18. Baikan

39 20 50
                                    

"Doa adalah salah satu harapan terakhir manusia."

    Aku hanya berharap ada seseorang yang akan menolongku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

    Aku hanya berharap ada seseorang yang akan menolongku. Aku gak mau sampai kehormatanku direngggut oleh mereka. Tiba-tiba saja aku teringat dengan kak Devan. Aku ingin diia menolongku tapi itu sangat mustahil. Kemudian Bima meminta Denis dan Lax mengawasi sekitar. Mereka berdua pergi dari sini menuju depan gudang untuk melihat situasi dan kondisi.

   Aku berusaha memberontak ketika Bima memegangi kedua pipiku dan hendak menciumku. Sedangkan yang lain tertawa.

   ''LISAAA!'' Suara teriakan itu menghentikan aksi Bima dan membuat semuanya menoleh pada sumber suara.

   ''Kak Andra,'' gumamku. ''kak Andraaa.'' Aku berterik memanggil namanya sementara Bima mengumpat karena rencananya yang hendak melecehkanku batal karena datangnya seorang pahlawan.

   Kak Andra berlari menghampiri kami dengan wajah memerrah dan kedua tangan mengepal di samping badan. Saat kak Andra mendekat aku bisa melihat sudut bibirnya terluka. Apa dia habis bertengkar dengan seseorang atau terjatuh?

   "Lepasin Lisa!'' pinta kak Andra atau mungkin lebih kepada perintah.

   "Kalau gue gak mau??''

   ''Lepasin.'' Suara kak Andra terdengar datar tapi cukup menyeramkan.

   "Asal lo tahu dia yang berusaha ngejual dirinya ya, kita beli lah dengan senang hati. Iya gak??'' Bima menoleh pada kedua temannya dan dianggukan oleh mereka dengan antusias.

   Saat Bima menoleh pada kak Andra atu layangan tinju mendarat di dagunya. ''BANGSAT LU!''

   ''ANJING BERANI LO ANAK MISKIN!'' Bima tersulut emosi dan menghajar balik kak Andra. Tapi, kak Andra mampu menangkis tinjuan Bima.

   ''HMPH! Buat apa gue takut hanya karena lo terlahir dari orangtua yang kaya?''

    Aksi baku hantam terjadi. Tidak terima bosnya dihajar habis-habisan oleh kak Andra Aldi dan Dimas melepaskan aku dan menghajar kak Andra. Dia sempat terkena tendangan Aldi dan tinjuan dari Dimas. Lalu menyeka darah yang keluar dari bibirnya. Kak Andra sempat kewalahan karena harus melawan tiga orang sekaligus.

   Sementara aku hanya bisa menangis menyaksikan perkelahian di depan mataku. Dimas dan Aldi berhasil ditumbangkan tapi Bima masih belum menyerah. Mereka masih bergelud entah kak Andra yang menindih tubuh Bima atau sebaliknya. Lalu saling meninju dan kini posisi Bima sudah terpojok. Dia berada di bawah tubuh kak Andra dan ditonjok habis-habisan olehnya sampai-sampai aku tidak tega melihatnya dan mencoba menghentikan kak Andra.

   ''Kak Andra cukup,  stooop!'' Aku menangis bertekuk lutut menutup wajahku dan saat itu kak Andra menghentikan aksinya lalu menghampiriku.

   Tanpa aba-aba aku berdiri dan memeluknya. Dia terpaku menelan saliva-nya. Perlahan aku bisa merasakan tangan besar kak Andra mengelus punggungku. Tidak. Bukan seperti itu. Melainkan seperti mencabut sesuatu di sana. Kertas? Suaranya seperti selembar kertas. Aku menarik diri dari tubuh kak Andra hendak melihat apa yang sebenarnya diambil dari punggungku oleh kak Andra tapi dia mendekapku kembali dan menahan punggungku dengan tangan satunya. Mungkin tidak mau aku melihat sesuatu tersebut.

Orang Miskin Baru (On Going) Where stories live. Discover now