00. ALTRUISME

268 87 218
                                    

Sabtu, 13 Agustus 2005 tepatnya pukul 13:08 dan 13:16, siang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sabtu, 13 Agustus 2005 tepatnya pukul 13:08 dan 13:16, siang. Lahir dua bayi laki-laki yang diberi nama Elkaivan Rafif Salthaan Ghalibie dan Elkairav Rafif Kivandra Ghalibie. Tangisan dua bayi di menit berbeda, menggema hingga sudut ruang persalinan dan diikuti nafas lega dari wanita yang telah mengandungnya selama sembilan bulan dan berhasil menghadirkannya ke dunia.

Hari demi hari berlalu dan seiring berjalannya waktu, dua bayi kecil tersebut tumbuh menjadi seorang balita yang memiliki lengkungan indah dan hidung mancung hingga keduanya nampak begitu tampan dengan pahatan yang mampu memikat hati. Kini, Elkaivan dan Elkairav telah berumur lima tahun, keduanya begitu pintar. Dua bayi kecil itu tumbuh dan kerap dipanggil dengan sebutan El dan Kai. El untuk Elkaivan dan Kai untuk Elkairav.

El dan Kai memiliki saudara laki-laki yang bernama Kavi Rafandra Naratama Ghalibie. Ayahnya bernama Abinawa Bagaspati Ghalibie dan ibundanya bernama Lavanya Isvara Kaneishia. Kavi lahir pada tanggal 28 Oktober 2003.

Elkaivan memiliki daya tahan tubuh yang terbilang cukup lemah. Diusianya yang masih dini, anak lelaki berparas tampan itu keseringan mengeluh merasakan sakit di perutnya. Setiap kali lelaki itu mengonsumsi makanan pedas, Elkaivan selalu menangis kesakitan dan merepotkan saudaranya. Tak hanya itu, beraktifitas terlalu lama membuat Elkaivan kelelahan. Saat kelelahan, akan sangat mudah Elkaivan jatuh sakit, yang rentan menyiksanya adalah demam. Hanya Elkaivan, Elkairav sehat dan kuat.

Karena orang tuanya sangat sibuk dengan pekerjaan masing-masing, mereka tidak memiliki banyak waktu untuk anak-anaknya. Kadang jika kesepian, Kavi selalu mengajak temannya datang ke rumahnya untuk bermain bersama di dalam rumah ataukah bermain kejar-kejaran di halaman rumahnya. Tetapi sejak kehadiran adik kembarnya, Kavi jarang lagi bermain kejar-kejar. Alasannya, agar Elkaivan sehat-sehat saja.

"Den, jangan lari-lari nanti sakit loh." Ucap Bi Naruna--asisten yang telah bekerja di keluarga Ghalibie setelah Lavanya mengandung Kavi lima bulan--.

Elkaivan yang tadinya ingin menaiki sofa dengan memanjat, seketika terhenti dan kembali ke menghampiri Elkairav yang tengah menggambar walaupun tak terlihat seperti gambar pada umumnya, lebih tepatnya hanya coretan-coretan. "Bibi, abang masih lama pulangnya?" Tanyanya. Diumurnya yang kelima tahun, Elkaivan maupun Elkairav memang sudah lancar berbicara walaupun masih kesulitan menyebut huruf R.

Bi Naruna mengambil mobil-mobilan Elkaivan yang tadinya dilempar oleh Elkairav karena mengganggu pergerakan lengannya. "Belum Den, masih lama. Den El makan dulu ya abis itu tidur. Nanti kalo udah bangun, Bang Kavi pasti udah pulang."

"Kalo tidul sekalang, belalti tidulnya lama dong? kan Bang Kavi pulangnya masih lama." Ujarnya membuat Bi Naruna terkekeh karena gemas dengan Elkaivan.

"Tidur lama itu bagus buat Den El biar tubuhnya kuat kayak spiderman, gak sakit lagi kalo mainnya kelamaan." Bi Naruna menoel hidung mancung Elkaivan.

