Bab 3. My Lady

28 7 0
                                    

Siapa tidak kenal Camilla Hezz? Namanya sudah sering muncul di cover majalah-majalah fashion. Dia adalah seorang model berdarah campuran. Ayahnya berkebangsaan Indonesia dan ibunya berkebangsaan Inggris.

Sejak setahun lalu, ia resmi menjalin hubungan dengan pilot senior yang kini menjadi pengampu di salah satu sekolah penerbangan.

"Babe!"

Kai menoleh, senyumnya tergambar sempurna. Wanita bertubuh langsing yang hampir setinggi dirinya itu mendekat sembari menyeret koper.

"Mama!" Rea ikut menyambut.

Sementara Ken, ia digendong wanita berseragam nanny. "Sambut mama Camila," bisik Ratu.

Ken enggan turun dari gendongan Ratu.

"Sayang, kalau kamu tidak mau menyambut mama, nanti Mbak nggak mau lagi jadi nanny-mu."

Ken mendadak menegakkan kepalanya. Ia menatap Ratu. "Mommy," rengeknya pelan.

"Ken! Honey!"

"Sana, peluk mama," bisik Ratu lagi.

Ken akhirnya menurut, dia pun segera turun dari gendongan Ratu. Hari ini, Ratu sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak melakukan hal-hal yang memicu pertengkaran antara dua majikannya.

Ia benar-benar menjaga lisan dan perbuatannya.

"Nyonya, biar saya bawakan kopernya," tawar Ratu.

Camilla mengangguk. "Kamu terlalu cantik dengan seragam itu. Apa tidak malu menjadi nanny sedang kamu punya kualifikasi yang jauh lebih tinggi? Aku punya pekerjaan yang cocok buatmu."

Ratu tersenyum. "Terima kasih, Nyonya. Nanti setelah Nyonya menikah dengan O- ng Tuan Kai, saya akan resign."

"Resign? Ratu tapi kamu belum bicara apapun soal itu!" Kaizer menyela.

Camilla melirik kesal pada Kaizer.

"Mohon maaf, Tuan. Cepat atau lambat saya akan pamit. Ng... Nyonya, potongan rambut Nyonya cocok sekali, benar-benae terlihat seperti teenagers tapi berkelas. Luar biasa."

Pujian dari Ratu membuat Camilla sedikit luluh. "Hmm, bisa saja kamu. Cepat bawa barangku. Rea, ayo sama mama. Babe, gendong Ken. Dia terlalu berat untukku."

Ken yang awalnya berusaha untuk dekat dengan pacar ayahnya mendadak kecewa.

"Hei jagoan, yuk sama Daddy."

Ken menggeleng. "Mau Mom- Mbak Ratu."

"Ken, ingat janji kita tadi," bisik Ratu sembari melangkah pergi menyeret koper majikannya.

Kaizer menggendong sang putra. "Janji apa, Ken?"

Ken menahan tangis. "Mommy nggak mau jadi nannyku lagi kalau aku nggak baik sama Aunt Camilla."

Kaizer tersenyum, ia mengelus kepala sang putra.

"Mama Camilla. Coba kamu biasakan panggil gitu. Kan mama baik, suka kirim mainan buat kamu dan kakak."

Ken menggeleng. "Aku nggak butuh mainan. Aku butuh teman bobok, teman makan, teman belajar. Aku mau Mommy. Kenapa Daddy nggak sama Mommy?"

"Mommy? Sayang, Mommy sudah di surga."

"Mommy Ratu," ucap Ken.

Kaizer mengembus napas. "Mbak Ratu, Ken. Mbak Ratu. Dia itu pengasuhmu."

"Tapi aku sayang Mommy," ucap Ken jujur.

Kaizer terpaksa diam. Ia melihat ke arah mobil pribadi yang ia kendarai sendiri tadi.

Ratu sibuk mengangkati tas dan koper milik Camilla ke bagasi.

"Ken, ayo duduk di sebelah kakakmu!" ucap Camilla.

Ken masih diam di gendongan ayahnya.

"Ken, ayo masuk."

Ken akhirnya duduk di belakang bersama sang kakak. Ratu baru melangkah ke samping pintu saat Camilla menutupnya.

"Tugasmu selesai. Kamu boleh pulang. Anak-anak sudah ada yang mengurus nanti di rumahku. Mereka sudah siap menggantikan tugasmu."

Kaizer terdiam. Ia tidak tahu Camilla akan memutuskan memecat Ratu hari ini.

"Ini gajimu. Dua kali lipat dari gaji yang biasanya. Terima kasih sudah menjaga Rea dan Ken selama ini."

Ken yang mulai paham, mendadak memberontak. Ia berteriak histeris dan membuka pintu mobil.

"Mommy! Mommy! Aku mau mommy!"

"Ken! Mamamu aku! Bukan dia!"

Camilla terpancing.

"No! You're not! You're not my Mom! I don't want to be your son! I hate you Camilla!"

Ken mulai tantrum. Ratu tak bisa tinggal diam.

"Cam, tidak begini caranya. Cepat masuk ke mobil. Semuanya. Kalian mempermalukanku!" geram Kaizer.

Ya, bagaimana tidak. Mereka sedang berada di bandara dimana seluruh ground staff di sana mengenalnya.

Tidak lucu jika kericuhan itu membawa-bawa namanya.

Nyali Camilla menciut melihat Kaizer yang hampir tak pernah marah padanya mendadak kesal.

"Ratu! Masuk!"

Ratu akhirnya masuk sembari memangku Ken yang mulai tenang dan tertidur di pelukannya.

Camilla yang kesal hanya diam saja di kursi depan. Sementara Rea, ia acuh tak acuh, dirinya bersandar di lengan Ratu.

Ya Allah, ini bukan yang pertama terjadi. Apa aku harus benar-benar pergi dari hidup mereka? Tapi... Kasihan Ken... Dia... Terlanjur dekat denganku

*****

Assalamualaikum

Besok lagi ya...




Our StoriesWhere stories live. Discover now