Norma & Agama - 04

198 31 3
                                    

Gita dalam perjalanan pulang ke Jogja. Mengendarai mobil Honda CRV yang Gita beli tahun lalu. Sebentar lagi, masa ldrnya berakhir dan rindu yang membelenggu hati segera bertemu obatnya.

Berhenti di traffic light, Gita mengirim pesan pada Cornelia. Memberi kabar jika dia sudah di Jogja. Lampu berubah hijau, Gita menjalankan kembali mobilnya.

Sekali. Dua kali. Sampai ke empat kali, Gita menguap. Dirasa bahaya memaksakan diri melanjutkan perjalanan, Gita menepikan mobilnya di sebuah coffe shop. Mungkin segelas hot caramel latte bisa membantunya mengurangi kantuk.

Tring

Bunyi lonceng yang terdengar ketika pintu café di dorong oleh Gita.

Aroma kopi yang khas mengarahkan Gita pada perempuan berkaus cream muda di deretan kursi bagian tengah.

Itu Cornelia. Pacarnya. Orang yang sangat Gita rindukan. Dan cowok di sampingnya.... siapa dia?

"Kak Gita?"

"Eh? Chika?'

Atensi Gita berhasil teralihkan berkat kedatangan Chika. Aadik kelasnya semasa bangku sekolah menengah atas.

Gummy smile yang menjadi ciri khas Yesisca Tamara tersungging. "Udah lama gak ketemu, kak Gita apa kabar? Makin dingin nih kalo dilihat-lihat"

"Gue baik. Lo sendiri gimana, Chik?"

"Gue juga baik, kak"

Gita mengangguk lalu menatap sebelahnya. "Lo mau pesen juga? Biar gue bayarin sekalian"

"Gak usah kak, gue lagi gak ngopi. Next time aja, traktir gue yang lain selain kopi hehehe"

Membayar caramel latte-nya, Gita menyodorkan selembar uang bewarna biru pada mbak kasir. "Oke deh, nanti kabarin waktu dan tempatnya nanti gue jemput"

"Ini kembaliannya kak"

"Terima kasih mbak"

Masih di samping Gita, Chika menariknya mencari kursi kosong. Tidak begitu jauh dari tempat Cornelia berada, mereka berdua duduk.

"Kalau gitu tulis nomor kak Gita biar gue gampang ngabarin lo, kak" ucap Chika menyodorkan handphonenya. Gita menerima handphone Chika dengan baik.

***

Pintu coffe shop di tahan oleh Gita dengan tangan kanannya. Orang yang hendak keluar menoleh, mengalihkan perhatiannya dari cup coffe yang sedang ia bawa.

"Sayang?"

Gita tersenyum manis. "Hai"

"Kamu kapan pulangnya? Kok gak kabarin aku?"

Takut menganggu pengunjung lain yang ingin masuk ke café, keduanya menepi dari pintu café.

"Coba cek handphone kamu"

Cornelia mengikuti ucapan Gita. Ia mengobrak-abrik tas selempangnya. Mencari benda pintar miliknya.

Sedetik

Dua detik

Tiga detik

Cornelia menemukan benda persegi yang di carinya. Cengiran Cornelia terbit manakala dirinya mendapati pesan dari Gita terpampang di lock screen.

"Jadi?"

Cornelia menubruk badan Gita dari depan, melingkarkan tangannya di pinggang kesayangannya itu. Tidak perlu di jelaskan bagaimana perasaannya saat ini. Pada intinya ia merasa bahagia. Rindunya telah bertemu dengan sang Penawar.

"Kangen"

"Aku lebih kangen"

Cowok berjaket kulit tiba-tiba datang lalu menarik tangan Cornelia, membuat pelukan mereka terlepas. Tanpa basa-basi, cowok yang tidak diketahui namanya itu membawa Cornelia pergi.

Norma & AgamaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant