CHAPTER 19

358 42 7
                                    

Beberapa hari kemudian, Jeno mendapatkan jawaban dari Tim Markerting. Tim Markerting mendapatkan kabar dari asisten Yoo Karina. Mereka mengabarkan bahwa Yoo Karina sudah menandatangani kontrak dengan project property lain, sehingga sepertinya sulit bagi Yoo Karina untuk menandatangi dua project dengan yang sama.

'Bagaimana ini....' Jeno melirik nomer kontak Yoo Karina yang beberapa waktu lalu didapatkannya dari Ketua Teater semasa SMA. Ia tidak ingin mengotak Yoo Karina duluan, 'Ini urusan kerja. Bisnis. Aku meneleponnya karena urusan pekerjaan. Memangnya kenapa.... Kenapa aku harus takut?'

*****

Jeno yang baru pulang langsung duduk di kursi sambil bertopang dagu dan kakinya bergerak-gerak gelisah. Belum sampai 5 menit mengirimkan pesan pada Karina, tapi ia mulai merasa gugup karena belum mendapatkan belasan.

Tring!

Begitu mendengar bunyi pesan masuk, Jeno segera meraih ponselnya. Ia tidak sabar ingin membaca pesan yang sudah di tunggu-tunggunya.

Jeno membasahi mulutnya dan segera membuka, lalu menulis belasan pada pesan dari Yoo Karina

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Jeno membasahi mulutnya dan segera membuka, lalu menulis belasan pada pesan dari Yoo Karina. 

Hampir 7 tahun berlalu, Jeno tidak yakin Karina masih mengingatnya

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Hampir 7 tahun berlalu, Jeno tidak yakin Karina masih mengingatnya. Sebenarnya ia merasa tidak enak karena menghubungi Karina dengan maksud tertentu. Walau hanya ditakdirkan menjadi teman Karina, Jeno tetap bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk mencoba menawarkan kerja sama. Mereka berbagi beberapa pesan pribadi lainnya. Tak lama kemudian, Karina menelepon Jeno.

Jeno menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab telepon itu, "Hallo?"

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Jeno menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab telepon itu, "Hallo?"

'Wah, kamu benar-benar Lee Jeno. Aku pikir orang yang mengirimkan pesan, orang yang mengaku-ngaku sebagai dirimu.' Ucap Yoo Karina

"Tentu saja ini benar-benar aku...." Sahut Jeno

'Sudah berapa lama, ya?' tanya Yoo Karina

"Sudah cukup lama" Jeno hanya bisa menjawab dengan nada kaku

'Hmmm.... Jangan bilang kamu menghubungiku untuk menawarkan Asurasi, MLM, atau Invertasi bodong.' Ucap Yoo Karina

"Apaaa?" Seketika Jeno berubah keruh

'Bukan begitu. Aku cuman mau memastikan, banyak teman-temanku yang menelepon karena mau menawarkan itu. Sorry.' Ungkap Yoo Karina

Mendengar itu, Jeno merasa tidak perlu kecewa dengan tuduhan-tuduhan itu "Bagaimana kabarmu? Baik-baik saja, kan? Apa tadi aku sudah menanyakannya?"

'Hm, kurasa sudah. Bagaimana denganmu? Apa kabar?' tanya Yoo Karina

"Aku.... Yah, begitulah. Seperti biasa." Jawab Jeno

'Apa pekerjaanmu? Oh, sorry.... Apa aku lancang kalau bertanya seperti ini?' tanya Yoo Karina

Jeno berpikir sejenak, "Aku berkerja di suatu perusahaan. Aku tidak punya pekerjaan yang istimewa...."

'Aku juga tidak mengerjakan sesuatu yang istimewa, kok. Aku hanya menggambar suatu bentuk bangunan saja.... Aku ingin mengambil pekerjaan lain, seperti memamerkan wajahku. Tapi kalau aku nekat, aku pasti akan jadi bahan olok-olokan banyak orang....' Sahut Yoo Karina

"Jangan pedulikan komentar orang yang seperti itu.... Wajahmu memang sudah sangat cantik dari dulu...." Jeno berusaha menghibur

'Yah, begitulah. Aku tidak memedulikannya lagi.... Nah, sekarang cerita, dong.' Ucap Yoo Karina

"Apa?" sahut Jeno

'Apa alasanmu menghubungiku? Kalau bukan untuk menawarkan sesuatu, apa kamu sedang membutuhkan uang jadi menghubungiku?' tanya Yoo Karina

'Apa-apaan ini?! Karina memang benar-benar sudah berubah....' Hati Jeno sakit saat menyadari Karina yang sekarang benar-benar sudah berubah dan bagaikan orang asing, "Sepertinya banyak orang meneleponmu untuk minta bantuan keuangan, ya?"

'Yah.... Nyaris semua orang yang penah menghubungiku memang untuk seperti itu.' Sahut Yoo Karina

"Pasti kamu capek, ya." Ucap Jeno

'Mendengar ucapanmu barusan.... Kenapa perasaanku enggak enak, ya?' sindir Yoo Karina

Jeno sudah menduga akan mendengar cibiran itu dari Yoo Karina, "Kalau bicara blak-blakan, itu benar. Aku memang meneleponmu karena punya maksud tertentu, tapi aku menghubungimu bukan hanya karena mau sesuatu."

Yoo Karina berdecak, 'Aku pikir kamu berbeda, ternyata sama saja'

"Saya minta maaf kalau Anda kecewa karena saya sama dengan yang lain. Saya minta maaf karena menghubungimu tanpa meminta persetujuanmu terlebih dulu. Satu hal yang pasti, saya menghubungi Anda bukan karena punya maksud jahat. Sekarang saya benar-benar membutuhkan bantuan Anda untuk urusan pekerjaan saya di kantor." Jeno sengaja menggunakan bahasa formal

'.... Apa yang kamu butuhkan dariku?' tanya Yoo Karina

"Lupakan saja. Aku sudah tidak ingin membicarakannya." Sahut Jeno, 'Jika keadaannya seperti ini, aku hanya akan bilang akan mencoba manghubungi Karina saja. Ya, itu akan lebih baik begitu....' Tidak bisa bilang terus terang pada Mark kalau sudah menghubungi Yoo Karina.

'Benarkah kamu menghubungiku untuk minta tolong? Kenapa ucapanmu begitu?' sahut Yoo Karina

"Tidak jadi." Tegas Jeno

'Coba jelaskan dulu....' Yoo Karina belum menyelesaikan ucapannya

'Karina, 5 menit lagi kamu ada rapat dengan JYP Property.... Cepatlah!' Terdengar suara seseorang yang memanggil Karina dari telepon.

'Baiklah....' Sahut Yoo Karina, 'Aku akan meneleponmu lagi....' Menutup panggilan itu secara sepihak

"Kita memang tidak tahu soal kehidupan orang lain. Tidak kusangka orang sukses seperti Karina punya pengalaman buruk dengan oranglain...." Jeno menghela napas, "Aku tidak tahu di luar sana banyak orang yang rela melakukan apapun demi keserakahan mereka, bahkan tidak peduli dan sampai melukai oranglain...."

Jeno berdecak kesal, "Aku sampai dicap jadi orang aneh! MLM, asuransi, sampai investasi bodong apanya.... Bisa-bisanya Karina menuduhku ikut kegiatan seperti itu. Memangnya aku terlihat seperti orang yang ikut-ikut itu?" melemparkan ponselnya ke tempat tidur.

Tiba-tiba perasaan cemas melanda hati Jeno, 'Kontrak kerja itu.... Bagaimana jadinya?....'













To be countine!

Tsundere's RuleOnde histórias criam vida. Descubra agora