Part 10

431 51 2
                                    

Hai hai~~

Hope you enjoy reading it, let's go!

._.

Jeno mengutak-atik keyboard didepannya dan menggerak-gerakkan kursor yang tertera pada layar monitornya. Konsentrasinya benar-benar terarah pada layar yang menampilkan gambar-gambar denah buatannya itu.

Sampai ada seseorang yang mengetuk ruangannya. Jeno mempersilahkan orang itu masuk, namun tidak tahu siapa yang telah datang menemuinya.

"Kelihatannya kau sangat sibuk" Suara seorang gadis membuat Jeno mengalihkan pandangannya kearah suara.

"Karin? Sudah ku katakan jangan menyusulku ke kantor. Kau hanya akan mengganggu pekerjaanku" Ucap Jeno kesal dan kembali mengarahkan pandangannya pada monitor komputernya.

Karin berdecak kecil. "Jadi benar kau sangat sibuk?"

"Ya, aku sibuk. Sangat sibuk. Jadi jangan ganggu aku"

Karin berjalan mendekati Jeno dan berhenti tepat didepan meja kerja Jeno. Ia mengeluarkan sebuah amplop coklat besar dari dalam tasnya dan menghempaskan amplop itu dengan kasar keatas meja didepannya.

Jeno yang terkejut segera kembali menoleh pada Karin yang sekarang terlihat sedang menahan amarah.

"Apa ini?" Tanya Jeno.

Karin tidak menjawab. Gadis itu hanya menatap tajam pada Jeno.

Jeno meraih amplop itu dan membukanya. Mata sipitnya membulat sempurna. Ada beberapa lembar kertas foto didalamnya. Foto yang berisi sosok dirinya dan seorang pemuda dengan seragam waiters yang tengah tertawa bersama serta tengah menikmati makan siang.

"Itu yang kau sebut dengan sibuk?! Kau bahkan tidak mau menemaniku untuk fitting baju pengantin kita!" Karin sudah diambang batas sabarnya.

"Dia hanya temanku" Jawab Jeno mencoba menenangkan calon istrinya.

"Teman? Dan dia lebih penting dariku?!"

"Karin. Kau terlalu berlebihan"

"Apanya yang berlebihan? Kau tahu satu minggu lagi kita akan menikah! Tapi sekarang aku tidak perlu khawatir lagi tentang pemuda itu, aku sudah mengurusnya" Karin tertawa sinis.

"Apa yang kau lakukan padanya?!" Sontak Jeno berdiri dari duduknya.

"Hanya memberi perlajaran kecil"

"Kau... Kau keterlaluan Karin" Jeno berjalan menuju pintu dan berniat meninggalkan Karin.

"Jeno! Kau ingin pergi mencarinya?!" Karin terlihat semakin emosi.

Jeno berbalik untuk berhadapan dengan Karin.

"Ya! Aku akan mencarinya" Ucapnya.

"Kenapa?! Kenapa kau melakukan itu?! Dia hanya pemuda miskin! Aku ada disini dan kau ingin pergi untuk mencarinya?! Kenapa kau sangat peduli padanya?! Sekarang aku semakin yakin bahwa dia bukan hanya sebatas teman"

"Cukup! Sudah ku katakan dia hanya teman! Dia tidak bersalah, kenapa kau harus mengganggu hidupnya?! Dan apa kau tahu? Aku merasa tertekan atas pernikahan ini? Ku mohon jangan membebani ku lebih dari ini!"

"Jadi kau tertekan? Lalu kenapa kau mengajakku untuk menikah denganmu?! Kenapa kau tidak menikah dengan pemuda miskin itu?!"

"Berhenti menghinanya!" Nada suara Jeno benar-benar tinggi sekarang. Ia tidak peduli jika suaranya terdengar sampai keluar ruang kerjanya.

Karin kembali berdecak. "Lihat. Calon suami ku membela orang lain didepan calon istrinya" Ucapan Karin terdengar meledek.

"Karin. Kesabaranku ada batasnya. Aku sadar kita sudah sering bertengkar, aku pikir jika kita menikah kita akan lebih akur. Tapi seiring berjalannya waktu, bahkan semakin dekat dengan hari pernikahan kita, kita semakin jauh berbeda" Nada suara Jeno mulai merendah.

"Mungkin sebaiknya kita menunda pernikahan kita" Lanjut Jeno.

"Jeno! Kau bercanda?! Pernikahan kita tinggal satu minggu. Kau tidak bisa membatalkannya begitu saja" Karin benar-benar marah.

"Kita tidak membatalkan, hanya menunda. Lagipula lebih baik kita tunda sekarang daripada semakin mendekati harinya nanti. Aku ingin memikirkannya lagi"

"Kau keterlaluan Jeno!" Kedua mata Karin terlihat berair.

Gadis itu berjalan melewati Jeno dan menutup pintu ruang kerja Jeno dengan kasar.

._.

- 27 Mei 2023

Dream Boy | Nomin / JenjaemWhere stories live. Discover now