Chapter 4

307 52 14
                                    

Happy reading, guys!

.

.

.

Dua kelopak mata berkedut sebelum kemudian terbuka secara perlahan. Menampakkan sepasang mata sayu yang tampak linglung.

"Di mana aku?"

Sang pemilik mata---Xiao Zhan---mencoba mencari tahu. Sepertinya dia berada di kamar apartemennya. Dia tengah memikirkan apa yang terjadi sebelumnya sebelum sebuah suara yang teramat dia rindukan terdengar di telinganya.

"Seharusnya Zhan Ge tidak memasukkan orang lain ke dalam rumah kita. Bagaimana bisa pingsan dalam pelukan pria lain?"

"Yibo, aku tidak seperti itu! Dia hanya berkunjung," sahut Xiao Zhan lemah.

"Yah, aku mengerti. Makanlah bubur dan jangan lupakan obatmu. Aku harus kembali." Wang Yibo yang sejak tadi hanya berdiri meletakkan sebuah mangkuk di atas nakas. "Aku sekalian pamit, mungkin tidak pulang untuk tiga minggu ke depan. Ada yang harus kulakukan untuk tugas akhirku. Aku akan meminta bantuan paman di luar kota."

Lagi? Perpisahan lagi? Xiao Zhan rasanya ingin kembali menangis. Akan tetapi dia mencoba menahan rasa sesak itu.

Semangkuk bubur yang biasanya menjadi kesukaan karena dibuat oleh Wang Yibo kini tidak membuatnya tergugah. Perlahan dia bangkit lalu dengan langkah terseok-seok pria manis itu pergi ke kamar mandi.

Wang Yibo menatap kepergian Xiao Zhan dalam diam. Lalu beranjak untuk mengemas beberapa barang.

Tidak menunggu Xiao Zhan keluar dari kamar mandi, Wang Yibo bergegas pergi setelah sebelumnya menempelkan sticky note di pinggir mangkuk bubur.

Jangan lupa makan. Setidaknya demi bayi itu.

Xiao Zhan keluar dari kamar mandi dengan wajah lebih segar. Dia berniat mengajak Wang Yibo bicara bahwa dia ingin ikut ke luar kota. Selama pernikahan mereka, dia tidak pernah mengenal seperti apa paman Yibo itu. Selain karena pernikahan mereka yang tidak direstui, keduanya juga menikah diam-diam saat itu. Jika Wang Yibo ingin meminta bantuannya, kemungkinan paman itu orang baik.

Sayangnya Xiao Zhan harus kecewa lagi. Wang Yibo tidak terlihat di mana pun.

Apakah dia pergi tanpa pamit padaku? Xiao Zhan membatin nelangsa.

Pria itu menjadi tidak mood untuk melakukan apa pun. Dia hanya ingin Wang Yibo di sini. Namun, dia juga tidak ingin egois menahan sang suami yang ingin mengejar mimpinya.

"Tapi, mengapa tidak pamit?" gumamnya pelan.

Tidak disadari air matanya kembali luruh. Dengan kasar dia menyeka air mata yang tidak kunjung berhenti. "Berhenti menangis, sialan!" umpatnya pada diri sendiri.

Tidak pernah dalam hidupnya Xiao Zhan berpikir akan menjadi pria cengeng seperti ini.

Tatapan matanya tiba-tiba tertuju pada mangkuk bubur yang dibuat oleh Wang Yibo. Ada kertas kecil yang tertempel di sana.

Membaca pesan singkat itu, Xiao Zhan menggigit bibir mencoba menahan tangis. Perlahan tangannya mengusap perut kemudian dia memejamkan mata lalu mengambil napas secara perlahan. Ya, dia harus tenang. Tidak boleh stres. Ada janin di perutnya yang harus dia lindungi. Ini anak Wang Yibo dan dirinya. Bukti cinta mereka. Xiao Zhan harus mengesampingkan segala beban perasaannya demi sang calon bayi.

Meraih mangkuk bubur itu, dia mulai duduk lalu makan dengan cepat. Diabaikannya rasa sesak juga pahit yang terasa. Bahkan bubur yang biasanya terasa nikmat kini malah hambar. Xiao Zhan menelannya dengan susah payah. Itu karena dia tidak berminat untuk makan.  Jika bukan karena anaknya, mungkin Xiao Zhan akan memilih meminum alkohol saat ini. Demi menghilangkan penat yang mendera.

Stain on the MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang