11. Berbagi

996 157 5
                                    

Satu piring kecil berisikan bakso yang telah Taeyong goreng sebelumnya diiris membentuk setengah lingkaran kini sedang Mark nikmati sembari menunggu jam tidur siangnya tiba.

Mulutnya tak berhenti bergerak, giginya di dalam sana terus bekerja keras mengunyah makanan bertekstur lunak serta sedikit lembut tersebut. Tak lupa dengan tambahan sedikit nasi putih hangat.

Ditinggal Taeyong masuk ke rumahnya untuk sejenak membersihkan diri begitu ia rasa tadi tubuhnya sangat lengket lagi, Mark belajar untuk menghabiskan makannya sendiri.

"Ab—" Raut wajahnya seketika berubah saat kedua mata langsung menangkap sosok anak kecil lain berdiri tak jauh dari Mark berada dan sedang duduk menikmati makanannya.

"Itu ada yang lihatin Abang makan, kenapa nggak diajak sekalian, sayang? Biar makan bareng."

Awal niat Taeyong ingin secepatnya mengajak anaknya itu untuk masuk dan makan saja di dalam rumah tetapi rasa hati tak tega membiarkan anak yang baru pertama dilihatnya, sendirian diluar.

Sebelah pipinya menggembung, Mark menolehkan kepalanya ke arah mata sang Bubu memandang. Sadar jika saat ini dirinya sudah ketahuan alias tertangkap basah, anak lelaki yang postur tubuhnya lebih tinggi dibanding dengan Mark hendak segera melarikan diri.

Kedua kakinya sudah berjalan mundur perlahan, "Eh! Mau kemana?!"

Takut anak lelaki itu akan mengadu kepada kedua orang tuanya, Taeyong tanpa sadar melangkahkan kaki cukup lebar.

"Nggak usah takut," katanya menggunakan nada bicara yang lebih lembut dibanding sebelumnya. "Ayo, makan sini bareng Mark."

Tangan kanan melambai, memerintahkan anak kecil yang belum Taeyong ketahui namanya untuk mendekat.

"Nggak apa-apa, ya, Abang?" tanya Taeyong kemudian meminta persetujuan sang anak.

Mark yang memang dasarnya adalah anak yang baik dan mau berteman dengan siapapun tanpa pandang bulu pun mengangguk sekali, "Nggak apa," ujarnya tidak merasa keberatan sedikit pun.

Menggeser posisi duduknya, menyisakan ruang yang cukup untuk anak lelaki tersebut ikut bergabung.

"Bubu tambah lagi bakso sama nugget gorengnya tapi lanjut makan di dalam, ya."

ㅤ⸙ㅤ

Tidur siang anaknya kali ini terpaksa harus sedikit terlambat dari waktu yang telah dijadwalkan karena hadirnya seorang yang telah dianggap Mark sebagai teman. Ia adalah Wong Yukhei, lelaki kecil yang Taeyong menerka-nerka dari postur dan tinggi badan usianya lebih tua dari Mark.

"Yukhei baru tinggal di sini, ya?" tanya Taeyong.

Si kecil pemilik nama panggilan Yukhei tersebut sejenak mengalihkan pandangan guna menghadap Taeyong yang sudah duduk di sofa tepat di belakangnya. 

"Iya—" Bingung panggilan apa yang harus Yukhei gunakan saat dirinya berbicara dengan orang tua dari teman barunya akibat dari ucapan Yukhei menggantung.

Paham akan tatapan mata penuh tanya yang anak kecil itu berikan, "Panggil Bubu aja biar sama kaya Mark."

"I-iya." Terbata ia berucap. "Khei masih baru tinggal di daerah sini, Bubu," lanjutnya memberitahu.

Lirikan matanya bergantian menatap antara anaknya—Mark dan Yukhei. Berisi sedangkan yang satunya lebih terlihat kurus tetapi tinggi. Itulah perbedaan yang berhasil Taeyong dapatkan setelah beberapa kali memperhatikan.

Enkelhed [Jaeyong] Where stories live. Discover now