(22). Sampai Jumpa

260 19 0
                                    

Tak terasa sekarang sudah pagi, padahal malamnya Shila habis menangis dan tak bisa tidur karena memikirkan Galuh pergi tugas. Dibilang kecewa tidak, benci tidak, dan bahagia juga tidak. Ini sudah menjadi resiko untuk pasangan abdi negara, apalagi Shila juga seorang Kowad dan ia tau tentang semua ini.

Pergi tugas ke Papua kurang lebih satu tahun tidaklah mudah, semua itu nantinya akan di rasakan oleh Galuh. Menjadi seorang Polisi dan di tugaskan ke pedalaman Papua akan jadi pengalaman pertama dalam hidupnya. Ia belum pernah membayangkan untuk bisa berada di posisi ini, tapi dukungan orang-orang terdekat membuat ia semakin yakin dengan dirinya sendiri.

Pergi demi tugas, pulang karna cinta.

Mungkin itu kata kata yang tak asing lagi untuk mereka abdi negara. Kepergian mu memang membuat orang lain kecewa, tetapi kepulangan mu akan menjadi pelipur lara bagi mereka yang selalu menantimu. Bersyukurlah kalian masih bisa merasakan itu. Sebab belum tentu mereka pulang membawa kebahagiaan atau bahkan membawa kepedihan yang amat mendalam. Semuanya akan dirasakan oleh abdi negara.

Ibu Pertiwi sudah memanggil, itu tandanya mereka mau tak mau harus menjalaninya dengan baik. Sebagai abdi negara lebih mengutamakan kepentingan negaranya di banding pribadi. Itu sebabnya mereka harus mempunyai rasa patriotisme, sikap rela berkorban demi keutuhan NKRI.

Shila beserta kedua orang tua Galuh ikut untuk mengantarkannya untuk pergi tugas, mungkin ini pertemuan terakhir jika Galuh tidak kembali pulang. Tapi doa terbaik selalu menyertainya.

Shila memincingkan kedua matanya ketika melihat pasukan anggota Brimob, ia melihat Galuh di barisan paling depan. Ya pria menjadi danton untuk pasukan yang dikirim ke Papua saat ini. Ada rasa bangga dan kagum di wajah Shila pada Galuh.

Tidak lama menunggu, akhirnya pasukan yang dipimpin oleh Galuh berhamburan mencari keluarganya masing-masing. Wanita dengan seragam loreng itu berdiri rapuh dan mencoba untuk tersenyum ketika Galuh menghampirinya.

"Assalamualaikum Mah... Pah..." Ujar Galuh menyalami tangan kedua orang tuanya. Ia sekali melirik perempuan di sebelah Mamanya yang masih terdiam.

"Waalaikumsalam" jawab Wulan dan Zaki sebagai orang tua Galuh. Papahnya Galuh mengajaknya untuk mengobrol sebentar, mereka sampai lupa kalau disana bukan hanya mereka berdua saja tetapi ada Wulan sebagai Mamanya dan Shila.

Merasa kesal dicuekin oleh suami dan anaknya "Ekhem" deheman itu berhasil membuat Zaki dan Galuh saling menatap, ada rasa bersalah menyinarinya.

Keduanya tampak cengengesan ketika mendapati tatapan horor dari Wulan "Terus aja cuekin, anggap aja cuma ada kalian berdua. Kamu juga Galuh!!" Ujar Wulan menjadikan Galuh sasaran, lelaki itu mengangkat alisnya bingung.

"Kamu engga liat apa? Di samping Mama ada Shila calon istrinya kamu" Wulan memegang pundak Shila yang sejak tadi hanya diam. Shila tersenyum ragu pada Galuh.

"Maaf Mah, abisnya Papah duluan yang ngajak Galuh ngobrol" jawab Galuh " kalau gitu pinjam Shila sebentar ya Mah Pak." Dengan cepat Galuh mengambil satu tangan Shila dan meninggalkan Wulan dan Zaki. Ia mengajak Shila tak jauh ke tempat duduk yang ada di bandara Soetta.

Keduanya duduk, hanya hening yang menyelimuti mereka. Galuh melirik Shila sejak tadi, benar wanita itu hanya diam saja. Ia harus memulai topik pembicaraannya.

"SHILA" Galuh memanggilnya, sedikit ragu.

Shila menoleh pada pria di sampingnya, ia sudah lebih dulu menatapnya.

Mereka saling menatap "Ada yang ingin kamu bicarakan sama saya?" Tanya Galuh bodoh.

"Banyak" setelah menjawab itu, Shila kembali menatap temannya Galuh dan keluarganya.

Elang BiruWhere stories live. Discover now