Part 01

2.5K 79 1
                                    

15 tahun sudah perceraian grey dengan sahabat kembarannya alana. Selama itu juga grey menikmati kesendiriannya dengan bekerja mengembangkan perusahaannya, dan menjadi dosen di tempatnya dulu berkuliah walaupun dosen sementara namun cukup membuat grey untuk menyibukan diri.

Walaupun belasan tahun setelah perpisahannya dengan alana namun sampai hari ini grey tidak memiliki pasangan. Grey masih mencintai mantan istrinya itu walaupun alana sudah menikah di tahun ke 5 mereka bercerai. Namun grey tidak berusaha untuk menganggu alana, grey mencoba meng iklaskan semuanya dengan menjadi teman baik untuk alana dan suaminya.

Sama seperti sekarang grey mengobrol dengan alana dan tentunya dengan suami alana antonio. Grey menjemput salah satu anaknya karena ingin tinggal dengan grey di jakarta.

"Mas maaf ya ngerepotin anaknya maunya sama kamu tuh" ucap alana merasa tidak enak karena alana tau grey masih sendiri dan akan kerepotan nantinya menjaga anaknya.

"Santaii lan, biarin gama ikut aku biar ngerasain juga sekolah di jakarta" ucap grey tulus. Gama memutuskan untuk pindah ke indonesia namun agam tetap ikut dengan alana, agam belum berniat untuk meninggalkan teman-temannya di korea.

"Pamit yah bun, pa" ucap gama yang sudah siap dengan tas ransel dan koper yang di geret. Gama memeluk kembaranya setelah 18 tahun hidup bersama ini kali pertama mereka berpisah.

"Jangan lupa nelfon gue"

"Hmm" balas agam dengan cuek. Walaupun mereka kembar sifat mereka sangatlah berbeda, gama yang pecicilan, jahil, banyak omong sedangkan agam yang diam, cuek, dingin dan kaku.

"Ham hem doang nanti pas gue telfon lo sengaja kagak angkat"

"Ck iya sana bacot!"

"Gamm" interupsi antonio yang hanya di balas cengiran oleh agam. Grey tidak iri melihat kedekatan anak-anaknya dengan antonio karena apapun antonio sudah bersama mereka 10 tahun.

"Aca abang ke jakarta jangan nakal yaa kasian mas agam pusing jagain aca" ucap gama ke adik perempuannya yang lahir setelah pernikahan alana dengan antonio.

"Jangan nakal bang, kasian ayah kamu. Jangan ganggu ayah kalo lagi sibuk, jangan lupa telfon papa kalo udah sampe" itulah pesan panjang dari ayah sambung gama. Gama yang mengerti menegakan badannya lalu memberi hormat ke pada antonio.

"Siap papa"

"Ayok gam, gue pulang ya ton, lan"

"Hati-hati mas" ucap alana dan antonio secara bersamaan. Grey memeluk agam sebagai tanda perpisahan walaupun agam setiap libur sekolah selalu ke jakarta dan menghabiskan liburannya disana namun bagi grey itu waktu yang lama.

"Agam kalo mau ikut ayah telfon ayah biar ayah yang jemput agam kesini oke?"

"Iyaa ayaah" grey melepas pelukannya lalu berjongkok menjajarkan tubuhnya dengan gadis mungil di depannya.

"Aca nanti kalo mau liburan sama ayah telfon ayah ya nanti ayah jemput" ucap grey pada gadis yang madih berumur 5 tahun itu. Aca memang memanggil grey dengan sebutan ayah karena aca iri dengan kedua kakaknya yang memiliki dua ayah sedangkan dirinya hanya satu dan atas izin antonio aca memanggil grey dengan sebutan ayah sama seperti kembar.

"Aca boyeh itut ayah?"

"Aca kan harus sekolah nanti kalo sudah libur pasti di jemput sama ayah" antonio memberi penjelasan pada anak perempuannya sampai akhirnya aca mengangguk mengerti.

agam, alana, antonio mengantar grey sampai masuk ke dalam mobil. Setelah memasukan koper dan barang bawaan gama. Grey dan gama pamit pergi grey menatap ke arah keluarga bahagia itu, perasaan itu masih ada namun grey menyembunyikannya agar tidak menyakiti siapapun apalagi situasinya sudah berbeda alana sudah memiliki suami.

"Belum bisa move on aja" celetuk gama yang sejak tadi memperhatikan tatapan grey, yang selalu mencuri-curi pandang untuk menatap alana.

"Husst, ngaco kamu"

"Alaah gama bisa liat kali tatapannya ayah ke bunda" grey tersenyum tipis sekali namun gama masih bisa melihat dengan jelas senyuman ayahnya. Gama kasian melihat ayahnya yang masih sendiri sampai hari ini.

"Yah"

"Hmm"

"Gak niat cari istri, ayah maunya yang kayak apa nanti gama cariin" grey tertawa mendengar ucapan gama yang ingin mencarikannya pasangan.

"Mau yang kayak bundamu ada?"  Gama mengerucutkan bibirnya lalu menghela nafasnya berat membuat grey tersenyum.

"Yang kayak bunda limited edition yah cuma satu, susah cari yang kw nya. Lagian dulu kenapa harus cerai kalo gagal move on gini" grey mengacak rambut legam hitam milik anaknya. Grey tertawa mendengar ucapan anaknya yang tidak di saring walaupun sedang berbicara dengannya.

"Kalo yang kayak bundamu gak ada yasudah ayah tidak usah menikah lagi"

"Adeeh utgm"

"Apa utgm"

"Udah tua gagal move on" grey menjitak kepala anaknya namun inilah gama yang selalu bicara apa yang ada di hatinya berbeda dengan agam yang lebih tertutup.

"Kamu bilang ayah tua? Umur ayah baru 38 tahun gam, liat nih perut ayah aja masih kotak-kotak. Kalo ayah mau ayah bisa pacarin perawan"

"Idiiih emang ada yang mau? Palingan kalo mau cuma mau hartanya ayah aja" grey menggeleng kepalanya pelan lalu memejamkan matany sejenak sebelum sampai di airport.

Mereka sampai di airport dan langsung masuk ke dalam pesawat. Setelah menempuh perjalanan selama 7 jam akhirnya mereka sampai di indonesia.

Gama turun dari pesawat memejamkn matany sejenak entah kenapa gama memang sangat tertarik dengan negara kelahirannya. Walaupun belasan tahun hidup di negara impian semua orang gama memilih untuk hidup di indonesia.

"Ngapain bengong ayok kamu di tunggu oma" gama dengan bersemangat keluar dari airport dan masuk ke dalam mobil.

"Langsung ke pondok indah aja ya pak" sopir di depan mengangguk dan melajukan mobil alpard hitam itu menuju pondok indah. Gama melihat dari arah jendela melihay pemandangan jakarta yang padat, ada pengemis dan pengamen di jalanan namun bukan itu yang membuat gama tertarik tinggal disini melainkan seorang gadis yang dia temui beberapa bulan yang lalu saat liburannya ke jakarta.

Setelah menempuh jalan yang cukup panjang akhirnya mereka sampai di rumah mewah milik zyzy dan ravindra. Gama turun lebih dulu dan berlari masuk ke dalam rumah.

"Aaa cucu oma" gama berlari memeluk zyzy yang sudah cukup tua namun kecantikannya tidak memudar. Grey yang berada di belakang gama hany tersenyum melihat kebahagiaan sang bunda di masa tuanya.

"Gama kangen oma"

"Oma juga sayang" grey mendekat ke arah mereka lalu mencium tangan zyzy lalu ikut duduk dengan mereka.

"Gabriel masih di kantor bun?"

"Iyaa katanya ada meeting"

"Opa mana?"

"Opa kamu main golf entah kenapa dia suka sekali dengan golf akhir-akhir ini" gama hanya ber oh ria mendengar penjelasan zyzy.

Penghujung SenjaOnde histórias criam vida. Descubra agora