Bab 3

345 46 21
                                    

" Pa, jika semisal perusahaan keluarga Azzuna melakukan sebuah rapat dengan perusahaan keluarga Ederra, Nu boleh ikut lagi gak? "

Tuan Arnan yang baru duduk di sebuah sofa yang terdapat di dalam ruang kerjanya, menatap sang anak dengan heran ketika mendengar ucapan dari sang empu

" Ha? Katanya gak suka ikut rapat beginian, kok malah jadi ingin lagi? "

Nunew yang mendengar jawaban dari sang ayah tersenyum lebar, bahkan matanya ikut menyipit, " Kan udah Nu bilang, jika rapatnya bersama dengan keluarga Ederra, Nu ingin ikut lagi! Hehe "

" Mengapa begitu? "

" Eum... Sebab... "  Nunew menjeda ucapannya, lalu tertawa pelan

" Hehe, Nu nyaman saja sama pembawaan mereka. Mereka tidak seperti rekan kerja papa yang lainnya "

Tuan Arnan terlihat tidak yakin dengan ucapan sang anak, mengapa sebenarnya anaknya ini?

" Yakin? Kamu tidak ada maksud lain, kan? " Tuan Arnan tahu sifat anak bungsu nya ini, ia tahu Nunew sangat tidak suka dengan perihal perusahaan, tidak mungkin sang bungsu tidak memiliki maksud yang lain, " Kamu tidak merencanakan sesuatu kan? "

Wajah Nunew yang mendengar sang ayah menuduhnya tidak lah tersinggung melainkan ia tertawa keras

" Pa, kenapa Papa bisa menebak sih? Aiya... " sehabis tertawa, sengaja Nunew berucap dengan nada yang lawak, wajah nya ia tunjukkan pada sang ayah dengan raut yang rupa kecewa

Sang ayah yang mendengar itu menghela nafas. Kan! Iya tahu sang anak, entah apa juga yang membuat sang bungsu tertarik pada keluarga Ederra

" Kamu mau melakukan apa? Jika sampai kamu mengacaukan bisnis yang sedang dibangun, Papa gak akan membiarkan itu " tegas sang ayah, Nunew yang melihat mengubah raut wajah nya lagi yang tadi nya dengan raut kecewa kini menjadi raut bingung, bahkan bibir nya mengerucut

" Astaga, Pa! Tidak mungkin Nu melakukan hal itu, Nu juga tidak mau jadi orang miskin jika bisnis Papa hancur! Nu hanya..... "

Nunew menjeda ucapan nya, sang ayah tampak menunggu hal itu

Yang Tuan Arnan lihat sang bungsu mengubah raut wajahnya lagi, kini menjadi tersenyum dengan pandangan kosong walau sang anak tengah menatap matanya, bibir yang mengerucut tadi menjadi senyum lebar, Tuan Arnan merinding melihatnya

" H-hanya apa, Nu? " suara Tuan Arnan bahkan bergegar karenanya

" Nu.... " masih manik indah itu menatap kosong mata sang ayah, lalu mengedip berganti dengan menatap sang ayah dengan dalam, " Suka pujian yang diberikan oleh, Tuan Reza, hehe "

Puk!

" Aduh! Papa mengapa memukul kening, Nu! Itu kekerasan terhadap anak! "

" Kamu nih ya! Suka banget godain Papa! Kamu bikin Papa bepikir yang bukan-bukan! Haduh! "

Nunew total tertawa sembari mengusap keningnya yang dipukul sedikit keras oleh sang ayah, " Haha, maafkan Nu, Pa, Nu hanya pongah! Haha "

Tuan Arnan hanya bisa mengehela nafas pasrah, kesal dia tuh dengan anak nya ini, jahil nya minta ampun sekali!

" Untung kamu anaknya Papa, jika bukan sudah benar-benar ku benturkan kepala mu ke dinding marmer itu "

" Ututu, apa tega melakukan hal itu kepada Nu? " jawab Nunew yang masih tertawa

" Ya tidak lah "

" Ahahaha! Sayang sekali dengan Papa! "

Nunew yang masih tertawa memeluk tubuh sang ayah, yang dipeluk tampak tersenyum hangat, lalu membalas pelukan sang anak yang sangat tampak erat itu

SEDUCER-ZEENUNEWDonde viven las historias. Descúbrelo ahora