04. Daddy, jangan marah.

539 94 30
                                    

Hallo

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Jungwon? Jungwon where are you?"

Jay sudah mengelilingi rumah ini selama tiga kali, tapi belum juga menemukan Jungwon. Bahkan kolong kasur, lemari pakaian, kardus bekas kulkas yang ada di gudang, dan semuanya sudah dia periksa tapi dia tidak menemukan Jungwon dimanapun.

Jay sudah lelah. Sungguh... anak berusia 4 tahun itu membuatnya pusing.

Tadi Jay hanya meninggalkan anak itu di ruang tamu selama lima menit untuk menerima telepon, tapi saat Jay kembali ke ruang tamu dia menemukan Jungwon berdiri tegang di samping sofa, dan karpet kesayangannya yang berwarna putih sudah penuh dengan noda susu coklat.

Bagaimana tidak marah? Karpet itu seharga ponselnya, hadiah dari Papanya saat dia membeli rumah baru.

"Jungwon, astaga! Kan Daddy bilang hati hati minumnya, jangan sampai tumpah! Aduh."

Entah nada suara Jay yang tinggi atau Jungwon hanya kaget karena suaranya. Jay akhirnya harus membersihkannya sendiri karena Bibi Yuna baru saja pulang. Jungwon sepertinya belum sempat meminum susunya, pasalnya tumpahannya ke karpet sampai ke lantai pun.

Saat Jay selesai membersihkan nya dan melipat karpet miliknya untuk nanti dia kirim ke laundry, baru Jay sadari kalau Jungwon hilang.

Dia tidak ada di ruang tamu.

"Capek banget harus ngurus sendirian."

Jay menyandarkan punggung lelahnya pada sofa empuk itu. Menghela nafas panjang... akhirnya dia malah melamun menatap televisi yang mati.

"Pengen tidur, ya tuhan! Tapi harus nyari anak itu dulu."

Jay bangkit dari sofa, baru sebentar istirahat padahal, tapi dia khawatir Jungwon kenapa-napa.

Tempat terakhir, yang sebenarnya Jay tidak yakin Jungwon ada di sana karena anak itu takut ke sana.

Sebenarnya tadi Jay sudah ke sana, tapi coba cari lagi...

Tempat cuci baju. Ruangan itu lumayan kecil tapi tidak terlalu kecil, hanya berisi dua keranjang yang biasanya di isi pakaian kotor, satu mesin cuci, dan rak berisi cadangan alat mandi.

Jungwon takut mesin cuci jadi tidak mungkin, tapi apa salahnya memastikan.

"Astaga! Jungwon!"

.
.

Kurang sabar apa coba Jay pada Jungwon. Walau rasanya ingin berteriak! Walau ingin ikutan menangis... tapi Jay hanya bisa mengelus dada.

"Udah jangan nangis, seharusnya Daddy yang nangis! Kirain kamu kemana, ternyata ngumpet di tempat pakaian."

Jay mengeringkan tubuh nya dengan handuk, lalu membantu memakaikan baju tidurnya, tak lupa membalur tubuh Jungwon dengan minyak kayu putih.

Jungwon mandi lagi, padahal ini sudah malam.

"Maaf, Daddy."

"Hm"

Anak itu awalnya bersembunyi di tumpukan baju kotor, lalu Jungwon keluar dari persembunyian, melihat rak berisi cadangan alat mandi di sampingnya, Jungwon menemukan sikat gigi kesayangannya dengan karakter kelinci kesukaan berada di rak paling atas.

Jungwon berusaha meraihnya, tapi dia malah menyenggol botol besar berisi sabun cair yang tutup nya hilang. Botol itu jatuh dan isinya meluber kemana-mana, mengenai seluruh pakaian Jungwon.

Jay terpaksa harus memandikannya lagi karena anak itu jadi lengket.

"Makanya jangan nakal."

"Uwon ndak nakal."

how to be a good daddy?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang