16. Kaki Tangan

9.7K 1.2K 28
                                    

"Iya Kane ada di sini, kita masih ada di taman, bersamaku dan ya 'dia' juga, nanti akan kubicarakan bersama Kane, aku akan menyuruhnya pulang, ya kalau tidak suruh saja orang ke sini untuk menangkap Kane nanti Claude urusanku." Xavion sedang melakukan telepati dengan ayahnya. Ia bersembunyi di balik pohon sambil duduk memainkan rumput.

"Aku sudah mengirim mereka, tunggu saja ditempat Claude daerah hutan goblin, ada sedikit kejutan."

Xavion mengangguk mengerti, ia juga tahu kejutan yang dimaksud bukankah kejutan yang menyenangkan.

"Dan juga ... ... kau mengerti?"

Ada beberapa kata yang Raja tak keluarkan, itu seperti perintah.

Xavion pun memperhatikan Claude dari balik pohon, ia mengepalkan tangannya sembari mengumamkan kata 'maaf.'

"Kane, ayo cepat," ucap Claude berlarian.

Xavion lalu menyunggingkan senyumnya melihat tingkah Claude seperti anak-anak.

"Hihihi." Claude tertawa-tawa dikejar Kane, mereka bermain-main saling tangkap dan mengejar satu sama lain, awalnya Xavion melihat itu biasa saja tapi lama-kelamaan adik mesumnya yang bernama Kane mengecup leher Claude setelah menangkap pemuda berambut pirang tersebut.

Xavion menganga melihatnya.

"Aaa geli Kane, geli," ungkap Claude tertawa. Ia masih belum menyadari kalau kecupan itu berubah menjadi mark. Menjadi tanda kepemilikan yang akan sulit hilang, yang seharusnya hanya dilakukan suami istri.

****

Setelah melakukan kejar-kejaran Claude menyentuh lehernya, rasanya aneh, ia lalu menatap tajam Kane yang menandainya.

"Kane! Kau sangat mesum!" teriak Claude kesal.

Kane langsung membuat muka sambil bersiul.

Claude pun marah menghentakkan kaki, ia menggerutu dan memutuskan untuk menjauhi Kane dan mendekati Xavion. Pada akhirnya mereka hanya ditaman sebentar karena Claude ingin pulang. Sebelum pulang Xavion mengembalikan kedua boneka besar milik Claude, merasa keberatan dengan dua boneka dalam perjalanan Claude diam-diam menyimpan salah satu boneka yang mirip dengannya di rerumputan.

****

Hati Xavion sudah was-was.

Dan benar saja saat sampai ditempat Claude, semuanya terbakar, kayu-kayu dari sebuah pohon tumbang merembet ke atas rumah pohon milik Claude, para goblin mengamuk daerah perbatasannya ikut terbakar, mereka panik.

"Kejutan yang ayah maksud ini?" gumam Xavion. 

"Barang-barangku!" Claude berlari melewati Xavion, ia berusaha naik ke atas pohon untuk mengambil barang-barang miliknya, tapi sayangnya api itu semakin besar. Api tersebut mengamuk, api yang tak pernah Claude lihat sebelumnya, seperti ada yang mengendalikan api tersebut dari kejauhan sehingga api itu bisa membakar rata dengan cepat.

Claude juga melihat para goblin berlarian ke sungai. Sebagian terbakar, entah kenapa Claude merasa iba, goblin itu makhluk ciptaannya saat membuat cerita di dunia nyata, rasanya tidak tega.

"Tidak!" Pemuda tersebut menerobos masuk ke dalam hutan, ingin menyelamatkan satu saja goblin tersebut, namun Xavion dan Kane menahan satu-persatu tangannya.

"Claude jangan," titah Xavion menggelengkan kepalanya.

"Goblinnya," lirih Claude sedih. Tanpa sadar ia memeluk Xavion tapi Kane langsung melepas pelukan itu, ia langsung menyentak Claude terhadap apa yang terjadi.

"Mereka marah, kau gila ya?! Goblin tetap goblin, mereka monster untuk apa kau menyelamatkannya? Mereka tidak punya otak!" bentak Kane emosi.

Memang benar, goblin itu pun melempari Claude dengan tombak, mereka marah dan mengira Claude adalah pelakunya.

[Bl] Fuck You Prince! (END) Onde histórias criam vida. Descubra agora