Bab 23

3.2K 767 77
                                    

Hanif Alaydrus. Ternyata sangat mudah mencari informasi pria itu. Satu dari anak orang berpengaruh pastinya. Bahkan instagramnya memiliki ribuan pengikut, sepertinya para wanita tahu mana pria tampan dengan postingan menarik. Pria itu tampak suka traveling ke pantai, bisa dilihat dengan tiap postingannya yang berselancar atau berada di atas kapal dengan celana pendek memamerkan otot-otot perutnya.

Tetapi, hal itu justru membuat Inka gusar. Setelah selama dua minggu Inka berhasil tidur nyenyak, Inka kembali ke malam-malam di mana dia susah tidur.

Kecemasannya tidak berkurang sedikit pun, meski Inka telah mencoba memusatkan perhatiannya mengurus Jayden. Bermain dengan kucing lucu itu, atau bahkan menonton apa saja—namun tetap pikirannya tidak fokus.

Dan pagi ini. Inka dibuat sangat tersentak, ketika pagi-pagi sekali, Inka yang bahkan belum menyelesaikan tugasnya membuat sarapan. Mendapati, Arya keluar dengan setelan jas berwarna navy. Membalut maskulin di tubuhnya yang tinggi yang kini tampak kokoh dan sangat tampan. Beruntung Inka mengingat untuk menutup mulutnya. Yang jadi pertanyaan, akan kemana Arya pagi-pagi sekali, dengan penampilan serapi itu, dengan rambut yang diberi gel dan disisir ke belakang.

Arya juga baru memangkas rambutnya dengan kedua sisi nyaris habis menonjolkan lekuk wajahnya yang tampak semakin berkharisma. Bisa dipastikan setiap wanita yang menatapnya akan tertarik—satu dari penilaian yang membuat Inka menunduk sebab gusar dihatinya semakin tak menentu dan tak masuk akal.

"A-aku belum selesai masak Mas. Sebentar lagi—"

"Nggak usah, Ka. Aku juga buru-buru mau keluar."

Mau kemana? Pertanyaan itu tertahan di lidah Inka.

"Sepertinya hari ini aku akan pulang larut."

Inka mengangguk kecil.

Arya masih berdiri menatap Inka, seperti ada yang hendak dikatakannya. Inka menanti, namun, tak ada satu pun kalimat lain, selain. "Aku pergi, ya," Arya keluar dengan menenteng ranselnya.

Inka menatap punggung Arya dengan sorot nanar dan bingung atas perasaannya sendiri. Bukankah setidaknya Arya memberitahunya pria itu akan ke mana dengan pakaian serapi itu?

Inka meletakkan pisaunya. Dia tak lagi berselera melakukan kegiatan apa pun terutama masak. Mulutnya juga tak berselera menyantap apa pun.

Inka mengeluarkan Jayden dari kandangnya. Memberinya susu dan makan, sembari mengelusnya. Inka terduduk di lantai. Napasnya tertahan, dan kembali terembus ketika dia membuka layar ponselnya. Inka tahu dia bermain api ketika dia kembali membuka akun instagram seorang Hanif Alaydrus.

Dan... bibir Inka terbuka saat story instagram pria itu juga berada di sebuah pesta, dengan setelan jas yang tak asing...

Jantung Inka mengentak-entak. Inka mengelus Jay seraya menimbang semua kalut di pikirannya, seperti setiap helai bulu Jay mampu memberikan jawaban untuknya.

Inka seolah berada di jembatan rapuh. Dia bisa mencari tahu atau melupakannya.

Cari tahu atau lupakan...

Nadi Inka berdenyut. Apa susahnya bagi Arya memberitahunya jika dia akan ke pesta pernikahan yang sama dengan teman yang dikenalkannya tempo hari? Hingga itu terdengar sangat normal. Tapi sepertinya jelas, Arya tak ingin Inka tahu. Untuk alasan apa?

Perut Inka semakin mengenjang.

Dengan tangan gemetar, Inka membuka kolom pesan. Dan mengetikkan...

Im_In : Hi! Boleh kenalan?

Inka segera menangkupkan ponselnya, dan pergi ke kamar, meninggalkan kekacauan di luar.

***

Arya akhirnya memiliki jeda. Tidak bercengkerama kepada siapa pun dan langsung menuju toilet. Begitu keluar dari toilet, Arya kembali membuka ponselnya. Tidak ada satu pun pesan dari Inka, ini bukan hal yang asing, hanya saja, Arya seperti spontan memeriksa ponselnya setiap saat. Juga memeriksa jam di tangannya. Pukul dua dini hari. Ini sudah waktunya dia pulang. Tak peduli, dia pasti tidak akan mendapati Inka karena tahu wanita itu sudah tidur. Namun, rasanya Arya lebih tenang jika sudah berada di rumah.

Let it be LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang