6/6

253 56 19
                                    

Satu hari kemudian.

Joanna sedang bersiap untuk kerja. Dengan memakai jaket tebal dan rok span. Diantar ayahnya yang masih belum dapat kerja.

"Kalau masih sakit lebih baik libur saja."

Saran Liana pada si anak. Sebab dia jelas tidak tega saat melihat Joanna yang masih demam karena flu dari Jepang belum sembuh sampai sekarang. Apalagi sepertinya, dia sedang bertengkar dengan Jeffrey karena kemarin pulang sendirian.

"Ada klien VIP datang. Aku sudah janji bisa datang juga semalam."

Liana akhirnya mengalah. Dia hanya menatap kepergian si anak yang akan diantar suaminya. Naik mobil karena mereka tidak ada motor di rumah.

Setelah mobil suaminya pergi, Liana dapat melihat Jeffrey yang sejak tadi mengamati. Di dalam mobil. Namun dia dan si suami terus bertingkah seolah tidak melihat pria ini. Karena mereka memang masih tidak merestui hubungan mereka jika hanya berputar-putar dan tidak ada kejelasan yang pasti.

Sebenarnya, wajar saja jika Rendy dan Liana bersikap dingin pada Jeffrey. Karena sebagai orang tua, mereka jelas ingin anaknya segera dinikahi. Tidak hanya digandeng ke sana kemari selama 10 tahun lebih.

Setengah jam kemudian Joanna tiba di tempat kerja. Dia langsung melepas jaketnya. Lalu menunggu klien VIP yang sudah dalam perjalanan datang.

Selama menunggu, Joanna sempat berbincang dengan si pemilik salon tempatnya kerja. Sesekali, dia juga melirik Jeffrey yang ternyata mengikuti dirinya. Karena hari ini dia memang masih cuti kerja.

"Kalian bertengkar lagi?"

Joanna mengangguk kecil. Lalu ke belakang karena tidak ingin terlihat oleh Jeffrey. Sebab dia jelas tidak mau berlarut-larut sedih.

Tidak lama kemudian klien VIP Joanna datang. Seorang wanita paruh baya yang sudah beruban. Hari ini dia ingin ditreatment dari ujung kaki hingga kepala. Oleh Joanna. Karena wanita itu sudah dekat dengannya. Sebab sama-sama penyuka drama Korea.

5. 30 PM

Sudah berjam-jam Jeffrey menunggu Joanna selesai kerja. Dari pagi hingga hampir malam. Namun dia tetap sabar menunggu si wanita. Tanpa membombardir pesan apalagi membuat keributan di dalam.

Ceklek...

Jeffrey langsung turun dari mobil saat melihat Joanna keluar salon. Karena dia ingin berbicara serius dengan si wanita. Sekarang juga, untuk memperbaiki hubungan. Karena setelah ini, dia akan sibuk dalam kurun waktu yang lama. Karena perkejaan.

"We need to talk. Bisa?"

Joanna hanya menatap Jeffrey saja. Cukup lama. Sebab dia sudah bertekad mengakhiri ini semua jika Jeffrey tidak berubah. Jika Jeffrey tidak mau serius akan hubungan mereka.

"Please..."

Joanna akhirnya mengiyakan. Dia mengangguk singkat dan langsung memasuki mobil Jeffrey sekarang. Karena dia enggan berdebat di depan salon lama-lama.

"Kita bicara di apartemen saja, ya? Supaya lebih leluasa. Kamu mau makan apa? Kita makan dulu sebelum ke sana."

Joanna menggeleng pelan. Lalu memakai sabuk pengaman. Karena dia tidak ingin berasa-basi terlalu lama.

"Langsung ke apartemen saja. Aku akan order makanan sekarang."

Jeffrey mengangguk singkat. Meski dalam hati agak was-was. Sebab jika belum makan, emosi Joanna pasti akan semakin meledak.

"Kamu masih flu, ya? Mau ke rumah sakit sebenar? Tadi sudah minum obat?"

Tanya Jeffrey saat melihat Joanna mendongak. Berusaha menghalau ingusnya agar tidak keluar. Karena tidak ada tisu di mobil sekarang

DUMMY [END] Where stories live. Discover now