Extra Part

995 142 13
                                    

Sudah setahun lebih Indra dan Sylviana berpisah, namun ia masih belum juga mampu melupakan perempuan itu. Dari akun instagramnya, ia memantau semua kegiatan Syl selama ini, bahkan dari Instagram Bagas juga.

Bulan lalu, Syl telah melahirkan anak pertamanya dengan Arga. Dan Indra nggak bisa melakukan apapun selain turut berbahagia atas kehadiran putri kecil mereka.

Setahun ini juga Indra belum mencoba menjalin hubungan baru dengan orang lain, paksaan untuk menjalin hubungan dengan Gina datang terus menerus, namun Indra tetap bergeming.

Semakin ia menanggapi celotehan ibunya, semakin Indra nggak bisa menolak. Yang ia lakukan hanya jarang pulang, meminimalisir bertemu dengan Gina, mengabaikan omelan ibunya yang mengeluh karena Indra sudah sangat jarang pulang.

Ini sudah batang rokok kedua yang Indra habiskan di halaman kantor sebelum pulang ke apartemennya. Ia masih bertahan di apartemen itu dengan kenangan yang perlahan terkikis.

"Gue tau lo disini." Ia nggak perlu melihat siapa yang datang untuk tau pelakunya. Indra sudah cukup lelah dengan keadaan ini hingga mati rasa.

"Gue cuma mau ngomong sebentar, gue harap lo mau denger." Indra nggak merespon, ia justru mengambil satu batang rokok lagi dan menyulut ujungnya hingga terbakar. Kepulan asap tak membuat perempuan itu menjauh.

"Indra..."

"Ngomong aja, telinga gue masih terpasang dengan baik."

"Gue minta maaf atas semuanya, gue pikir dengan begini lo bakal ngelirik gue sebagai perempuan, bukan sahabat." Gina tak kalah lelah dengan keadaan ini, abainya Indra membuatnya sadar kalau sudah tidak ada lagi tempat untuk dirinya dihati pria ini.

"Ndra..."

"Gin, menyesal sekarang tuh udah percuma. Syl udah bahagia sama laki-laki lain."

"Maaf." Gina nggak akan segininya kalau ibu Indra nggak mendukung, dulu ia ingin menyerah tapi beliau selalu menyemangatinya untuk tidak menyerah secepat itu.

Bukannya menyatukan, persahabatan mereka malah hancur.

"Gue akan pergi dari hidup lo, Ndra." Gina pada akhirnya tidak ingin lagi, ia lelah menunggu, ia lelah diabaikan, ia lelah berjuang karena Indra saja masih bergeming menatap masa lalunya.

Ia sebenarnya menyesal, melihat Indra yang tidak lagi bersemangat menjalani hidup membuatnya sedih. Tapi waktu tidak bisa lagi terulang.

"Bye Ndra, gue harap lo bisa maafin gue suatu saat nanti dan gue harap lo bisa bahagia sama orang baru."

Gina berlalu dari hadapan sahabat laki-lakinya, walaupun berat... Tapi ia telah merelakan semuanya dan bersiap menjalani kehidupan baru di kota lain. Pekerjaan membawanya pindah meninggalkan kota penuh kenangan ini.

Punggung Gina perlahan menjauh sebelum menghilang dibelokan, Indra nggak berniat melakukan apapun selain menghisap habis rokoknya sebelum kembali ke apartemen.

***

Gina memasuki halaman rumah keluarga Indra, ia datang untuk berpamitan dengan Ibu sahabat laki-lakinya tiga jam sebelum keberangkatannya ke bandara.

"Sini masuk, tumben kamu jam kerja udah datang."

"Iya bu, Gina kesini cuma mau pamitan."

"Pamitan kemana?"

"Gina mau pindah kerja ke Yogjakarta, Bu."

Ia tidak tau apakah keputusan ini benar atau tidak, apakah ia akan menyesalinya nanti atau tidak. Gina hanya tidak ingin terus-terusan terbelenggu, berharap pada sebuah ketidak pastian dan masih saja mengharapkan Indra menjadi miliknya.

HAPPINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang