Mungkin Keberuntungan sedang berpihak kepada seorang RENANS BAGASKARA BRAMATA, putra pertama dari pasangan Reino Bramata dengan Lily Yuristi. Kenapa dibilang beruntung?, karena dia anak tunggal kaya raya? atau anak pengusaha ternama di Indonesia In...
Hallo Masih bersama dengan cerita saya disini, tapi mungkin ini akan aku hidupkan lebih serius lagi ceritanya, mungkin.
Kesamaan tokoh, atau cerita dengan orang lain itu aku tidak tahu. Cerita ini aku tulis asli dari pikiran aku sendiri ya semuanya. Jadi maaf kalau kalian nemu cerita, atau mungkin saat ini sedang membaca cerita yang sama dengan cerita aku ini. yang perlu kalian ingat selalu adalah, Cerita ini asli dari pemikiran aku sendiri ya, asli dari pemikiran aku sendiri.
ooOoo
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
RENANS BAGASKARA BRAMATA, anak pertama dari pasangan Reino Bramata dengan Lily Yuristi. yang saat itu sedang berusia 10 tahun telah mempunyai adik laki-laki.
Diusia Renans yang sudah genap 10 tahun dan mempunyai adik, entah bisa dibilang itu hadiah yang sangat bagus atau mungkin mala petaka baginya.
Dengan wajah yang datar Renans memasuki Ruang rawat bundanya. wajah Renans tidak menampilkan senyum atau sedih. Dia bingung mau berekspresi seperti apa untuk saat ini.
"Akankah aku tetap mendapatkan kasih sayang ayah sama bunda di Kehidupanku Kedepannya?" ucapnya dalam hati. Dan masih berdiri menampakkan wajah datarnya.
"Ren ayo sini, lihatlah adik kamu laki-laki. Ganteng sama seperti kamu, coba lihat dia." undang ayahnya untuk bergabung melihat adik kecil Renans yang baru lahir itu.
Renans berjalan menghampiri ayah dan bundanya, serta saudara barunya.
Ia melihat bayi yang ada digendongan bundanya. Ayah dan Bundanya terlihat sangat bahagia saat ini.
"selamat datang didunia dan keluarga Bramata bayi kecil, semoga kamu tidak membuat kehidupanku menjadi berantakan." lagi dan lagi Renans hanya mengatakan dalam hatinya.
ooOoo
"Renans, cepat bangun hari ini kamu sekolah. Jangan bandel dan malas, bunda lagi sibuk ngurus Rayhan." Teriak bundanya membangunkan Renans dari Kamar sebelah, tepatnya kamar ayah dan bundanya, juga Rayhan.
"Iya bunda" jawab Renans sedikit berteriak juga.
Buru-buru Renans mandi dan memakai seragam sekolahnya.
Setelahnya ia berjalan sambil menggendong tas warna merah yang depannya bergambarkan spaiderman, ai berjalan menuju kamar kedua orang tuanya.
"Bunda, Renans mau berangkat dulu ya. oh iya bunda, ayah mana kok nggak ada?" tanya Renans sambil melihat bundanya menggantikan popok kepada adiknya.
"Ayah udah berangkat duluan, ada meeting mendadak. Kamu berangkat sekolah sama Pak Wito saja." Jawab bundanya masih sibuk dengan urusan mengganti popok adiknya itu.
"Yaudah, Renans berangkat bunda." pamitnya tak ada jawaban dari bundanya lagi. Karena, lagi dan lagi bundanya sibuk dengan Reyhan.
"Pak Wito anterin Renans ke sekolah ya, Renans ditinggal sama ayah." mintanya kepada pak Wito dengan wajah sedikit masam.
"Baik den, memang tadi pak Reino berangkat pagi-pagi sekali den." Lalu pak Wito membukakan pintu penumpang agar Renans segera masuk dan berangkat ke sekolah.
Sudah setengah perjalanan, pak Wito menyadari wajah aden nya yang masih masam dari kaca.
Langsung saja dia mengajukan pertanyaan kepada Aden nya.
"Den Renans kenapa mukanya masam gitu, masih pagi ini loh."
"Pak Wito kok Bunda sibuk sama Reyhan terus ya, tadi pas Renans Pamitan bunda juga nggak ngelihat ke arah Renans."
"Mungkin den Reyhan nya Lagi PUP den jadi bunda ngurus adiknya aden, takutnya kalau ditinggal dan nggak ditungguin ceprot kemana-mana pup nya."
Huh
Renans membuang nafasnya berat. Mungkin benar kata pak Wito.
"awas saja bayi kecil kalau kamu menghancurkan hidupku" ucapnya dalam hati. Sungguh ia takut hidupnya menjadi berubah setelah kehadiran adik kecilnya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
ooOoo
Typo bertebaran! Jangan lupa Vote dan Komennya ya!!
Jangan lupa Follow untuk tahu kelanjutan cerita ini.
