4. Merasa bersalah

118 13 0
                                    

Wanita berpakaian cukup terbuka memasuki area dapur diikuti pria tampan yang tinggi. Pria itu berwajah bantal dikarenakan baru bangun, sementara kekasihnya sudah segar sejak tadi.

'Cyuur!'

Flori tersenyum manis menyicikan wine kedalam gelas Angelo. Angelo duduk di kursi meja bar, sedangkan Flori duduk di meja.

"Selamat minum, my honey!" ucap Flori menangkup wajah sang kekasih, lalu memberi kecupan di kening.

"Thank you so much."

"But,.. umm,.. kamu ga minum? Humm?"

"Nope! Haha. Soda aja udah cukup. Soalnya aku tobat. Hahaha!" timpal Flori disambung tawa besar yang tak bisa ia tahan.

Flori mengedik ringan dengan senyum manis di bibir. Ia bilang kalau ibunya melarang. Selagi masih ada minuman lain yang enak, lalu ini haram, kenapa harus minum.

"Aku nurut, kaan, sama ibu aku?! Ibu tiri lho padahal. Lah kamu! Dilarang mabuk, malah mabuk. Disuruh jaga jarak ama cewek, malah sampe ceweknya hamil. Anak nackaal!" ucap Flori melotot dengan dua tangan di pinggang.

"Haha. I'm sorry." Angelo bersemu merah.

"Hmm! Ck! Aku maafiin!"

Pria itu semakin bersemu merah kala kekasih pujaan hatinya memberi tepukan manis di pipi. Florenzia memang manis.

"Kalo semisal aku cerai sama dia, aku nikahin kamu, kamu mau aku gimana?" tanya Angelo tiba-tiba.

"Gimana, gimana maksudnya?"

"Aku bawa anak aku, atau jangan?"

Pembicaraan mulai serius. Flori tampak dewasa menghadapi pembicaraan mereka yang bukanlah hal kecil.

"Hmm,.. ga tahu. Tergantung sikon."

"Kalo, niih, semisal anak kamu sayang sama aku, ga terkontaminasi hasutan ibunya, aku mau-mau aja. Tapi kalo anak kamu benci sama aku, kena hasut ibunya, punya dendam sama aku,.. ya aku ga mau laah!" Flori melangkah menuju kulkas. Ia mengambil sekaleng minuman soda, lalu meminumnya.

"Well,.. emang kamu mau jadi single parents?" tanyanya sarkas.

"Demi kamu, aku mau. Aku bakal langsung cerai sama dia. Kayak yang kamu bilang, aku pinter, aku cerdas, aku pekerja keras, aku bisa bikin usaha sendiri. Ga usah aku terusin bisnis keluarga aku. Right?!" timpal Angelo begitu serius bicara.

"Bye the way,.. you're amazing,.. i love it."

"Yess? About?" timpal Flori tergagu.

Flori membeku sesaat, lalu dirinya bersemu merah. Dirinya paham apa yang kekasihnya maksud.

"Ekhem! Ekhem! Ummm,.." Flori salah tingkah.

"Ekhem! Gimanaa? Gimana rasanya bulan madu sama dua istri? Haa? Hahaha."

"Hei! Nooo. No i'm not!" tolak Angelo tampak lesu.

"Aku ga ngelakuin apa-apa sama dia. Ruang tidur kita bedaa. Aku bahkan ga bicara satu kata pun. Bicara kalo dia lagi banyak acara aja."

"Acara? Maksudnya?"

"Dia kadang nanya-nanya yang ga penting. Baju cucian lah, jam tangan lah, sepatu, kaos kaki. Ssst! Sampe aku pusing." Angelo menggaruk kepala. Dirinya tampan jengah.

Florenzia terkekeh sinis nan puas. Ada-ada saja ternyata wnaita sialan itu. Jika saja wanita itu tidak hamil dan dirinya kalap, mungkin dirinya bisa membunuh tanpa ragu.

"Where do you wanna go?"

"Ah?"

"You,.. your clothe."

The Beautiful Devil is My Lady [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang