8

311 27 6
                                    

Mata abu kelam itu mengerjap beberapa kali, membenarkan kacamata hitamnya yang melorot kesekian kalinya, pedahal hidungnya cukup mancung.

Semilir angin membuat rambutnya berterbangan ke wajahnya, Mikasa di bawah rindang pohon di belakang teras rumahnya sesekali memejamkan matanya akibat angin yang membuat matanya seolah perlahan memberat.

"Ngapain?"

Gadis itu menoleh "Berjemur"

"Sore-sore gini?"

"Biar keren"

Eren menggulum senyumnya, dia membuang muka kesembarang arah. Ntah kenapa yang selalu Mikasa katakan kadang-kadang selalu membuatnya merasa gemas.

"Kamu sendiri ngapain kesini?"

"Berdiri"

"Tumben banget. Biasanya juga ga pernah kesini"

"Pengen aja"

Mikasa membuka kacamata hitamnya, Eren menyukai mata abu kelam itu penuh hasrat, membuatnya tidak bisa melangkah pergi dari jangkauan Mikasa. Mata yang selalu membuatnya tidak bisa berkata-kata. Eren terhipnotis selalu.

Senyum seindah senja itu tidak pernah gagal membuatnya gelagapan, membias jingga sebelum akhirnya menggiring pada kegelapan karena tersadar oleh kenyataan.

"Gamau duduk gitu?" Mikasa memandang Eren kelam, lelaki itu terus berdiri sejak tadi.

Eren langsung beringsut duduk di sebelah Mikasa.

"Baju lo kebuka banget" Eren membuang pandangannya saat matanya tanpa sengaja menatap garis belahan dada Mikasa.

"Biar kulit aku eksotis" Cengirnya.

"Yang ada belang"

"Emang iya?" Mikasa langsung melepaskan caradigan yang dipakai Eren, lelaki itu hanya pasrah di buatnya.

"Lo mau makan apa?"

Mikasa tampak berfikir "Kamu sendiri mau makan apa?"

"Ngikut aja"

"Aku sebenernya lagi pengen diet sih"

"Gausah aneh-aneh"

"Heheh. Aku alesan aja kok, biar ada topik ngobrol sama kamu"

Eren diam. Tak lagi menanggapi Mikasa.

"Ren?"

"Hm"

"Kenapa sih suka tiba-tiba diem"

"Gatau"

"Ren?"

"Hm"

"Aku pengen punya pacar"

"Ga boleh"

"Kenapa?

"Masih kecil"

"Udah di bilang umur aku udah 23 tahun. Lagian aku tuh pengen aja kalo libur begini jalan gitu sama cowok aku" Mikasa harap perasaan Eren untuknya akan segera hilang. Mikasa tidak ingin menjadi canggung dengan Eren, Mikasa menyayangi Eren melebihi apapun sebagai kakaknya, sebagai saudaranya.

Mikasa masuk ke dalam hidupnya tanpa permisi, bergerak bagai rotasi bumi, Mikasa masuk ke dunianya. Berputar-putar bagai gasing dalam pikirannya, ntah Mikasa milik siapa, hatinya kerasa kepala. Bersikukuh bahwa gadis itu miliknya.

Eren tidak ingin berdrama, tapi tidak bisa mengeluarkan Mikasa dari isi kepalanya. Tergila-gila hingga rasanya tidak tau lagi mesti berbuat apa. Ini semacam hasrat purba yang lebih tua dari manusia.

suffocatingWhere stories live. Discover now