6| Syok berat cuy

669 158 12
                                    

"Seojun!"

[Name] tak bisa menahan teriakannya usai melihat adiknya yang menangis di antara laki-laki yang sudah pasti antek-antek Taehoon itu, sepedanya juga ada disana, lengkap dengan Sung Taehoon yang tengah mencengkram kerah adiknya-- sembari memaki-maki anak kecil itu.

Sontak mereka semua menoleh pada [Name].

"Kakak!" Seojun berteriak kembali, cengkraman di kerahnya terlepas, membuat anak kecil itu bisa bergerak bebas dan langsung berlari kepada [Name]. Namun Sung Taehoon tak peduli lagi, laki-laki itu memusatkan atensinya pada [Name].

Jantung [Name] berdebar dengan hebat, kejadian yang selalu ia hindari akhirnya terjadi. Gadis itu masih berdiri di tempatnya dan tak tau mau berbuat apa, lidahnya langsung kelu setelah mengeluarkan satu teriakan saja, sementara semua lelaki disana-- terutama Sung Taehoon seolah menatapnya menuntut penjelasan.

Tanpa disangka, Sung Taehoon lah yang berdiri menghampiri [Name], membuat gadis itu kembali menahan napas.

[Name] memegang tangan kecil Seojun yang bersembunyi dibalik badannya, gadis itu terus menunduk sembari memutar otak agar ia bisa segera bebas dari sini.

"Awalnya aku bingung," Taehoon berdiri tepat dihadapan [Name], "bagaimana bocah brengsek itu bisa mencuri sepedaku."

[Name] bisa merasakan bahwa tangan kekar itu ganti mencengkram lehernya, tentu saja tangan yang pernah mewakili Korea dan menumbangkan banyak lawan itu langsung membuatnya tercekik. Membuatnya mau tak mau harus melihat raut garang Sung Taehoon.

"Ma-- af." hanya satu kata yang berhasil keluar dari mulut [Name].

"Ternyata kau," Sung Taehoon ternyata masih mengingatnya-- sejak kejadian [Name] hampir kena tendang, hingga pertemuan mereka di UKS beberapa hari lalu.

"Tentu saja kau harus minta maaf, dasar bajingan." cibir Taehoon dengan nada tersinggung, ia merasa tertipu oleh tampang polos [Name] yang sempat ia tanyai kemarin. Siapa juga yang akan menyangka jika gadis manis di depannya adalah pencuri ulung?

Namun cengkramanya pada leher [Name] tiba-tiba terlepas setelah laki-laki itu merasakan sakit dikakinya.

"Jangan sakiti kakakku!" pekik Seojun sebelum ia kembali menggigit kaki Taehoon yang hanya ditutupi boxer selutut.

Sama halnya dengan Taehoon, [Name] pun ikut terkejut dan langsung terhuyung sebentar karena cengkraman di lehernya yang terlepas.

Di saat yang bersamaan, ide gila muncul dipikiran [Name]. Dengan cepat [Name] meraih Seojun yang masih menggigit Taehoon kedalam gendongannya, lalu gadis itu langsung lari dengan kecepatan penuh. Meninggalkan Taehoon yang ternganga kesal, tapi tidak berniat mengejarnya. Untuk apa? Pikir laki-laki itu, mereka satu sekolah.

[Name] terus berlari seolah ia tak sedang membawa beban apapun, yang ada dipikirannya adalah membawa Seojun pulang ke rumah, ke tempat yang aman. Lalu tanpa ia sadari matanya sudah sembab, [Name] berlari sambil menangis ketakutan.

Gadis itu tau betul kehidupan sekolahnya akan berubah menjadi neraka setelah ini.




_____________

Bagi Sinhye, hari ini berjalan lebih membosankan dari biasanya. Gadis dengan surai coklat itu menatap bangku di sebelahnya yang kosong. [Name] yang tidak masuk sekolah, membuatnya bertanya-tanya sebenarnya gadis itu sakit apa. Pasalnya pesan dan telepon yang ia kirimkan pada [Name] tidak ada yang dibalas.

Sinhye menghela napas kasar setelah seseorang duduk di sebelahnya, mengisi bangku [Name] yang kosong. Sedetik kemudian gadis itu terbelalak setelah menyadari bahwa yang duduk di sebelahnya adalah laki-laki bertubuh besar, dan dengan tampang seramnya ia menatap Sinhye. Dibelakangnya berdiri dua laki-laki yang juga sama seramnya.

Tak lama, mulut bau rokok laki-laki itu berbicara. "Kau [Full Name]?"

Sinhye menatap mereka bingung, "Bu- bukan." jawabnya dengan takut-takut.

Laki-laki dengan name tag Jaejun Kang itu menatap Sinhye tak percaya, lalu ia berbalik menatap dua kawannya.

"Tidak mungkin, mereka bilang gadis ini yang namanya [Name]." salah satunya berbicara.

"Kau bisa lihat nametag ku," Sinhye mengeluarkan nametag miliknya dari saku baju dan menunjukkannya sebagai bukti. "Lalu [Name] itu sedang sakit dan tak masuk sekolah hari ini." lanjut Sinhye.

"Kau tau dimana rumah [Name]?" Jaejun  Kang bertanya lagi.

Sinhye menelan ludahnya kasar, "Ti- tidak." Ia berbohong, tapi ia tidak mungkin memberi tau rumah [Name] pada sekumpulan orang menyeramkan seperti ini kan?

"Memangnya kenapa kalian mencari [Name]?" tanya Sinhye pada akhirnya, tapi ketiga laki-laki itu langsung pergi begitu saja setelah mendapat apa yang mereka mau.

Sinhye mau tak mau jadi overthinking, [Name] tidak apa-apa kan?


__________



Tiga hari ini [Name] syok berat sampai tipesnya kambuh.

Gadis itu terkulai lemas di kasurnya selama dua hari lalu, keringat membasahi wajahnya, termometer yang tergeletak di sampingnya sempat menunjukkan angka tigapuluh sembilan derajat celsius.

Dokter yang memeriksanya juga turut kaget, dan dengan segera menyuruh [Name] untuk istirahat total. Dan jadilah surat dokter yang memperbolehkan gadis itu untuk libur selama tiga hari.

[Name] diasumsikan sedang kelelahan dan banyak pikiran usai bangkrut. Orangtuanya berpikir gadis itu masih belum sepenuhnya terbiasa.

Hanya Seojun yang tau apa yang terjadi kepadanya, dan [Name] dengan susah payah meyakinkan anak kecil itu untuk tidak memberi tau orangtua mereka. Setidaknya untuk sekarang [Name] merasa masih bisa menahannya sendiri.

Meskipun panasnya sudah reda setelah tiga hari, dan [Name] sudah bisa berjalan-jalan tanpa merasa pusing. Namun penampilannya berkata lain, matanya sembab karena menangis terus, ia takut, ia tak ingin dibully.

Gadis itu juga mengabaikan pesan-pesan diteleponnya, kebanyakan dari Sinhye yang sebenarnya juga tidak enak untuk diabaikan.

[Name] menyenderkan tubuhnya usai menenggak obat pereda rasa mual, lalu matanya terpejam. Mengantuk setelah minum obat adalah hal yang biasa kan?

Namun matanya terpaksa terbuka kembali usai Ibunya berjalan memasuki kamar, "Bangun [Name], temanmu datang menjenguk tuh."

[Name] menghela napas lelah, Sinhye sepertinya benar-benar merindukan dirinya.

Dengan langkah gontai, [Name] berjalan keluar kamarnya. Merutuki dirinya sendiri yang begitu lemah.

Sesampainya di ruang tamu, Ayahnya menatap [Name] penasaran. "Sejak kapan kamu punya pacar?"

[Name] awalnya menatap Ayahnya bingung, tapi kebingungan itu terjawab setelah gadis itu melihat seseorang yang tidak ia duga bertamu ke rumahnya.

Sesosok lelaki jangkung yang masih memakai seragam sekolahnya itu dengan nyaman duduk di sofa ruang tamunya, sembari menjawab beberapa pertanyaan kecil yang dilempar Ayahnya dengan senyum --yang mengerikan.

Sedetik kemudian lelaki itu menyadari kehadiran [Name], dengan seringai kecil yang hanya [Name] sadari, ia menyapa gadis itu sok akrab.

"Sudah sembuh [Name]?"

[Name] menangis lagi, karena Sung Taehoon kini ada di rumahnya.










___TBC___

AKWOAKOSKAOWLWOKA

vote dong guis, biar ga ngaret up-nya
:3

𝙍𝙀𝙑𝙀𝙎𝘽𝙀𝙍 ( 성태훈 )Where stories live. Discover now