1.8

353 25 3
                                    

Tubuh berbalut kain berwarna hitam tersebut berleha-leha di atas tanah sembari menggerakkan kecil sebelah kakinya. Sesekali kedua matanya bergulir kesana-kemari guna melihat hamparan pohon beech tua yang dengan menyengkak tertutupi lumut. Kadangkala hanya dengan menatap, tubuhnya bergidik gentar, hawa tidak enak seakan membuntang dari pohon yang bisa hidup selama tiga ratus tahun tersebut.

Puas menatap hamparan pohon yang tumbuh di sekitar asrama, Jake beralih menatap segerombol teman-temannya yang kini tengah asyik bermain bola. Tawa riang serta teriakan senang menghangatkan hati untuk sepasang mata yang memirsa, tak jarang mereka akan berangkulan sejati ketika salah satunya mampu mencetak gol. Solidaritas yang terwujud seakan memperlihatkan bahwa mereka bisa bersatu hati kendatipun sering bertikai di belakangnya.

Hanya Jake dan Hueningkai yang tidak mengikutsertakan diri dalam permainan. Meski demikian, kedua lelaki tersebut tak lantas duduk berjejer berdua. Ada jarak yang merintangi di setiap kegiatan berbeda dua lelaki tersebut. Hal itu semacam mengekspos bahwa solidaritas dari keduanya belum terwujud.

Kentara dari Jake yang lebih memilih menghayati semilir samirana dengan sambekala memaes molek di ufuk barat dan Kai dengan tubuh tenang duduk termenung serta sorot mata yang berpusat di setiap gerakan Jay di depan. Ya sudah biasa, lelaki itu seperti memiliki ketertarikan pada saudara kembarnya tersebut.

"Minhee oper bolanya Minhee!" Di sana, Jisung berteriak sembari melambaikan tangan pada Minhee yang saat ini sedang menggiring bola, berusaha menyeru dengan misi agar bola bisa masuk di gawang yang sedang dipertahankan ketat oleh Yedam.

Yang dipanggil spontan menghentikan gerakannya lalu tersenyum misterius sebelum menendang bola sesuai instruksi. Namun...alih-alih mengopernya pada Jisung, bola itu malah melayang ke arah Kai berujung menghantam kuat di kepala lelaki malang tersebut.

Kai yang tengah merunduk damai setelah puas menatap Jay langsung terjungkal ke belakang, kepalanya merasa sedikit pusing karena ulah si Minhee.

"Horeee tepat sasaran!" Antusias Minhee setelah melancarkan aksi sembari merentangkan kedua tangan ke udara saking bahagianya.

Spontan permainan bola bertukar kericuhan karena ulah lelaki tengil itu. Jake yang berada di ujung mendengus sebelum bangkit dari duduknya. Sudah ia duga, Minhee pasti sengaja.

Taehyun berlari tergopoh-gopoh menghampiri Kai yang berusaha berdiri sembari meringis. Tendangan dahsyat Minhee mampu memunculkan kunang-kunang di kepala Kai membuat Taehyun dilanda kepanikan. Kedua tangannya memegang lengan Hueningkai setelah berhasil berdiri walau sedikit limbung.

"Lo gapapa?"

Kepala Kai digerakkan ke kanan dan kiri secara berulang dengan gerak cepat sebagai bentuk tanggapan. Dirinya enggan membeberkan bahwa kini kepalanya tengah berdenyut nyeri agar masalah tak semakin berkepanjangan dan berpengaruh pada lelaki tengil yang saat ini tengah menatap buas.

Yes...in other words, he has to behave nicely when everything is far from nice, right?

Lamunan sekejap Kai terserak rampung saat lengannya dicengkeram kuat oleh Taehyun disusul dengan bisikan rendah traumatis.

"Lo inget...lo nggak boleh mati."

Serentak tubuhnya bergidik dengan pupil melebar seraya menatap lurus ke depan tanpa ingin beralih pandang pada lelaki di sampingnya. Seketika penalaran lelaki tersebut tercerai hingga melabuhkan kekosongan mengenaskan.

Memang hanya dengan kepala terkena tendangan bola bisa membuat manusia mati? Oh jika bola yang digunakan berbahan dasar besi sepertinya masuk akal.

"Kasar banget sih lo mainnya. Nggak suka gue kalau cara main lo kayak gitu." Pandangan merunjam Taehyun bergulir pada Minhee. Perasaan mendongkolnya sudah hampir meluap-luap karena tiada jera bagi lelaki tersebut untuk bertingkah.

ASRAMA Where stories live. Discover now