Elkaivan berdiri, berjalan pelan mendekati Bi Naruna dan mengalungkan tangannya di leher Bibi-nya pertanda ia ingin digendong. "Ayo, Bi."

"Ayo kemana nih?" Tanya Bi Naruna berdiri seraya menggendong Elkaivan. Meski sudah balita, tubuh Elkaivan tak begitu berat. Hal itu disebabkan dengan pola makannya yang rentan menurun dan mudah jatuh sakit.

"Mam." Jawab Elkaivan sibuk membalik-balikkan mobil-mobilannya.

"Anak pinter." Puji Bi Naruna mengecup pipi Elkaivan singkat.

Hanya Elkaivan yang dibawa ke meja makan karena hanya anak itu yang belum makan sedangkan Elkairav makan terlebih dulu dan barulah menggambar sesukanya sampai kantuk menyerangnya.

🐰🐰🐰

Elkaivan berlari ke kamar Kavi namun pintunya tertutup. "Abang." Panggilnya dengan suara yang sedikit meninggi agar Kavi mampu mendengarnya. Selain itu, Elkaivan juga mengetuk pintu kamar Kavi hingga pintunya terbuka.

Melihat Elkaivan yang mendongak menatapnya, Kavi menyemaratakan tingginya dengan tinggi adiknya. "El, kenapa?" Tanyanya seraya menggendong Elkaivan masuk ke kamarnya, tak lupa untuk menutup pintu.

"Bang Kavi belajal gak? kalo gak, El mau main baleng abang." Tuturnya mengembungkan pipinya membuat Kavi ingin menggigitnya saking gemasnya.

Kavi menurunkan adiknya diatas kasur, "Mau main atau mau ngegambar aja?"

"Main."

Sudah Kavi tebak dengan jawaban Elkaivan. Diberi opsi antara bermain atau menggambar, Elkaivan akan dengan cepat menjawab bermain. Berbeda dengan Elkairav yang begitu gemar menggambar walaupun hanya coretan.

"Mau main apa emang?"

"Main apa aja. Mainan El kan banyak, tinggal pilih aja."

"Emang yang beliin mainan sebanyak itu siapa sih?"

"Ayah, Bunda, sama Bibi. Bibi kalo pelgi ke pasal selalu beliin El mainan."

"Kalo udah punya banyak, masih mau beli lagi?"

"Gak mau, udah banyak mainannya. El seling sakit jadi halus minum obat bial cepet sembuh, kalo obatnya abis, beli lagi."

Mendengar hal itu, raut wajah Kavi seketika berubah. Setiap kali ia melihat Elkaivan meminum obat ketika sakit, Kavi selalu merasa kasihan dengan adiknya itu. Dengan daya tahan tubuh yang lemah, sudah terlalu banyak obat yang Elkaivan telan. Karena itu juga, di usianya yang masih dini, El dan Kai harus tidur terpisah agar Kai tidak tertular.

Kavi merapikan rambut Elkaivan dengan penuh sayang, "Mainnya jangan lama-lama, harus banyakin istirahat biar El gak sakit-sakit lagi." Ucapnya mengecup kedua pipi Elkaivan.

Tentu saja Elkaivan mengerti dan mengangguk. Pasalnya, kalimat itu selalu didengarnya setiap hari. Mau itu dari Kavi ataukah Bi Naruna. Ayah dan bundanya? paling sekali seminggu. Keduanya sibuk bahkan jika keduanya berada di rumah dan disaat bersamaan Elkaivan demam, keduanya selalu berkata minum obat aja, ntar juga sembuh. Hanya itu dan selalu saja itu.

"Oh iya, Kai mana?" Tanya Kavi kembali menggendong Elkaivan. Membawanya keluar dan masuk ke salah satu kamar yang di khususkan untuk bermain.

Berada pada gendongan Kavi selalu menimbul kenyamanan dan kehangatan untuk Elkaivan. Setiap kali Kavi menggendongnya, Elkaivan selalu mengalungkan tangannya di leher Abangnya dan menyandarkan pipinya. "Di kamal, masih bobo."

"El gak bobo."

"Udah."

















ALTRUISMEWhere stories live. Discover now