Bab. 02

390 192 67
                                    

"Silakan dinikmati tante, jus alpukat buatan Ilyas. Tukang masak ganteng setelah Allen." Pria berperawakan tinggi dengan senyum paten meletakan minuman berwarna hijau di atas nakas. "Apa ada tambahan? Siapa tahu tante berubah pikiran sekalian mau pesan makanan atau camilan? Koki Ilyas siap mengantar," tawar Ilyas.

Kalau hanya pesan minuman terasa kurang pendamping, jadi ia menawarkan makanan walaupun sebelumnya wanita itu enggan memesan.

Nika tersenyum seraya menggeleng pelan sebagai jawaban, barulah berujar, "Ilyas, terimakasih ya. Silakan kembali bekerja."

Si empu mengangguk takzim. "Baik Tante. Ilyas permisi dulu." Pria itu sedikit membungkuk sebelum akhirnya berlalu dari ruang pribadi Allen.

Fokus Nika kembali pada si anak yang duduk di sofa menghadap barat, sedang wanita itu duduk di sofa menghadap utara. Namun, badannya condong ke arah Allen yang masih tampak sibuk berkutat dengan laptop.

Wanita itu datang sekitar lima menit yang lalu. Waktu pertama kali menginjakan kaki di ruangan berwarna cream ini fokus si anak memang terarah pada laptop. Dan saat ia duduk pun Allen masih dengan posisi sama, tidak seperti biasanya yang langsung bersalaman atau sekadar menyapa ada yang bisa Allen bantu, ma? atau ada apa mama ke sini?

Sebagai seorang Ibu, naluri pada anak begitu kuat. Dari sorot mata anaknya saja ia bisa menerka Allen sedang badmood setelah obrolan kemarin malam. Anak itu beberapa kali terus menolak, tapi beberapa kali juga dirinya meyakinkan anak.

Helaan napas keluar, ditatapnya anak keduanya itu dengan keibuan. "Allen, boleh Mama minta waktunya sebentar?"

Si anak menghentikan aktivitas sejenak, melirik seperkian detik. "Mau bahas perjodohan lagi?" Tidak di rumah dan di tempat kerja mama pasti selalu membahas masalah perjodohan, tanpa diberitahu ia sudah hafal.

Wanita itu tampak menarik sudut bibir ke atas. "Iya. Jangan bosan-bosan, ya."

"Apa Mama yakin dengan keputusan Mama?" Keputusan yang akan menentukan bagaimana masa depan pernikahannya nanti. Padahal anaknya sendiri bersikeras menolak tapi dengan dalih rasa akan tumbuh seiring berjalannya waktu membuat wanita itu terus membujuk.

"Sangat! Ini adalah keputusan terbaik. Kalian itu pasangan yang cocok, Jena cantik dan anak Mama ini tampan."

Allen langsung menatap layar monitor, memejamkan mata merasakan nyeri menusuk ulu hati.

"Dan kedatangan Mama ke sini, mau memberi kabar kalau silaturahmi ke rumah Pak Farhid diundur, mereka menjenguk orang tua yang sedang sakit."

Yah. Keluarga Allen berniat ingin silaturahmi ke rumah calon besan sekaligus mempertemukan putra dan putrinya untuk pertama kali. Namun, lantaran sedang ada urusan lebih penting jadilah pertemuan tersebut diundur

Kabar buruk bagi Nika tapi tidak dengan Allen. Lelaki itu sama sekali tidak berminat mengenal wanita itu.

Allen memperhatikan Mama sedang meminum jus alpukat sampai dua tegukan, meletakan di tempat semula dan menatap anaknya kembali. "Katanya sampai satu mingguan di sana. Mama harap, setelah acara menjenguk selesai, kita bisa segera ke rumah Pak Farhid," ucap wanita itu antusias, bola mata tampak terang benderang jika membahas calon besan.

"Padahal Allen belum bilang setuju dengan perjodohan ini."

Tapi tingkah wanita ini seolah-olah mengesampingkan pendapat anak. Ia tidak ingin menandai Mama wanita egois hanya karena menomor sekian-kan keinginan anak, tapi setelah bertahun-tahun terus mengiyakan ia jadi berpikir Mama hanya mementingkan perasaan sendiri.

TAUT | Kim Mingyu✓Where stories live. Discover now