18. SENSEI

28 6 0
                                    

Setelah pak Sam menenangkan Wulan ia menatap Rusdi yang pingsan karena mabuk diatas sofa. Wulan tak henti menangis. Tak kira orang yang selama ini lembut dan tak pernah membentaknya, kasar atau bahkan main tangan kepadanya. Hari ini malah mencekik nya. Wulan mulai tak percaya akan adanya Cinta yang mampu melumpuhkan segalanya.

Dengan tatapan yang tajam, Wulan menatap Rusdi dan memberikan senyuman smirk untuk yang pertama kali di hidup Wulan.

Wulan turun dari dipannya, dibantu oleh Pak Sam. Wulan menuju ke arah Rusdi. Mengambil ponsel milik Rusdi. Membukanya, dan melihat beberapa folder serta isi chat yang menarik bagi Wulan. Disana tertera nama Lucy (Secretary) yang membuat Wulan membaca isi chat dari semuanya.

Wulan melihat isi chat tersebut normal, layaknya atasan dan juga sekretaris yang membantu mempermudah pekerjaan Rusdi. Wulan melihat namanya lah yang tersemat di ponsel milik Rusdi. Ia pun meletakkan kembali ponsel Rusdi.

Wulan melihat botol bir yang telah kosong, mengambilnya dan ingin memukul kepala Rusdi menggunakan botol tersebut namun pak Sam menghentikannya.

"Nyonya!!"
"Jangan! Ingat, Nyonya dan Tuan adalah sepasang suami istri yang telah lengkap dengan kehadiran baby. Lantas bagaimana jika nanti baby Rusdi mengetahui jika Mommy nya membunuh Daddy nya?" Sambung pak Sam lebar

Wulan yang masih memiliki hati nurani pun hanya membanting botol tersebut ke lantai dan hal itu membangunkan Rusdi dari pingsan nya.

"Wul.. Wulan?"

Wulan mulai berjalan meninggalkan Rusdi, namun Rusdi menggapai lengan Wulan. Rusdi menariknya hingga Wulan terjatuh diatas dada bidangnya itu.

"Aish!!" Wulan mengumpat dan mengangkat badannya sekuat tenaga. Mendorong Rusdi untuk melepaskan pelukannya.

"Why?" Tanya Rusdi

Wulan yang tak memperdulikan Rusdi lagi pun akhirnya pergi menuju inkubator baby nya.

Wulan menemui Elis yang menjaga anaknya dan mereka pun mengobrol.

Di satu sisi ruangan Rusdi dengan pak Sam.

"Tuan. Apa yang Tuanku lakukan dengan Nyonya? Apa Tuan sudah tak mencintai Nyonya? Hingga melakukan hal seperti itu?" Tanya pak Sam
"Apa pak? Melakukan apa?"
"Sejauh ini Tuan tidak pernah kasar dengan Nyonya, kenapa tadi Tuan mencekik Nyonya?"
"Apa? Saya mencekik Nyonya? Tidak mungkin pak. Pak Sam salah lihat maybe?"
"Tidak, muka Nyonya sampai memerah karena tak bisa bernapas. Mungkin, jika saya tak segera datang Nyonya akan kehilangan nyawanya akibat Tuan cekik" jelas pak Sam
"Pak?? Yang betul? Apa kah saya berani melakukan itu semua dengan orang yang saya cintai?" Rusdi masih meragukan penjelasan pak Sam
"Tuanku Mabuk, mungkin itu yang membuat Tuan tak ingat"

Rusdi terdiam, berusaha mengingat apa yang terjadi.

"Aaaah, iya. Saya ingat. Saya marah dengan Nyonya karena tanda di lehernya. Setelah itu saya minum"
"Itulah, lebih baik kedepannya ketika Tuanku marah dengan Nyonya jangan minum, agar tak terjadi hal yang tidak diinginkan kepada Nyonya"
"Baik pak Sam, sarannya akan coba saya lakukan" ucap Rusdi penuh penyesalan

"Namun Tuan, ini ada file yang Tuanku minta terkait keberadaan Nyonya dan siapa yang melakukan hal itu kepada Nyonya"

Pak Sam memberikan file cctv tersebut dan menjelaskan beberapa detail kepada Rusdi. Rusdi menatap monitor tersebut dengan tajam dan seolah amarahnya memuncak melihat pelaku yang menandai leher Wulan. Ia ingin kembali mengambil pistol yang kini telah ia simpan rapat-rapat.

Rusdi memandang pak Sam begitu juga sebaliknya. Seolah sudah tau apa yang ada dipikiran Tuannya itu. Pak Sam hanya menganggukkan kepalanya.

Rusdi menuju ke arah Wulan yang sedang tersenyum melihat baby miliknya. Perlahan namun pasti langkah Rusdi menuju di hadapan Wulan.

The Lonely Mafia [Ended✅️]Where stories live. Discover now