Chapter 13

60 19 0
                                    

Kehidupan lebih sering menyerupai novel daripada novel yang menyerupai kehidupan.

***

Kegilaan apa yang dikatakan psikopat ini? Bualan apa? Apakah selain kehilangan kemampuan untuk berempati, dia juga mulai kehilangan kewarasan seutuhnya. Atau dia tengah berimajinasi, bercita-cita menjadi penulis novel seperti dirinya?

Apa penyebabnya? Apakah karena masih pagi dan ia tidak bisa tidur sampai larut malam?

"Omong kosong, itu tidak ada hubungannya denganmu, itu tidak ada hubungannya dengan ibuku dan bagaimana dia tewas? Apakah ibumu ada hubungannya dengan itu? Ayolah, Sean. Imajinasimu terlalu berlebihan. Kau butuh dokter dan juga pendeta."

Wang Yibo tidak tahu. Penolakan itu datang seperti sesuatu yang memaksa. Sebenarnya, dia tidak memiliki keberanian untuk menerima itu sebagai kebenaran. Dia yakin itu adalah kegilaan dalam pikiran Sean yang ia anggap nyata. Dia pikir dia dapat mengoceh tentang hal semacam itu, dan menganggap bisa mewujudkannya.

"Aku berkata yang sebenarnya," Sean bersikeras. Semua rasa sudah menumpul dalam dirinya sejak bertahun-tahun lalu, dia tidak terlalu shock atau takut mengungkit hal seburuk itu. Tetapi Wang Yibo tentu berbeda, dan ia berusaha menyampaikannya dengan hati-hati. Sean tidak mengerti, kenapa ada kebutuhan dalam dirinya untuk menjaga perasaan pemuda itu, maupun dirinya secara utuh.

"Aku tahu kau butuh waktu untuk mempercayai ini," Sean memutar cangkir kopi di atas pisin, melanjutkan datar, "tetapi kenyataan tidak akan berubah hanya karena kau tidak percaya."

Raut tegang di wajah Wang Yibo mengendur. Namun setelah mendengar semuanya, langit tidak pernah lagi memiliki warna biru yang sama. Dia menghela nafas berat dan panjang, menoleh sekali lagi pada pohon magnolia di taman. Dunia tampak berbeda selamanya, dan bahkan di saat-saat sisa kenangan indah membayang, ada kegelapan yang mengintai, rasa kelemahan dan keputusasaan sebagai akibat dari terungkapnya satu kebenaran usang.

"Tetapi, waktu itu polisi telah menangkap pelakunya. Dia seorang pria. Dia juga telah mengakuinya, dan polisi menjatuhi hukuman penjara yang panjang. Aku tidak ingat tepatnya. Terlalu shock dan takut untuk mengingat. Terakhir kali kudengar, pelakunya tewas bunuh diri di penjara." Wang Yibo memegang kepala dengan kedua tangan yang bertumpu pada meja makan. Rasa sakit karena ingatan itu berat dan sulit. Bahkan napasnya menjadi sesak.

"Mungkin menurutmu ini lelucon buruk. Tapi aku rasa tidak. Hal ini cukup penting meski sejujurnya aku tidak ingin mengatakan padamu. Nyatanya aku tetap ingin mengatakan semua ini, aku ingin kau mengubah penilaianmu padaku. Bahwa aku pernah memiliki tahun-tahun penuh kemurnian di mana aku tidak melakukan perbuatan mengerikan. Aku ingin ... sebenarnya, aku ingin menjelaskan padamu bahwa aku melakukan semuanya karena guncangan emosi dan kegilaan yang dilampiaskan secara salah. Aku ingin kau mengerti bahwa mungkin aku bisa berubah."

Suara Sean lirih dan mendesah, itu seperti satu sisi yang tak pernah dilihat Yibo selama beberapa hari berada di sini. Juga ekspresinya yang muram. Wajah yang terlalu pucat, dan jurang dalam di matanya menyimpan begitu banyak beban dan kegelapan.

Wang Yibo tidak akan mengatakan hal-hal mengerikan tentang kematian dan kekacauan terlalu mendetail. Tetapi mendengar kebenaran kadang membuatnya nyaris kehilangan akal sehat. Tidak bisa dipungkiri, kesalahan yang dilakukan ibunya Sean menjauhkan dirinya dari sang ibu.

"Jika ibumu pelakunya, bagaimana caranya dia bisa berjalan bebas, dan siapa yang ditangkap polisi pada waktu itu?" Wang Yibo bertanya dengan wajah tegang yang tidak sabar.

"Ayahku," jawaban Sean semakin menambah kejutan demi kejutan pagi ini.

"Dengar, Yibo. Kita masih belum bisa memahami apa konflik di antara mereka. Mungkin hanya pertengkaran biasa yang berakhir pada perkelahian, mungkin juga melibatkan uang. Kau tahu, orang dewasa kadang tidak masuk akal dan menyebalkan, dan wanita, mereka lebih tidak bisa dipahami lagi. Satu hal yang pasti pada saat itu adalah, keluargaku hancur. Keutuhan tercerai berai, bagai gelas kristal yang jatuh dan pecah di lantai. Ayah menanggung kesalahan ibu, karena itulah dia mengakuinya. Tetapi kau salah jika mengatakan ibuku berjalan bebas. Kebencianku padanya tidak membuat hidupnya tenang. Dia meninggal karena serangan jantung sewaktu aku mengakui padanya bahwa aku telah melakukan pembunuhan pertamaku. Aku tidak menduga bahwa hasrat membunuh semakin tumbuh kuat dalam diriku, bahwa aku tidak cukup menyakiti korban hanya sekali, melainkan ingin berkali-kali. Dalam proses itu, aku kehilangan jiwaku sendiri."

𝐃𝐞𝐯𝐢𝐥 𝐖𝐫𝐢𝐭𝐞𝐫 (𝐄𝐧𝐝 𝐏𝐝𝐟 ) Où les histoires vivent. Découvrez maintenant