10+°

66 4 60
                                    

Selamat Membaca! 💕

.
.
.

- Bab X

: "Katamu, semua orang berhak memilih."

▪︎

Naya pernah berpikir bahwa mengenal Arjuna Keenan Putra adalah satu dari sekian anugerah Tuhan untuknya. Dan Naya gak bisa menyembunyikan rasa senang yang meletup ketika Tuhan mempertemukan mereka kembali setelah tiga tahun.

Dari sana, Naya memandang Arjuna sebagai orang asing yang terasa familiar. Sosok itu tidak berubah banyak. Hanya saja, tatapannya nampak lebih teduh dan kelam. Pun, Naya sama sekali gak keberatan karena Arjuna tetaplah Arjuna. Cowok baik dan murah senyum itu selalu mengingatkannya pada cinta monyet yang dia punya dulu.

Ah, haruskah Naya menyebutnya sebagai cinta monyet? Padahal jauh di dalam sana, sayup-sayup harapan semu kembali memohon.

Tapi di saat pertemuan pertama kali itu, Naya benar-benar (hanya ingin) menganggap Arjuna sebagai teman lama. Karena seperti tidak ada titel lain yang dia rasa cocok untuk menamai mereka berdua. Ya, mereka cuma seperti sebatas teman lama yang bersua kembali dalam suasana sunyi dan nyaman perpustakaan kota.

Jujur saja, terkadang hal itu masih membuat Naya berdecak gak percaya. Mau bagaimanapun, jauh sebelum bertemu, Arjuna dan Naya sama sekali tidak pernah menjalin komunikasi atau mungkin sekadar kirim pesan. Mereka berdua menghilang begitu saja dari peredaran dan kembali seolah menemui radar masing-masing.

Tanpa Naya sangka juga, otak mediokernya yang selama ini mati-matian mencoba lupa itu malah dengan amat detil mengingat tentang Arjuna. Cewek itu menjerit dalam hati ketika dengan santainya melontarkan kalimat seperti; masih gak suka buah, ya? Lalu mulai melanjutkan kalimat lain dengan topeng sok bijak.

Sumpah. Sebetulnya Naya gak sampai hati untuk mengatakan kalimat semacam itu kecuali karena efek euphoria bisa bertemu Arjuna lagi. Setelah menganggap bahwa Tuhan gak cukup adil mengasingkan mereka berdua tanpa bisa apa-apa. Karena dengan bertemu, Naya jadi punya harapan baru. Yaitu ingin merasa cukup. Merasa cukup hanya untuk menjadi teman lama dari sosok itu.

Tapi pada kenyataannya, Naya Putri Senjani hanya manusia biasa. Manusia yang seringkali sulit untuk merasa cukup padahal Tuhan sudah beri banyak sekali nikmat. Jadi, dia merasa bahwa mungkin kesempatan itu masih ada. Kesempatan terakhir yang mungkin bisa menjadi bahagianya. Meski banyak sekali suara di kepala yang mengatakan bahwa (untuk kedua kali) Naya melakukan hal bodoh.

Karena Naya memilih bersua lagi. Dan kali ini untuk menanyakan kejelasan mereka berdua. Padahal mereka baru bertemu tatap dua kali, dan barangkali Arjuna juga belum siap menerima cinta baru.

"Katamu, semua orang berhak memilih."

Semilir angin menyibakkan sebelah pasminanya yang terjulur. Cewek itu menatap langit sore setelah banyak berasumsi sendiri bahwa pertanyaan ini harus dia tanyakan pada sang adam.

Arjuna, cowok itu hanya membiarkan Naya melanjutkan kalimatnya. Dia menatap profil cantik yang beberapa minggu terakhir ini sering menggangu pikirannya. Hidung kecil yang mancung itu membuat Arjuna mensyukuri satu dari sekian kuasa Tuhan karena masih diberi kesempatan untuk melihat Naya yang kini sudah banyak berubah.

✓Dandelions | by thereowWhere stories live. Discover now