3. Rumah Sakit

1.6K 270 51
                                    

"Mb-mbak ...." Arlan berucap pelan. Bibirnya kelu, wajahnya panas bukan main. Mereka hidup bertetangga, tapi kesan yang Arlan berikan benar-benar hancur sehancur-hancurnya. Cowok mesum? Banci? Benar-benar tidak terselamatkan.

Arlan memegang keningnya ia hendak menutup pintu menghindari kemungkinan orang lain akan melihat penampilannya lagi. Sebelum suara jatuh masuk ke gendang telinganya yang membuat Arlan seketika melongokkan kepalanya keluar. Ia mendapati cewek tadi yang kini tergeletak di depan pintu unitnya.

"Ya Ampun, Mbak!"

Arlan segera bergegas menghampirinya. Ia membawa tubuh Keysha ke dalam pangukuannya.

"Mbak?" Arlan menepuk-nepuk pelan pipinya. Namun, bukannya ada respon, Arlan justru kaget sendiri akan suhu tubuh cewek itu yang sangat panas.

"Gila, Mbak! Lo nggak waras panas gini nggak pergi ke rumah sakit?"

Arlan berdecak, kenapa dirinya malah mengomel. Jelas-jelas cewek itu tidak sadarkan diri. Dengan satu gerakan, Arlan mengangkat tubuh Keysha ke dalam gendongannya. Dia membawa ke dalam unit. Cukup waras untuk berganti baju dulu sebelum membawanya ke rumah sakit.

"Om Alan itu siapa?" tanya Dara yang langsung mengambil tempat antara Arlan dan Keysha yang sudah dibaringkan pada sofa. Bahkan dia mendorong Arlan menjauh. Dara menyimpan telunjuk di dagu. Wajah polos itu menatap dengan penuh serius.

"Om Alan Kakaknya sakit!" pekiknya dengan mata yang melebar setelah beberapa saat dirinya berpikir.

"Iya. Dara tungguin bentar, Om mau ganti bajunya dulu."

"Jangan!" Dara memegang gaun Arlan. "Om Alan jangan ganti baju!" Serunya dengan wajah galak

Arlan berjongkok. "Dara tau 'kan Kakak itu harus segera dibawa ke rumah sakit?" tanyanya penuh hati-hati. Menghadapi Dara itu semacam petasan bawang, salah sedikit meledak.

"Iya, ayo pergi. Kita ke Om Dokter Aka." Dara beralih menarik tangan Arlan.

"Om Alan nggak bisa ke sana pake baju Snow White."

"Bisa!"

Arlan menghela napas. "Dara tau kenapa Kakak itu pingsan?"

"Sakit. Kata Mama Dara pernah pingsan saat sakit."

Arlan menggeleng. "Dia takut liat Om pake gaun ini."

"Kakak takut Snow White?"

Arlan mengangguk.

Dara terdiam. Asa menistakan Arlannya terlihat redup seketika. Meskipun terkadang menjadi bocil kematian, dia anak yang tumbuh dengan rasa empati yang tinggi--sangat tinggi sampai Arlan tidak kebagian. Sekarang Dara bahkan mulai menunjukkan rasa bersalah.

"Sana ganti," ucap Dara sedikit pelan, tangan kecilnya mendorong Arlan.

Arlan menggeleng-geleng kecil melihat Dara yang kini berjongkok lalu memandangi wajah Keysha dengan seksama. Arlan pun bergegas ke dalam kamarnya sebelum anak itu berubah pikiran.

"Kasian Kakak," ucap gadis kecil itu. Ia menyentuh kening Keysha.

"Panas," desisnya. "Kakak mau kompres? Tapi Dara nggak bisa bawa airnya."

Gadis itu terlihat sedih. Ia pun mulai terdiam untuk memikirkan solusi lain.

"Dara nyanyi aja ya?"

Tangan Dara bergerak untuk mengusap-usap puncak kepala Keysha.

"Pain pain go away,
Kakak Cantik wants to play
Make her smile again
Pain pain go away."

Dara menyanyikan lagu yang selalu mamanya nyanyikan ketika dirinya sakit. Dara terus bersenandung hingga selesai putaran ketiga, dia pun memberikan kecupan pada kening Keysha.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Re-HelloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang