#5

167 25 16
                                    

Hari rabu pagi sesuai dengan agenda tahunan Hinata, hari ini ia harus terbang ke Tokyo. Ia selalu melakukannya setiap tahun ditanggal yang sama dan bulan yang sama, hari ulang tahun ayahnya.

Meskipun ia sadar mungkin keluarganya masih membencinya karena telah menorehkan luka penghinaan pada keluarga besar Hyuga. Namun itu tak mengurangi sedikitpun rasa cinta kasih Hinata.

"Boru, bangun. Kau janji akan mengantarkan kaasan ke bandara kan.?" Hinata menggoyang-goyangkan lengan putranya.

"Eenggghh..." Boruto hanya melenguh.

"Boru..... Bangun. Nanti kaasan bisa tertinggal pesawat." Hinata semakin keras membangunkan putranya.

"Jam berap kaasan?" suara serak khas bangun tidur keluar dari mulut Boruto.

"Sekarang sudah jam 8, satu jam lagi pesawatnya lepas landas. Cepat bangun.."

Boruto bangun dengan malas, Hinata yang tak sabar melihat Boruto yang kelewat santai akhirnya mendorong paksa Boruto memasuki kamar mandi
"Cepat mandi jangan lama, kaasan tunggu dibawah"

Boruto hanya mengangguk, nyawanya seperti belum terkumpul sepunuhnya.

Hinata dengan gelisah beberapa kali melihat jam tangan yang melingkar ditangan kirinya.

"Boru, cepat..." teriak Hinata
Boruto berlari menuruni tangga saat mendengar teriakan dari ibunya.

"Ayo. Ini kuncinya." Hinata melempar kunci mobilnya kearah Boruto.
Boruto bergegas menuju mobil, sementara Hinata mengunci pintu rumahnya, kemudian menyusul Boruto menaiki mobilnya menuju bandara.

Sesampainya di bandara, Hinata berjalan cepat menuju gate keberangkatannya.

"Kaasan, tunggu sebentar."
Hinata tak menghiraukan teriakan Boruto.

"Pesawatnya masih setengah jam lagi, jangan terlalu terburu-buru" Boruto berhasil menghentikan langkah ibunya. Nafasnya tersengal ia harus berlari sembari menarik koper milik ibunya.

"Tapi kaasan belum tenang kalau belum check in tiket pesawat."

"Kaasan, ini bukan kali pertamamu naik pesawat kan, kenapa buru-buru sekali. Aku hampir kehabisan tenaga mengejarmu" gerutu Boruto.

"Salah siapa kau sulit sekali bangunnya. Ntah meniru siapa kebiasaan buruk mu itu. Padahal kaasan tipe orang yang disiplin dan ontime, tapi dirimu .." Hinata menunjuk Boruto dan menggeleng pelan.

"Kebiasaan buruk itu mungkin warisan tousan yang di turunan padaku " celetuk Boruto asal, ia tak menduga celetukan asal yang keluar dari mutulnya bagaikan setitik bara api yang menyengat hati ibunya.

Hinata langsung diam tak bersuara lagi, setelah Boruto mengatakan itu.
Boruto yang menyadari perubahan sikap ibunya dikarenakan omongannya, ia jadi merasa bersalah.

"Kaasan..."

"Boru, kaasan harus segera check in dan masuk kedalam. Kau lebih baik pulang dan sarapan. Kau belum sempat sarapan kan?" Hinata memotong kalimat Boruto dengan paksa.

"Aku akan pulang setelah pesawat kaasan takeoff."

"Tidak usah menunggu selama itu, kau pulang sekarang dan bersiap bekerja" ujar Hinata penuh penekanan disetiap kata yang ia ucapkan.

"Baiklah, Boru pulang. Kaasan hati-hati dijalan. Hubungi kau jika sudah sampai di Tokyo."

"Emm.." Hinata mengangguk dan berjalan menjauh.
Boruto melambaikan tangannya, namun tak dibalas oleh Hinata.
.
.
.
Boruto pulang kerumah dan menikati sarapan yang sudah ibunya siapkan sebelum pergi.
Ia merasa bersalah atas ucapannya, ibunya selalu murung jika mereka tanpa sengaja menarik hal yang berkaitan dengan ayahnya. Boruto tau betul, penderitaan macam apa yang sudah dilalui ibunya dulu demi mempertahankan dirinya.

ApoligizeWhere stories live. Discover now