•} O3

291 44 2
                                    

"Abis adu mulut sama siapa, Kun?"

Kunigami mengendikkan bahunya, "gak tau tuh, orang galak."

"Alah, paling lo pancing duluan kan nyet." Sahut Kaiser meledek. "Itu loh, ketuanya anak atletik, si nyonya besar noh." Jelasnya pada Karasu yang tadi bertanya.

"Gaya banget pake nyonya besar segala." Rin berbicara dengan nada tak suka, mengernyitkan dahi.

"Jangan gitu lah Rin, hargai dong, nyonya besar atletik itu. Tiati lo asal ceplas ceplos, galak dia cok." Lagi lagi Kaiser menjawabnya dengan nada meledek.

Kunigami memicingkan mata curiga, "gue liat liat lo tau banget sama tuh ketua atletik, kenal dimana lo, Kai??"

Kaiser tertawa. "Apasih yang gak gue tau, gini gini gue anak tahun terakhir, segala macam warga sekolah tuh gue tau bentukannya gimana."

"Buset, siap dah sepuh."

"Tai, lo juga sepuh ya, Karasu monyet."

"Berisik banget nih Jerman dari pagi, gebuk aja kali yak?" sahut Karasu jengkel sendiri.

"Dah dah, balik latihan gih. Hari ini kita bisa pakai lapangan sepuasnya tapi belum tentu minggu depan bisa. Gue gak tau itu si nyonya besar bakal ngelakuin apa tapi jaga jaga aja takutnya beneran protes buat pakai lapangan."

Kunigami menjelaskan panjang lebar mengenai kondisi latihan mereka. Sebagai ketua, dia juga perlu memutar otak untuk mengatur latihan anggotanya agar maksimal sampai ajang perlombaan nanti.

Memang, kesannya amat egois untuk menguasai lapangan sendiri. Namun mau bagaimana lagi, lomba sudah di depan mata. Lagi pula dia juga sudah biasa mengikuti ucapan teman-teman satu ekskulnya. Kurang lebihnya, sedikit terpengaruh. Jeleknya Kunigami sih, begitu dia.

~O~

"Hmm, gimana ya???"

Chigiri dan Isagi menatap sosok dihadapan keduanya penuh harap. Sosok bersurai ungu itu tampak memasang raut berpikir sembari mengetuk-ketukkan jemarinya di atas meja.

"Sebenernya ya, jadwal lapangan itu udah pasti adil dan harus disepakati bersama sama. Denger ada yang ngelanggar gini buat gue geram juga."

"Ya kan Re?! Gue sebel banget sama anak basket deh. Buat jadwal semaunya, udah aja mereka bikin sekolah sendiri!" Omel Isagi tak henti-hentinya mengerucutkan bibir. Sebal luar biasa rasanya saat mengingat kelakuan ekskul sebelah siang tadi.

"Iya Sa, gak boleh harusnya mah." Reo mengangguk-angguk paham.

"Tapi ya, seinget gue emang latihan basket lagi padet padetnya. Lomba mereka sekitaran dua mingguan lagi dan sial banget kena gusur sama renov sekolah. Emang agak tai ini kepsek semaunya aja." Keluh Reo ikut sebal.

"Gue gak bisa bantu banyak, Sa bentar Sa jangan emosi dulu!" Reo reflek mengangkat kedua tangannya begitu melihat Isagi yang sudah siap siap mengamuk.

"Reo anying, hayang gelud sia monyed!!!" Amuk Isagi mulai meracau tidak jelas. Chigiri langsung saja menahan tubuh si surai hitam itu dan memukul kepalanya.

"Jangan malu maluin gue Sa, berhenti ngereog atau lo gue seret keluar?!" Ancam Chigiri lebih galak lagi. Isagi menciut dan kembali tenang begitu saja.

"Ah lo mah gak asik Chi," adunya sembari mengelus-elus kepala yang dipukul penuh sayang.

"Bapak lo yang asik! Kebanyakan main sama Memeg sih lo, jadi sinting."

Twee Kanten • (KuniGiri)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang