Bab 1 Setitik Gelap

4 0 0
                                    

Dear Diary
Namaku Eliana. Kata orang, Eliana dapat berarti sebuah cahaya dan kecerahan. Namun, kayaknya hidupku sepertinya bermakna terbalik dari nama pemberian kedua orangtuaku. Oh ya, aku sudah berusia 16 Tahun, usia dimana aku seharusnya sudah SMA(bener ga ya?), tapi aku tak pernah mengalami itu. Semua kegiatanku (termasuk pendidikan) dilakukan didalam rumah. Semua ini terjadi karena penyakit "X" sialan itu! Iya, penyakit tersebut membuatku tak bisa keluar dari rumah ini! Entah kenapa kedua orangtuaku yang begitu parno atau karena aku begitu lemah. Pokoknya, aku tak pernah keluar dari rumah ini! Suatu saat, aku ingin mencoba melihat dunia luar, melihat cahaya yang katanya sesuai namaku. Oh ya, sekian ya perkenalan singkatku. Diary, bisakah kau rahasiakan impian ini dari kedua orangtuaku?

Eliana,23 Desember 2021
-------------
"Neng.... Neng," Suara Bik Ija memanggilku. Aku langsung berbalik melihatnya. Bik Ija, pembantu keluarga kami dari 15 tahun lalu. Ia adalah orang ketiga terbaik dalam kehidupanku. Kata orang, jika kita telah bersama-sama dengan orang tersebut lebih dari 14tahun, maka orang tersebut bukanlah orang asing, tetapi sudah seperti keluarga. Oh ya, dirumah seluas dua tingkat ini, aku hanya tinggal bersama papa, mama, dan Bik Ija seorang. Kadang ada supir dan tukang kebun datang, tapi mereka tidak sampai kedalam rumah. Kata mama, ini untuk menjaga rumah kita tetap steril dari orang asing.
"Neng, sudah makan belum?" tanya Bik Ija lagi
"Hmmm, belum," kataku
"Loh, kok belum makan. Tadi, habis ngelamunin apa si neng?" tanya Bik Ija penasaran.
"Gak Bik, cuma penasaran...,"batinku
"Penasaran kalau orang lain diluar harus kayak gini juga ga ya bik? Maksudku, aku bosen banget dikamar. Ketemunya pun cuma sama bik Ija, papa, dan mama"
"Hmm, makanya neng, ayo semangat cepat habisin obatmya. Kalau sudah sembuh pasti neng diajak juga sama tuan dan nyonya untuk keluar. Tapi, syaratnya harus cepat sembuh," Bik Ija menjelaskan
"Kalau belum sepenuhnya sembuh ga bisa ya bik?" harapku.
"Nengg, hhmmm gimana ya? kan neng tahu sendiri tuan dan nyonya bagaimana, apalagi setelah kehilangan Neng Elana. Tuan dan Nyonya lebih ketat lagi kan neng, Bibik ga berani macem macem. Neng juga harusnya bisa lebih mengerti," Kata Bik Ija menjelaskan.
"Okelah Bik," kataku sambil mulai memakan sepaket nasi dihadapanku ini. Disebelah kanan piring nasi itu, sudah tersedia beberapa butir obat untuk kuminum. Aku tak tahu nama-nama obat itu, tapi obat tersebut sudah kuminum rutin selama belasan tahun. Kata mama obat ini untuk "perendam" dari gejala penyakitku. Aku tak tahu sampai kapan aku harus meminum obat-obat ini- Hmm, semoga penyakitku cepat pergi dari tubuhku ini-

-------
Elana,"Kehangatan Bagi Cahaya"

"Elana apa kabar ya? Bahagiakah dia berpisah dariku?" tiba tiba aku teringat tentang Elana, saudara kembarku.

Ia lebih seperti "kakak" bagiku walaupun kami hanya berbeda 5 menit. Ia ceria dan energik meskipun ia juga mengidap penyakit "X". Ditahun 2018, seorang dokter pernah berkunjung kerumah kami. Ia berkata,"Elana, kadar penyakit X didalam tubuhmu sudah mulai membaik, ya kira kira 20%.".
"Jadi, aku boleh keluar dok?" ucap Elana saat itu dengan sumringah.
"Boleh, sekali kali aja ya,"ucap dokter tersebut
"Ma, Pa, apakah aku boleh keluar?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 21, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Penyakit "X" Dan AkuWhere stories live. Discover now