita ngapain dulu nih? Dino juga harus apa sebelum tidur?"

"Cuci muka, tangan dan kaki. Ganti bajuuuu..."

Taya dengan sukarela ke kamar mandi miliknya untuk cuci muka, kaki dan tangan. Tanpa komando mamanya, setelah itu memilih sendiri baju untuk tidur agar lebih nyaman. Baju yang tadi digunakan sudah basah karena keringat akibat main lari-larian.

Ramadhan With Nataya (Seri Keempat)Where stories live. Discover now